Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Ngebung dikenal sebagai lokasi di mana

Museum Purba Sangiran Gelar Kenduri Agung, Ada Kirab Tumpeng & Wayang Kulit

02 October 2024   |   06:29 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Kegiatan mengaktualisasikan tradisi kerap dihelat berbagai komunitas masyarakat di berbagai daerah di Tanah Air. Selain sebagai bentuk pelestarian budaya, perhelatan ini juga digelar untuk mengaktivasi masyarakat untuk saling bersua dalam prosesi guyub rukun.

Terbaru, momen ini akan diejawantahkan Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Ngebung, dengan kegiatan Kenduri Agung. Kenduri merupakan tradisi yang penting bagi sebagian masyarakat untuk mengajarkan rasa bersyukur, berbagi, dan mempererat silaturahmi.

Baca juga: Inisiatif Museum Gaet Generasi Muda Lebih Tertarik & Mendalami Seni

Wahyu Widiyanta, Penanggung Jawab Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Ngebung dalam siaran tertulis mengatakan, selain sebagai bentuk rasa syukur, kegiatan ini juga bertujuan untuk melindungi, mengembangkan, serta memanfaatkan Cagar Budaya Sangiran sebagai salah satu situs manusia purba terpenting di dunia.

Terletak di area kunci penemuan Situs Sangiran, Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Ngebung dikenal sebagai lokasi di mana "Sangiran Flake Industry" pertama kali terungkap. Situs inilah yang kelak memberikan gambaran penting mengenai budaya manusia purba di Indonesia. 

“Kami ingin mengajak masyarakat untuk terus aktif berpartisipasi dalam merawat Cagar Budaya Sangiran, sekaligus mendapatkan manfaat dari keberadaan museum yang juga sebagai pusat edukasi prasejarah dan kebudayaan," katanya.
 
 

Setali tiga uang, Zamrud Setya Negara, Ketua Tim Museum dan Galeri Indonesian Heritage Agency, mengatakan bahwa pelaksanaan program inovatif Kenduri Agung merupakan bagian dari penerapan konsep Reimajinasi Museum, khususnya pilar Reprogramming dari Indonesian Heritage Agency. 

Selain menjadi destinasi edukatif, Museum Sangiran Klaster Ngebung  menurutnya juga memiliki dimensi spiritual bagi masyarakat sekitar. Oleh karena itu kegiatan ini merupakan bentuk perpaduan antara nilai sejarah, budaya, dan kepercayaan lokal yang dianut oleh masyarakat sekitar.

"Dengan menggabungkan unsur budaya lokal dan koleksi prasejarah, kami berharap program ini bisa menjadi jembatan antara warisan budaya masa lalu dan masyarakat modern. Khususnya untuk memperkuat identitas lokal sekaligus menarik minat pengunjung agar datang ke Museum Manusia Purba Sangiran," imbuhnya.


Kirab Tumpeng & Pentas Wayang Kulit 

Kegiatan Kenduri Agung Masyarakat Sangiran akan memadukan tradisi lokal dan kesenian Jawa. Kenduri ini akan berlangsung selama tiga hari pada 3-5 Oktober 2024 dengan menggelar berbagai acara budaya di kawasan Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Ngebung.

Wahyu Widiyanta menjelaskan, acara ini merupakan hasil kolaborasi antara Indonesian Heritage Agency sebagai pengelola Museum Manusia Purba Sangiran dengan Pemerintah Desa Ngebung, Kecamatan Kalijambe, dan Kabupaten Sragen.

Adapun, kegiatannya akan dimulai pada 3 Oktober 2024 dengan melaksanakan prosesi Kirab Tumpeng, yang akan diikuti oleh seluruh masyarakat. Prosesi simbol kebersamaan dan rasa syukur itu juga dilanjutkan dengan acara tirakatan bersama untuk memanjatkan doa dan refleksi. 

Kemudian, pada 4 Oktober 2024, masyarakat akan berpartisipasi dalam kegiatan Senam Massal bersama masyarakat sekitar. Sedangkan, puncak acaranya 5 Oktober 2024 akan dihadirkan pertunjukan Wayang Kulit oleh Ki Dalang Cahyo Kuntadi, dan dimeriahkan oleh Niken Salindri, serta Gareng Semarang. 

Baca juga: Museum Nasional Indonesia Bakal Pamerkan Koleksi Repatriasi Puputan Badung & Era Singhasari 

"Pagelaran wayang kulit, sebagai kesenian tradisional diharapkan mampu menginspirasi masyarakat untuk semakin mencintai dan melestarikan warisan budaya Indonesia.Puncak acara ini juga dapat ditonton secara live di akun Youtube sangirankita," ujarnya.

Museum Manusia Purba Sangiran  Klaster Ngebung merupakan situs penemuan fosil manusia, hewan, dan artefak budaya dari periode Plestosen Bawah hingga Tengah.  Situs ini merupakan tempat ditemukannya homo erectus Sangiran 17 (S-17), sebuah fosil Homo erectus unik, yang dikenal sebagai satu-satunya fosil di Asia yang masih memiliki "wajah" saat pertama kali ditemukan. 

Editor: Fajar Sidik 

SEBELUMNYA

Acer Indonesia Gelar Turnamen Dota 2 dan Valorant Untuk Dikirim ke Predator League 2025

BERIKUTNYA

Tak Hanya Baju, 5 Produk Fashion dari Batik Bikin Penampilan Tambah Kece

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: