Tale of The Land merupakan film debut sutradara Loeloe Hendra (Sumber gambar: Siaran pers KawanKawan Media)

Ini Alasan Film Tale of The Land Meraih FIPRESCI Prize di Busan International Film Festival 2024

12 October 2024   |   16:00 WIB
Image
Yudi Supriyanto Jurnalis Hypeabis.id

Film garapan sutradara Loeloe Hendra berjudul Tale of the Land berhasil memenangkan penghargaan FIPRESCI Prize di ajang Busan International Film Festival (BIFF) 2024. Penghargaan ini menjadi debut “manis” sang pengarah dalam industri film panjang.

FIPRESCI Prize adalah penghargaan yang diberikan oleh Federasi Internasional Kritikus Film kepada film yang dibuat dengan baik dalam merefleksikan semangat eksperimental dan progresif.

Baca juga: Fakta Menarik Film Tale of the Land yang World Premiere di Busan International Film Festival

Berdasarkan informasi yang diterima Hypeabis.id, para anggota juri yang terdiri dari Hsin Wang (Taiwan), Rhee Souewon (South Korea), dan Teréz Vincze (Hungary), mengungkapkan bahwa Tale of the Land memenangkan penghargaan tersebut lantaran penggunaan bahasa visual yang memukau dalam membahas isu-isu penting tentang kerusakan harmoni antara manusia dan alam.

Film tersebut juga memasukkan referensi budaya tradisional dalam pembahasan isu penting kerusakan hubungan antara manusia dan alam, serta mengubah ceritanya menjadi pesan global yang relevan tentang masa depan.

Ya, dalam ceritanya, Tale of the Land berkisah tentang gadis dari suku Dayak bernama May. Sang karakter dihantui oleh rasa trauma atas kematian orang tua dalam suatu konflik tanah, yang membuatnya tidak dapat menginjakkan kaki di tanah.

Pada saat ini, May diceritakan tinggal bersama sang kakek bernama Tuha di sebuah rumah terapung yang kerap terombang-ambing di atas danau yang jauh dari daratan.

Sutradara Loeloe Hendra mengungkapkan bahwa  karakter May merupakan alegori yang merefleksikan tantangan yang dihadapi oleh masyarakat adat di seluruh dunia yang tanah airnya terus berubah akibat tekanan dunia modern.

Dia pun mendedikasikan penghargaan tersebut untuk orang-orang kalimantan dan juga kerja keras seluruh kru dan cast Tale of the Land. “Terhormat sekali menerima penghargaan ini, khususnya karena ini adalah film panjang pertama saya,” ujarnya.

Sementara itu, Produser Tale of the Land Amerta Kusuma dan Yulia Evina Bhara mengungkapkan bahwa penghargaan ini merupakan surat cinta untuk sinema Indonesia. Dia merasa senang bisa mewakili sinema dalam negeri di Busan dan menerima penghargaan.

“Semoga nanti ketika tayang di tanah air dapat diterima oleh penonton Indonesia,” kata keduanya.

Untuk diketahui, syuting film Tale of the Land mengambil lokasi di Kota Bangun, Kalimantan Timur, dan memanfaatkan fenomena alam untuk mendapatkan 90 persen lanskap perairan dalam film. Aktris Shenina Cinnamon yang berperan sebagai May juga menggunakan bahasa Kutai dalam film ini, dan jarang direpresentasikan dalam film Indonesia.

Film Tale of the Land juga merupakan ko-produksi tiga negara, yakni Indonesia, Filipina, dan Taiwan. Sementara itu, para pemerannya adalah Shenina Cinnamon, Arswendy Bening Swara, Angga Yunanda, dan Yusuf Mahardika.

Baca juga: Debut Film Sutradara Loeloe Hendra Tale of The Land Bakal Tayang di BIFF 2024

Editor: Dika Irawan

SEBELUMNYA

Sinopsis Film The Substance, Angkat Tema Biological Horror yang Brutal

BERIKUTNYA

Etika Liburan di Bali yang Wajib Diketahui Wisatawan

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: