Cek Modal dan Omzet Bisnis Angkringan, Genhype Minat?
Warung kaki lima khas Yogyakarta dan sekitar terus menunjukkan eksistensinya. Konsep angkringan biasanya hadir dengan tenda kecil dan gerobak kayu yang sederhana. Penjualnya menawarkan makanan dan minuman dengan harga terjangkau, seperti nasi kucing, sate usus, tempe, serta makanan dan minuman lain.
Eka Apriliyanti (29 tahun), seorang pemilik warung angkringan, mengungkapkan bahwa motivasi awalnya untuk membuka bisnis ini adalah karena melihat peluang. Sebab, tempat di depan rumahnya ramai dilewati orang. “Saya mulai itu modalnya Rp5 juta-Rp6 jutaan, sebagian besar untuk membeli gerobak dan bahan baku,” ujarnya.
Dalam menjual menu di angkringan miliknya, dia menawarkan paket Rp10.000 yang cukup menjadi daya tarik pengunjung. Dengan harga segitu, pelanggan mendapatkan 1 porsi nasi, ayam, dan es teh manis.
Dari usaha tersebut, pada awalnya Eka bisa mendapatkan omzet sebesar Rp500.000 per hari. Ketika sudah dilakukan dengan ketekunan yang tinggi dan dimotivasi oleh keluarga, kini warungnya tersebut dapat meraup hingga Rp1 juta per hari jika sedang ramai.
Baca juga: Peluang Menggiurkan Usaha Angkringan di Kawasan Padat Mahasiswa
Angkringan yang dikelola Eka dirancang sedemikian rupa untuk menarik minat para konsumen. Terdapat tenda dan pilihan tempat duduk lesehan yang dihiasi terpal. Hal ini menarik banyak pengunjung, terutama anak muda yang gemar berkumpul bersama temannya. “Kami sengaja buat suasana lebih enak, karena biasanya yang datang untuk nongkrong,” tambahnya.
Di tempat lain, ada Arif Prasetyo (34 tahun). Dia menjalankan bisnis angkringan di Tangerang. Menurutnya, usaha ini cukup prospektif karena dapat dilakukan dengan modal yang relatif kecil dan sederhana. Selain itu, angkringan kerap dijadikan tempat nongkrong oleh anak-anak muda.
Meski modalnya kecil, omzet dari bisnis angkringan bisa cukup menggiurkan. Arif yang memulai bisnis angkringannya dengan modal Rp4 juta, kini menikmati omzet sekitar Rp1,5 juta per malam. “Paling ramai itu ya malam minggu dan kalau besoknya libur,” ungkap Arif.
Mengelola usaha angkringan juga dapat memanfaatkan teknologi digital, baik untuk pemasaran maupun layanan.
Media sosial dan aplikasi pesan antar seperti GoFood dan GrabFood mempermudah akses konsumen, terutama setelah era pandemi, ketika orang sudah lebih terbiasa untuk memilik layanan antar ketimbang makan di tempat.
Tantangan Bisnis
Meskipun menawarkan makanan murah, angkringan tetap memberikan pengalaman makan yang berkesan. Kesederhanaan dalam sajian dan suasana yang akrab membuat pelanggan merasa lebih santai. Di sisi lain, generasi muda yang mengelola angkringan juga menciptakan suasana yang lebih menarik, memadukan konsep kuliner dan tempat berkumpul pengunjung.
Namun, bisnis angkringan tentu bukan tanpa tantangan. Cuaca adalah salah satu faktor besar yang memengaruhi operasional, terutama bagi angkringan yang beroperasi di luar ruangan. Selain itu, persaingan yang makin ketat memaksa para pelaku usaha terus berinovasi dan mencari cara agar bisnis mereka tetap menarik bagi konsumen.
Bisnis angkringan di tangan anak muda telah membuktikan bahwa warisan budaya tidak harus usang atau ketinggalan zaman. Munculnya kreativitas dan pemanfaatan teknologi, angkringan tetap relevan dan bahkan berkembang pesat di tengah perubahan tren kuliner.
Arif dan Eka adalah contoh nyata bahwa dengan modal yang tidak terlalu besar dan semangat inovasi, bisnis angkringan bisa menjadi ladang keuntungan yang menjanjikan.
Melalui perpaduan tradisi dan inovasi, bisnis angkringan tidak hanya menjadi usaha mikro yang bertahan, tetapi juga menginspirasi generasi berikutnya untuk terus melestarikan dan memodernisasi warisan kuliner Indonesia.
Baca juga: Ingin Buka Usaha Angkringan? Simak 6 Tip Ini agar Cuan
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.