5 Landmark Ikonik Kota Besar Indonesia, Patung GWK sampai Jam Gadang
03 September 2024 |
12:22 WIB
Sejumlah kota-kota besar di Indonesia punya landmark ikonik. Kalau selama ini Genhype hanya tahu Monas sebagai landmark Jakarta dan Candi Prambanan dari Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), yuk cari tahu lebih banyak landmark ikonik di kota-kota dalam negeri lainnya yang tak kalah menarik.
Beberapa landmark ini, selain memiliki desain yang cantik dan megah, juga terdapat sejarah panjang di baliknya. Sambil mengaguminya, kita juga bisa mempelajari asal usul dibangunnya landmark ikonik tersebut. Nah Genhype, berikut adalah beberapa landmark ikonik kota di Indonesia.
Baca juga: Jelajah Istana Daendels & Landmark Ikonik Jakarta Bareng Komunitas Eat Chat Walk
Patung GWK dirancang sebagai simbol kebudayaan dan spiritualitas Pulau Dewata, serta nasionalisme Indonesia. Patung ini menggambarkan Dewa Wisnu, yang dalam agama Hindu dianggap sebagai pelindung dan pemelihara alam semesta.
Sang dewa sedang mengendarai Garuda, burung mitologi yang melambangkan kebebasan dan kekuatan. Patung ini mencerminkan keyakinan dan nilai-nilai Hindu yang sangat kental di Bali, sekaligus menunjukkan kebesaran budaya Nusantara.
Ketinggian Patung GWK mencapai 121 meter dengan berat 4.000 ton, terbuat dari bahan tembaga, baja, dan kuningan. Ketinggiannya melebihi Patung Liberty (93 meter), membuat patung GWK dapat terlihat dari radius hingga 20 km, bahkan dapat dilihat dari Kuta dan Nusa Dua.
Jam tersebut digerakkan secara mekanik oleh mesin yang didatangkan langsung dari Rotterdam, Belanda melalui pelabuhan Teluk Bayur. Jam Gadang dibangun pada 1925–1927 atas inisiatif Hendrik Roelof Rookmaaker, controleur atau sekretaris kota Fort de Kock (sekarang Kota Bukittinggi) pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Adapun jamnya merupakan hadiah dari Ratu Belanda, Wilhelmina.
Jam Gadang menjadi lokasi peristiwa penting pada masa sekitar kemerdekaan Indonesia, seperti pengibaran bendera merah putih (1945), Demonstrasi Nasi Bungkus (1950), dan pembunuhan 187 penduduk setempat oleh militer Indonesia atas tuduhan terlibat Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (1959).
Menurut legenda, pertarungan pertama terjadi karena ada ikan sura yang meninggalkan kawasan menuju sungai. Mengetahui hal itu, buaya yang merupakan penguasa daratan merasa tidak diterima dan meminta ikan sura kembali ke laut.
Oleh karena itu, tidak heran jika bentuk patung tersebut memperlihatkan dua binatang yang sedang berkelahi. Tempat terjadinya pertempuran itu diberi nama Surabaya.
Jembatan ini dibangun pada 1962 dengan biaya pembangunan yang diambil dari perampasan perang Jepang. Jembatan Ampera dirancang sebagai jembatan gantung dengan panjang total sekitar 1.117 meter dan lebar 22 meter. Bagian tengah jembatan ini, yang memiliki panjang 71,90 meter, awalnya bisa diangkat untuk memungkinkan kapal-kapal besar lewat di bawahnya.
Pada masa Hindia Belanda, gedung sate dibangun sebagai kantor Departemen Badan Usaha Milik Negara Hindia Belanda, yakni Department van Gouvernementsbedrijven. Gedung Sate selesai dibangun pada 1920 dan dirancang oleh arsitek Belanda, J. Gerber. Bangunan ini menggabungkan gaya arsitektur neoklasik Eropa dengan elemen tradisional Indonesia.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Beberapa landmark ini, selain memiliki desain yang cantik dan megah, juga terdapat sejarah panjang di baliknya. Sambil mengaguminya, kita juga bisa mempelajari asal usul dibangunnya landmark ikonik tersebut. Nah Genhype, berikut adalah beberapa landmark ikonik kota di Indonesia.
Baca juga: Jelajah Istana Daendels & Landmark Ikonik Jakarta Bareng Komunitas Eat Chat Walk
1. Patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) - Badung, Bali
Patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) adalah salah satu landmark ikonik di Bali, Indonesia. Patung ini terletak di Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana di Bukit Ungasan, Badung, Bali. GWK adalah patung yang menggambarkan dewa Wisnu yang sedang menunggangi Garuda, burung mitologi dalam agama Hindu.Patung GWK dirancang sebagai simbol kebudayaan dan spiritualitas Pulau Dewata, serta nasionalisme Indonesia. Patung ini menggambarkan Dewa Wisnu, yang dalam agama Hindu dianggap sebagai pelindung dan pemelihara alam semesta.
Sang dewa sedang mengendarai Garuda, burung mitologi yang melambangkan kebebasan dan kekuatan. Patung ini mencerminkan keyakinan dan nilai-nilai Hindu yang sangat kental di Bali, sekaligus menunjukkan kebesaran budaya Nusantara.
Ketinggian Patung GWK mencapai 121 meter dengan berat 4.000 ton, terbuat dari bahan tembaga, baja, dan kuningan. Ketinggiannya melebihi Patung Liberty (93 meter), membuat patung GWK dapat terlihat dari radius hingga 20 km, bahkan dapat dilihat dari Kuta dan Nusa Dua.
2. Jam Gadang - Bukittinggi
Jam Gadang adalah menara jam yang menjadi ikon Kota Bukittinggi, Sumatra Barat. Menara jam ini menjulang setinggi 27 meter dan diresmikan pembangunannya pada 25 Juli 1927. Terdapat jam berukuran besar berdiameter 80 cm di empat sisi menara sehingga dinamakan Jam Gadang, dalam bahasa Minangkabau yang berarti jam besar.Jam tersebut digerakkan secara mekanik oleh mesin yang didatangkan langsung dari Rotterdam, Belanda melalui pelabuhan Teluk Bayur. Jam Gadang dibangun pada 1925–1927 atas inisiatif Hendrik Roelof Rookmaaker, controleur atau sekretaris kota Fort de Kock (sekarang Kota Bukittinggi) pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Adapun jamnya merupakan hadiah dari Ratu Belanda, Wilhelmina.
Jam Gadang menjadi lokasi peristiwa penting pada masa sekitar kemerdekaan Indonesia, seperti pengibaran bendera merah putih (1945), Demonstrasi Nasi Bungkus (1950), dan pembunuhan 187 penduduk setempat oleh militer Indonesia atas tuduhan terlibat Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (1959).
3. Patung Ikan Sura dan Baya - Surabaya
Patung Ikan Sura dan Baya adalah salah satu landmark ikonik di Kota Surabaya, Jawa Timur, Indonesia. Patung ini menggambarkan asal-usul nama Surabaya. Nama Surabaya dipercaya berasal dari gabungan kata sura (hiu) dan baya (buaya). Menurut legenda, pertarungan antara ikan sura dan buaya ini terjadi untuk memperebutkan wilayah kekuasaan di sekitar Sungai Brantas dan Laut JawaMenurut legenda, pertarungan pertama terjadi karena ada ikan sura yang meninggalkan kawasan menuju sungai. Mengetahui hal itu, buaya yang merupakan penguasa daratan merasa tidak diterima dan meminta ikan sura kembali ke laut.
Oleh karena itu, tidak heran jika bentuk patung tersebut memperlihatkan dua binatang yang sedang berkelahi. Tempat terjadinya pertempuran itu diberi nama Surabaya.
4. Jembatan Ampera - Palembang
Jembatan Ampera awalnya dinamai Jembatan Bung Karno, tetapi namanya diubah menjadi Jembatan Ampera yang merupakan singkatan dari Amanat Penderitaan Rakyat. Landmark ini terletak di tengah-tengah Kota Palembang, menghubungkan daerah Seberang Ulu dan seberang Ilir yang dipisahkan oleh Sungai Musi.Jembatan ini dibangun pada 1962 dengan biaya pembangunan yang diambil dari perampasan perang Jepang. Jembatan Ampera dirancang sebagai jembatan gantung dengan panjang total sekitar 1.117 meter dan lebar 22 meter. Bagian tengah jembatan ini, yang memiliki panjang 71,90 meter, awalnya bisa diangkat untuk memungkinkan kapal-kapal besar lewat di bawahnya.
5. Gedung Sate - Bandung
Gedung Sate merupakan kantor Gubernur Jawa Barat yang memiliki ciri khas ornamen tusuk sate pada menara sentralnya, yang sampai saat ini menjadi landmark Kota Bandung. Saat ini, Gedung Sate tidak hanya berfungsi sebagai pusat pemerintahan, tetapi juga menjadi salah satu tujuan wisata populer karena keindahan arsitekturnya dan nilai sejarahnya.Pada masa Hindia Belanda, gedung sate dibangun sebagai kantor Departemen Badan Usaha Milik Negara Hindia Belanda, yakni Department van Gouvernementsbedrijven. Gedung Sate selesai dibangun pada 1920 dan dirancang oleh arsitek Belanda, J. Gerber. Bangunan ini menggabungkan gaya arsitektur neoklasik Eropa dengan elemen tradisional Indonesia.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.