Gapura Wringin Lawang, gapura peninggalan kerajaan Majapahit abad ke-14 yang berada di Jatipasar, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. (Sumber gambar: Hypeabis.id/Luke Andaresta)

Ternyata Begini Proses Perawatan Situs Bersejarah Trowulan di Mojokerto

28 August 2024   |   07:00 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Situs Trowulan adalah salah satu warisan penting dari perjalanan sejarah dan budaya peradaban Indonesia. Situs yang terletak di Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur ini merupakan lokasi peninggalan ibu kota Kerajaan Majapahit selama lebih dari 200 tahun antara abad ke 13-15 Masehi.

Situs Trowulan merupakan akumulasi dari berbagai artefak yang tidak hanya menunjukkan bukti-bukti adanya pemukiman manusia, tetapi juga situs-situs lain yang digunakan untuk kegiatan upacara, ritual, tempat suci, kegiatan industri, rumah pemotongan hewan, pemakaman, persawahan, pasar, kanal air, dan waduk.

Baca juga: Gerakan Siap Darling Ajak 150 Mahasiswa Untuk Penghijauan di Area Situs Trowulan

Seiring berjalannya waktu, banyak situs bangunan dan sisa-sisa permukiman manusia telah digali, dipugar, dirawat, dan dimanfaatkan di seluruh kawasan Situs Trowulan seperti Candi Tikus, Gapura Bajangratu, Candi Baru, Candi Gentong, Gapura Wringinlawang, Candi Kedaton, dan Permukiman Sentonorejo.
 
Kelestarian Situs Trowulan yang masih eksis hingga saat ini sebagai wadah pengetahuan akan sejarah, tentunya tidak terlepas dari proses pemeliharaan yang dilakukan oleh pemerintah setempat dan pihak terkait. Sejumlah perawatan rutin dilakukan agar situs arkeologis Trowulan tetap terjaga.
 
Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XI Provinsi Jawa Timur Endah Budi Heryani menjelaskan proses perawatan Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Trowulan meliputi konservasi mekanik dan kering, yang melibatkan sebanyak 300 orang juru pelihara dan tim konservasi yang ada di Jawa Timur.
 
Endah menjelaskan konservasi kering merupakan proses pemeliharaan yang biasanya dilakukan oleh juru pelihara, seperti membersihkan permukaan bangunan situs dari rumput liar dan lumut, atau menyapu sampah dedaunan yang ada di sekitar kawasan situs Trowulan.
 
Sementara untuk konservasi mekanik biasanya dilakukan dengan melibatkan tim konservasi khusus. Sebelum mengonservasi situs, akan dilakukan studi terlebih dahulu guna mengetahui kerusakan yang dialami situs termasuk menentukan tindakan penanganannya yang tepat.
 
"Setiap bulan ada laporan, terus misal kita lihat dari laporannya oh ini kayaknya [penanganan kerusakan] yang perlu duluan, karena kita enggak bisa semuanya. Sekali lagi memang terkait dengan anggaran. Jadi nanti kita pilih beberapa itu yang urgent, nah kemudian kita turunkan konservasi," katanya saat diwawancarai Hypeabis.id di Mojokerto, Jawa Timur, baru-baru ini.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by Selma (@selma.ghsn)


 
Endah juga menerangkan proses konservasi kering di situs Trowulan dilakukan setiap hari oleh juru pelihara, yang utamanya memastikan bahwa di seluruh permukaan bangunannya tetap bersih dan terbebas dari rumput-rumput liar, lumut, ataupun jamur.
 
Namun, jika tingkat masalah yang ada pada situs sudah sulit untuk dibersihkan secara manual oleh juru pelihara, nantinya akan dijadwalkan untuk dilakukan konservasi mekanik. Lantaran membutuhkan proses kajian, biasanya konservasi mekanik di Trowulan dilakukan dua tahun sekali.
 
"Biasanya kadang-kadang ya memang karena keterbatasan itu ya paling satu candi untuk perawatan kimia [mekanik] itu kadang-kadang dia baru dua tahun sekali dapat gitu. Tapi kalau kita terlalu sering [konservasi] kan juga enggak bagus," katanya.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by herman_99 (@herman.mboys99)


Lantaran dibangun dari tumpukan batu bata, permasalahan yang sering muncul pada situs Trowulan ialah tumbuhnya rumput-rumput liar, lumut, dan jamur yang muncul di sela-sela bangunan situs. Jika terjadi demikian, biasanya para juru pelihara akan memanjat bangunan situs-situs yang ada di kompleks Trowulan untuk membersihkannya secara manual.
 
Endah menuturkan selain agar tampilannya terus terawat, pembersihan juga perlu dilakukan rutin untuk menghindari rumput atau tanaman liar semakin membesar pada bangunan situs. Jika dibiarkan, tentu akan semakin sulit dibersihkan dan berbahaya bagi keutuhan bangunan.
 
Diakui olehnya tantangan utama dalam pemeliharaan situs cagar budaya Trowulan ialah kesadaran dan keterlibatan aktif masyarakat untuk turut merawatnya. Sebab, menurutnya, masih ada orang-orang atau pengunjung yang tidak terlalu peduli dengan kebersihan lingkungan di kawasan Trowulan.
 
"Kalau tantangannya di sini tuh lebih pada dengan masyarakat untuk bisa menjaga bersama-sama. Karena kadang-kadang ada masyarakat yang sangat peduli, tapi ada yang sama sekali tidak peduli. Contoh membuang sampah sembarangan. Harapannya ya tergerak mereka untuk menjaga," katanya.
 
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

Cek Hari Libur & Cuti Bersama Bulan September 2024

BERIKUTNYA

BDD 2024 Segera Dimulai, Ajang Kreativitas Desain di Bintaro

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: