Poster film Lembayung (Sumber gambar: Instagram/lembayung.movie)

Review Film Lembayung Garapan Sutradara Baim Wong: Horor Penuh Teka-Teki & Plot Twist

20 September 2024   |   16:30 WIB
Image
Chelsea Venda Jurnalis Hypeabis.id

Like
Menggunakan teknik bercerita beralur maju-mundur membuat film Lembayung punya daya eksplorasi dan kedalaman yang meyakinkan. Teknik flashback atau kilas balik yang sering muncul di film ini membuat penonton makin dibuat penasaran dengan misteri seperti apa yang sebenarnya terjadi.

Flashback dalam film adalah adegan yang menyela alur cerita untuk menunjukkan peristiwa yang terjadi pada masa lalu. Teknik ini umum digunakan untuk berbagai tujuan, seperti mengembangkan karakter, menyatukan teka-teki cerita, hingga menambah struktur pada narasi.

Dalam film Lembayung, teknik kilas balik ini mampu membuka perspektif baru bagi penonton dalam melihat sebuah peristiwa yang terjadi pada masa sekarang. Sayangnya, pada eksekusinya, ini menimbulkan pisau bermata dua, ada yang berhasil menguatkan, tetapi ada pula yang justru mengaburkan apa yang penting.

Baca juga: Sinopsis Lembayung, Film Horor Garapan Baim Wong yang Tayang Duluan di Beberapa Kota
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by MNCP Movie (@mncp_movie)


Film Lembayung adalah debut penyutradraan Baim Wong. Cerita dari film ini  diangkat dari sebuah utas (thread) horor berjudul Jin Poli Gigi yang ditulis oleh Pica melalui akun @saturnrushx di media sosial X.

Film ini mengikuti kehidupan Pica bersama temannya, Arum, saat menjalani kegiatan PKL (magang) di unit poli gigi sebuah klinik di pinggiran Yogyakarta. Di sana, mereka mendapatkan teror mengerikan, terutama setelah pasien misterius berambut panjang datang ke poli gigi.

Sejak kedatangan pasien misterius, rumah sakit tempat Pica dan Arum bertugas dipenuhi dengan kejadian janggal. Satu per satu pegawainya meninggal dengan cara yang tak wajar.

Dalam meramu film ini, Baim Wong menyuguhkan world building cerita dengan apik. Dia membuka filmnya dengan satu peristiwa kunci berupa insiden tragis yang terjadi di sebuah klinik bernama Lembayung.

Klinik tersebut pun sempat ditutup, tetapi kemudian dibuka kembali hingga datanglah dua mahasiswi yang magang ke tempat tersebut. Dari sini, cerita dengan alur flashback dan maju mundur mulai terjadi.

Dalam fase pertama, proses film ini mengenalkan karakter-karakter di dalamnya berjalan dengan baik. Bukan sekadar muncul, setiap karakter yang ada juga sudah menunjukkan gelagat khusus yang makin memancing rasa penasaran penonton.

Penggunaan teknik flashback yang cukup masif memungkin Baim untuk membangun tangga dramatik ceritanya mirip seperti cerita detektif. Setiap cerita berjalan, muncul satu per satu petunjuk baru yang makin membuka inti cerita.

Penonton pun dengan mudah akan hanyut ke dalam permainan teka-teki, tanpa disadari mereka telah melewatkan detail-detail kecil. Namun, semua hal akan tetap terungkap dan memberikan sedikit plot twist yang cukup seru disimak.

Meski ini adalah debut penyutradaraannya, Baim cukup merealisasikan film perdananya ini dengan baik. Film ini hadir mencekam tak hanya dari segi ceritanya saja. Baim pun memberikan pengalaman visual yang cukup baik.

Set klinik dan ruangan-ruangan di dalamnya diatur dengan baik dan mampu memberikan aura yang berbeda. Atmosfer seram makin menjadi karena palet warna film ini cenderung gelam dan suram.

Dalam film ini, Baim juga menyuguhkan beberapa adegan thriller yang cukup seru. Meski tak terlalu banyak, adegan-adegan gore itu dieksekusi dengan sangat baik. Efek visual yang muncul cukup memberi kesan begidik bagi para penonton.

Para pemainnya di film ini juga mampu menyampaikan emosinya dengan meyakinkan. Yasamin Jasem dan Taskya Namya sebagai duet baru di film horor ini sukses menularkan semua emosinya dengan natural.

Begitu juga dengan Arya Saloka, Oka Antara, hingga Wulan Guritno. Namun, yang paling cukup dominan tentu saja adalah penampilan Anna Jobling sebagai hantu Tantri.

Dalam beberapa film horor lain, entitas hantu kerap diperlihatkan sekilas dan hanya muncul sebagai elemen jumpscare. Namun, di film ini, hantu disorot secara jelas oleh kamera. Senyuman Anna Jobling ketika berada di ruang Poli Gigi sukses memancing rasa ngeri.
 

Kendati cukup menyajikan horor yang seru, film Lembayung tak lepas dari catatan kritik. Setidaknya, ada dua hal. Pertama, ialah soal logika ruang yang kemudian berperan terhadap keputusan-keputusan yang diambil oleh karakter di dalamnya.

Dalam sebuah adegan, ada karakter yang tengah berada dalam situasi bahaya di dalam klinik. Namun, alih-alih pergi berlari ke tempat yang ramai, dia justru mengarah ke sungai dengan jurang yang dalam.

Di lain hal, ada karakter yang tengah berada dalam bahaya juga, tetapi dia justru berlari dan bersembunyi di sebuah bekas pabrik. Padahal, di awal film, terlihat jelas kalau klinik tersebut berada dekat dengan jalan raya.

Kedua, soal teknik flashback yang rasanya dibuat cukup minim sensitivitas terhadap korban kekerasan seksual (KS). Dalam film ini, Baim memberi ruang backstory bagi tokoh antagonis utamanya yang adalah pelaku kekerasan seksual.

Alih-alih mempertebal kesan antagonis, backstory yang dimunculkan justru membuatnya berpotensi jadi abu-abu. Backstory tersebut dapat menciptakan kesan yang tadinya pelaku juga bisa menjadi korban sehingga berpotensi menipiskan pesan paling penting dalam film ini.

Film horor Lembayung yang diproduksi Prime Eagle Studios dan Tiger Wong Entertainment ini sudah tayang di seluruh jaringan bioskop Indonesia mulai tanggal 19 September 2024. 

Baca juga: Sutradara Baim Wong Banyak Improvisasi di Debut Film Panjang Bertajuk Lembayung

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

Akhir Sebuah Era, Graham Arnold Mundur dari Kursi Pelatih Timnas Australia

BERIKUTNYA

Cek Passing Grade atau Nilai Ambang Batas Tes SKD CPNS 2024 untuk Semua Formasi

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: