Asosiasi Game Indonesia Kecam Kasus Kekerasan di Brandoville Studios,
14 September 2024 |
19:00 WIB
Kontroversi Brandoville Studios sedang menjadi perbincangan hangat di jagat media sosial. Studio gim asal Indonesia tersebut diduga melakukan kekerasan fisik dan mental, serta praktik yang mirip dengan perbudakan terhadap karyawannya.
Mengutip dari laman resmi mereka, Brandoville Studios merupakan studio premium pertama di Indonesia, yang mengkhususkan diri dalam game AAA dan animasi. Studio ini selalu terlibat dalam pengerjaan beberapa proyek gim besar.
Baca juga: Kronologi Meninggalnya Fat Cat, Gamer Asal China yang Akhiri Hidupnya Setelah Putus Cinta
Kabar mengenai aksi kekerasan di Brandoville Studios mulai mencuat setelah sejumlah mantan karyawan mereka mengungkapkan ketidakadilan yang dialami melalui unggahan utas di media sosial.
Shafiq Husein, Presiden AGI (Asosiasi Game Indonesia) mengungkapkan keprihatinannya atas kasus tersebut. Melalui pernyataan resminya, dia mengungkapkan baru saja mengetahui tentang pelecehan yang terjadi di Brandoville Studio
"Hati saya hancur membaca dan mendengar tentang berbagai tindakan ketidakadilan yang dialami oleh para pekerja, yang menyebabkan trauma fisik, tekanan mental, bahkan kehilangan nyawa," katanya.
Lebih lanjut dia menyatakan, dengan ini dia mengecam tindakan Brandoville Studio dan mantan manajemennya, Cherry Lai dan Ken Lai, baik secara pribadi maupun atas nama AGI
"Saya telah menghubungi salah satu korban dan sedang mencari cara untuk berhubungan dengan Christa, yang telah mengalami beberapa perlakuan terburuk dari studio tersebut," paparnya.
Shafiq Husein juga telah terhubung dengan rekan-rekan saya dari lembaga bantuan hukum dan advokasi perempuan untuk menyediakan konseling psikologis gratis bagi para korban jika diperlukan.
Selain itu, sebagai sebuah asosiasi, AGI telah memasukkan para pelaku ke dalam blacklist keanggotaan dan program mereka, di bawah bendera studio manapun. AGI juga mencoba berbagai upaya untuk meningkatkan kewaspadaan semua pihak yang ingin bekerja sama dengan Studio tersebut di masa depan.
"Karena ini juga merupakan tindak pidana, kami mendukung penuh otoritas yang berwenang dalam upaya mereka untuk menyelidiki kasus ini dan semoga membawa keadilan bagi para korban," ujarnya.
Terakhir Shafiq Husein juga memaparkan, bekerja di industri kreatif yang sedang berkembang tentunya tidak mudah. Namun, tentunya wajib memperlakukan setiap orang dengan adil dan hormat. Dia juga mengucapkan terima kasih kepada IGI dan semua pihak terlibat yang telah meningkatkan kesadaran akan isu ini dan memberikan dukungan kepada para korban.
"Sebagai anggota industri game Indonesia, saya mengajak semua studio untuk menjadikan industri ini sebagai ruang yang aman, ramah, dan produktif bagi semua orang," tutupnya.
Cherry Lai disebut-sebut sering menerapkan sistem kerja yang ekstrem dengan jam kerja tidak wajar. Karyawannya terus dipaksa untuk bekerja dan hanya bisa mendapatkan waktu tidur satu jam sehari, selama berbulan-bulan.
Pada utas tersebut juga dibongkar kekejian Cherry Lai, yang menyebutkan dia tidak memberikan izin cuti kepada karyawan yang sedang hamil. Akibatnya, karyawan tersebut mengalami pendarahan sampai harus melahirkan prematur. Tragisnya bayinya meninggal dunia pada usia 4 bulan.
Setelah kejadian tersebut, Cherry Lai sama sekali tidak menunjukkan empati pada karyawannya. Berdasarkan tangkapan layar bukti percakapannya, dia tetap memaksa karyawan tersebut untuk bekerja walaupun masih dalam suasana berkabung.
Masih banyak lagi bukti percakapan yang diunggah oleh dua akun tersebut. Salah satunya seperti petinggi perusahaan Brandoville Studios yang diduga bersikap rasis ke karyawan Indonesia, karyawan Tionghoa, bahkan karyawan asing.
Hal lainnya yang membuat netizen geram, yakni Chery Lai selalu menghukum karyawannya dengan memaksa mereka melakukan tindakan kekerasan terhadap diri sendiri. Misalnya seperti menampar pipi sampai 100 kali, membenturkan kepala ke meja, atau merusak ponsel pribadi. Semuanya harus dibuktikan dengan rekaman video.
Sebelumnya Brandoville Studios juga pernah memperoleh tuduhan Crunch Culture pada 2021. Crunch Culture sendiri merupakan sebuah lingkungan kerja di mana karyawan bekerja lembur demi memenuhi deadline, tanpa diberi kompensasi berupa upah lembur.
Sementara itu, sampai saat ini belum ada tanggapan apapun baik dari Brandoville Studios, maupun Ken dan Cherry Lai. Informasi mengenai Cherry Lai sangat terbatas. Tak banyak yang bisa diketahui mengenai kehidupan pribadinya. Namun, profil suaminya, Ken Lai, dijelaskan secara detail dalam laman resmi Brandoville Studios.
Ken Lai sendiri merupakan CEO Brandoville Studios. Dia menamatkan studinya di Vancouver Film School dan University of Toronto, Kanada. Kariernya dimulai setelah dia bergabung dengan EA Sports Kanada pada 2004, di mana dia mengembangkan game selama lebih dari 7 tahun sebagai Lead Artist.
Selama menjadi Lead Artist, Ken Lai banyak menghasilkan game-game terkenal seperti FIFA, Medal of Honor, Fight Night Champion, NBA Live. Selain itu juga dia sempat menjadi Technical Artist untuk Resident Evil: Operation Raccoon City.
Studio CGI Brandoville dulunya merupakan cabang dari studio gim besar, Lemon Sky sebelum akhirnya berkembang menjadi studio independen. Mereka pernah ikut serta menggarap Warcraft 3 Reforged dan terlibat dalam pembuatan Final Fantasy VII Remake dan The Last of Us.
Pada 17 Agustus 2024, Brandoville Studios mengumumkan penutupan resminya. Kabar tersebut disampaikan melalui laman Instagram resminya, yakni @brandonville_studios. Setelah penutupan studio tersebut, Ken Lai dan Cherry Lai mendirikan studio baru bernama Lailai Studios.
Baca juga: Pekerja Kreatif, Simak Tips Menyeimbangkan Kehidupan Pribadi & Pekerjaan Kalian
Editor: Dika Irawan
Mengutip dari laman resmi mereka, Brandoville Studios merupakan studio premium pertama di Indonesia, yang mengkhususkan diri dalam game AAA dan animasi. Studio ini selalu terlibat dalam pengerjaan beberapa proyek gim besar.
Baca juga: Kronologi Meninggalnya Fat Cat, Gamer Asal China yang Akhiri Hidupnya Setelah Putus Cinta
Kabar mengenai aksi kekerasan di Brandoville Studios mulai mencuat setelah sejumlah mantan karyawan mereka mengungkapkan ketidakadilan yang dialami melalui unggahan utas di media sosial.
Shafiq Husein, Presiden AGI (Asosiasi Game Indonesia) mengungkapkan keprihatinannya atas kasus tersebut. Melalui pernyataan resminya, dia mengungkapkan baru saja mengetahui tentang pelecehan yang terjadi di Brandoville Studio
"Hati saya hancur membaca dan mendengar tentang berbagai tindakan ketidakadilan yang dialami oleh para pekerja, yang menyebabkan trauma fisik, tekanan mental, bahkan kehilangan nyawa," katanya.
Lebih lanjut dia menyatakan, dengan ini dia mengecam tindakan Brandoville Studio dan mantan manajemennya, Cherry Lai dan Ken Lai, baik secara pribadi maupun atas nama AGI
"Saya telah menghubungi salah satu korban dan sedang mencari cara untuk berhubungan dengan Christa, yang telah mengalami beberapa perlakuan terburuk dari studio tersebut," paparnya.
Shafiq Husein juga telah terhubung dengan rekan-rekan saya dari lembaga bantuan hukum dan advokasi perempuan untuk menyediakan konseling psikologis gratis bagi para korban jika diperlukan.
Selain itu, sebagai sebuah asosiasi, AGI telah memasukkan para pelaku ke dalam blacklist keanggotaan dan program mereka, di bawah bendera studio manapun. AGI juga mencoba berbagai upaya untuk meningkatkan kewaspadaan semua pihak yang ingin bekerja sama dengan Studio tersebut di masa depan.
"Karena ini juga merupakan tindak pidana, kami mendukung penuh otoritas yang berwenang dalam upaya mereka untuk menyelidiki kasus ini dan semoga membawa keadilan bagi para korban," ujarnya.
Terakhir Shafiq Husein juga memaparkan, bekerja di industri kreatif yang sedang berkembang tentunya tidak mudah. Namun, tentunya wajib memperlakukan setiap orang dengan adil dan hormat. Dia juga mengucapkan terima kasih kepada IGI dan semua pihak terlibat yang telah meningkatkan kesadaran akan isu ini dan memberikan dukungan kepada para korban.
"Sebagai anggota industri game Indonesia, saya mengajak semua studio untuk menjadikan industri ini sebagai ruang yang aman, ramah, dan produktif bagi semua orang," tutupnya.
Kontroversi Brandoville Studios
Terdapat dua akun yang memviralkan kasus Brandoville Studios. Mereka merupakan mantan karyawan sekaligus korban dari petinggi perusahaan tersebut. Keduanya menulis sebuah utas di X yang memaparkan kekejaman Cherry Lai, Co-Owner sekaligus istri dari CEO Brandoville Studios.Cherry Lai disebut-sebut sering menerapkan sistem kerja yang ekstrem dengan jam kerja tidak wajar. Karyawannya terus dipaksa untuk bekerja dan hanya bisa mendapatkan waktu tidur satu jam sehari, selama berbulan-bulan.
Pada utas tersebut juga dibongkar kekejian Cherry Lai, yang menyebutkan dia tidak memberikan izin cuti kepada karyawan yang sedang hamil. Akibatnya, karyawan tersebut mengalami pendarahan sampai harus melahirkan prematur. Tragisnya bayinya meninggal dunia pada usia 4 bulan.
Setelah kejadian tersebut, Cherry Lai sama sekali tidak menunjukkan empati pada karyawannya. Berdasarkan tangkapan layar bukti percakapannya, dia tetap memaksa karyawan tersebut untuk bekerja walaupun masih dalam suasana berkabung.
Masih banyak lagi bukti percakapan yang diunggah oleh dua akun tersebut. Salah satunya seperti petinggi perusahaan Brandoville Studios yang diduga bersikap rasis ke karyawan Indonesia, karyawan Tionghoa, bahkan karyawan asing.
Hal lainnya yang membuat netizen geram, yakni Chery Lai selalu menghukum karyawannya dengan memaksa mereka melakukan tindakan kekerasan terhadap diri sendiri. Misalnya seperti menampar pipi sampai 100 kali, membenturkan kepala ke meja, atau merusak ponsel pribadi. Semuanya harus dibuktikan dengan rekaman video.
Sebelumnya Brandoville Studios juga pernah memperoleh tuduhan Crunch Culture pada 2021. Crunch Culture sendiri merupakan sebuah lingkungan kerja di mana karyawan bekerja lembur demi memenuhi deadline, tanpa diberi kompensasi berupa upah lembur.
Sementara itu, sampai saat ini belum ada tanggapan apapun baik dari Brandoville Studios, maupun Ken dan Cherry Lai. Informasi mengenai Cherry Lai sangat terbatas. Tak banyak yang bisa diketahui mengenai kehidupan pribadinya. Namun, profil suaminya, Ken Lai, dijelaskan secara detail dalam laman resmi Brandoville Studios.
Ken Lai sendiri merupakan CEO Brandoville Studios. Dia menamatkan studinya di Vancouver Film School dan University of Toronto, Kanada. Kariernya dimulai setelah dia bergabung dengan EA Sports Kanada pada 2004, di mana dia mengembangkan game selama lebih dari 7 tahun sebagai Lead Artist.
Selama menjadi Lead Artist, Ken Lai banyak menghasilkan game-game terkenal seperti FIFA, Medal of Honor, Fight Night Champion, NBA Live. Selain itu juga dia sempat menjadi Technical Artist untuk Resident Evil: Operation Raccoon City.
Studio CGI Brandoville dulunya merupakan cabang dari studio gim besar, Lemon Sky sebelum akhirnya berkembang menjadi studio independen. Mereka pernah ikut serta menggarap Warcraft 3 Reforged dan terlibat dalam pembuatan Final Fantasy VII Remake dan The Last of Us.
Pada 17 Agustus 2024, Brandoville Studios mengumumkan penutupan resminya. Kabar tersebut disampaikan melalui laman Instagram resminya, yakni @brandonville_studios. Setelah penutupan studio tersebut, Ken Lai dan Cherry Lai mendirikan studio baru bernama Lailai Studios.
Baca juga: Pekerja Kreatif, Simak Tips Menyeimbangkan Kehidupan Pribadi & Pekerjaan Kalian
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.