Pemain menampilkan Work in Progres Teater Nggragas dari Teater Asa di Jakarta, Minggu (18/8/2024). (Sumber gambar: JIBI/Bisnis/Abdurachman)

Eksplorasi Tari & Macapat Modern Ala Teater Asa di Pentas Nggragas SIPFest 2024

18 August 2024   |   21:30 WIB
Image
Chelsea Venda Jurnalis Hypeabis.id

Ketika ruang pertunjukan Studio Tari Salihara, Jakarta, gelap, binar cahaya muncul dari nyala lilin di tengah panggung. Sekelompok penari berdiri melingkar dan mengerubungi sumber cahaya itu. Para penari lantas saling mendekat dan kemudian berbagi terang yang seolah kian menipis.

Lantunan tembang berbahasa Jawa mengalun pelan. Para penari mulai bergerak dengan perlahan. Terkadang, ayunan tariannya berubah dan menghentak di bagian-bagian tertentu.

Baca juga: Tari Kusukusu II & Refleksi Ragam Gerak Fauna di SIPFEst 2024 Salihara

Adegan tersebut merupakan bagian pembuka dari pertunjukan bertajuk Nggragas yang dipentaskan Teater Asa dalam program Work in Progress Salihara International Performing Arts Festival (SIPFest) 2024.
 

 Pemain menampilkan Work in Progres Teater Nggragas dari Teater Asa di Jakarta, Minggu (18/8/2024).  (Sumber gambar: JIBI/Bisnis/Abdurachman)

Pemain menampilkan Work in Progres Teater Nggragas dari Teater Asa di Jakarta, Minggu (18/8/2024). (Sumber gambar: JIBI/Bisnis/Abdurachman)


Dalam pementasan ini, Teater Asa menyuguhkan cuplikan pertunjukan Nggragas yang masih bertumbuh. Sekitar 25 menitan pementasan itu berlangsung dengan bentuk yang cukup menggugah.

Dialog-dialog yang muncul antarpemain, juga dramaturgi yang disajikan cenderung mengambil pendekatan realis. Namun, gerakan-gerakan tarian yang disuguhkan justru mengindikasikan sebaliknya.

Peleburan ini membuat pementasan menjadi menarik. Mata dan telinga penonton tetap nyalang mengikuti babak demi babak nada kehidupan.

Selentingan kritik sosial yang segar juga menjadi daya tarik lain pertunjukan ini. Sekilas, ada semacam jejak macapat, terutama pada tembang-tembang yang muncul di tengah panggung yang berpadu dengan apik dengan tarian di dalamnya.

Sutradara Teater Asa Simon Karsimin mengatakan pertunjukan Nggragas yang ditampilkan saat ini memang belum final. Dirinya masih mencoba mengeksplorasi bentuk dan warna baru untuk membuat pementasannya lebih paripurna.

Dalam perjalanannya, Karsimin mengungkap ada banyak hal yang kemudian memengaruhi pertunjukan ini. Bentuk pertunjukan yang ditampilkan saat awal dan yang sekarang dipentaskan juga terus berjalan dinamis.

“Pertunjukan ini adalah karya awal saat Teater Asa lahir, yakni sekitar 2015 lalu. Ide awalnya terinspirasi dari cerpen berjudul Pencuri karangan Julius Siyaranamual,” ucap Karsimin saat ditemui Hypeabis.id seusai pertunjukan di Salihara, Minggu (18/8/2024).
 

 Pemain menampilkan Work in Progres Teater Nggragas dari Teater Asa di Jakarta, Minggu (18/8/2024).  (Sumber gambar: JIBI/Bisnis/Abdurachman)

Pemain menampilkan Work in Progres Teater Nggragas dari Teater Asa di Jakarta, Minggu (18/8/2024). (Sumber gambar: JIBI/Bisnis/Abdurachman)


Karsimin kemudian mulai meramu ide awal tersebut menjadi naskah teater. Dia mulai melakukan beberapa riset sederhana, terutama untuk melihat yang terjadi di akar rumput.

Satu dari sekian fenomena itu rupanya ada di dekatnya. Karsimin bercerita ada satu warung yang berada di dekat tempat latihan Teater Asa tutup mendadak. Warung itu tutup karena utang yang tak kunjung dibayar oleh para pembelinya yang mayoritas adalah warga sekitar dan pekerja proyek di wilayah tersebut.

“Kalau bicara orang proyek, dana itu kan sebenarnya sudah diturunkan. Namun, kok ke pekerja-pekerjanya enggak. Ini kan kemudian merembet ke mana-mana,” jelasnya.

Layer cerita tersebut membuka mata Karsimin pada hal yang lebih luas. Dalam kacamatanya, pencuri rupanya sudah jadi fenomena yang menjalar dan tak lagi mengenal batasan-batasan. Bahkan, bisa jadi pencuri sudah jadi lingkaran setan yang mengerikan di kehidupan sekarang.

Karsimin kemudian menuangkan kegelisahannya ke dalam naskah yang mulanya berjudul Maling tersebut. Versi awal pertunjukan ini sempat ditampilkan di Festival Drama Pendek London School Public Relations pada 2015 dan beberapa pementasan lain.

Pada 2023, Teater Asa mendapat undangan dari Malang Dance. Kala itu, pertunjukan yang dipentaskan lebih banyak berisi adalah seni tari. Akhirnya, terpikir ide untuk kembali mementaskan  naskah Maling.

Namun, karena sudah lama tak dipentaskan juga kebutuhan untuk pembaharuan, Karsimin kala itu memutuskan untuk memasukkan beberapa hal baru. Salah satunya ialah memasukkan dramaturgi macapat ke dalamnya.

Dalam prosesnya, dialog maupun tembang yang dibawakan mencoba memakai teknik macapat Jawa. Yang menarik, kata Karsimin, setiap pemain juga punya keleluasaan untuk menulis dialog dan tembang yang akan dinyanyikan.
 

 Pemain menampilkan Work in Progres Teater Nggragas dari Teater Asa di Jakarta, Minggu (18/8/2024).  (Sumber gambar: JIBI/Bisnis/Abdurachman)

Pemain menampilkan Work in Progres Teater Nggragas dari Teater Asa di Jakarta, Minggu (18/8/2024). (Sumber gambar: JIBI/Bisnis/Abdurachman)

Eksplorasi itu rupanya membuat bentuk pertunjukan ini jadi makin menarik bagi Karsimin. Menurutnya, karya bertumbuh ini makin terasa jelas akan mengarah ke arah yang mana.

“Untuk sekarang, kami ingin karya ingin menjadi musikal macapat modern. Namun, belum tahu juga, apakah ke depan akan muncul bentuk-bentuk baru juga,” tuturnya.

Modern yang dimaksud Karsimin bisa berarti banyak hal. Dia mencontohkan macapat tak lagi kaku pada musik-musik Jawa, tetapi bisa dipresentasikan dalam jaz, dangdut, atau unsur lain. Namun, dengan catatan tidak meninggalkan struktur guru lagu, guru wilangan, dan guru gatranya.

Sementara itu, salah satu anggota Teater Asa, Deril, mengatakan Teater Asa memang tidak asing dengan gaya teater bertumbuh. Hampir 9 tahun berproses, naskah-naskah yang ditampilkan kerap kali disusun secara mandiri dan dibiarkan bertumbuh.

“Kadang kala, itu bertumbuh ke arah yang tidak diekspektasi. Dengan segala ketumbuhan kami sebagai kelompok dan pemain yang baru itu bisa memberikan warna dan arah baru pada naskah, seperti yang terjadi di pertunjukan Nggragas ini,” imbuhnya.

Tak jauh berbeda, pemain Teater Asa Majid mengatakan proses berkarya di Nggragas ini cukup menarik. Sebab, sebagai naskah bertumbuh, selalu ada hal-hal baru yang menggugah untuk terus dieksplorasi.

Kurator Teater Komunitas Salihara, Hendromasto Prasetyo mengatakan Work in Progress atau forum karya tumbuh merupakan pemberian ruang bagi para pegiat teater untuk merepresentasikan karyanya sebelum mereka tampil dalam pertunjukan yang paling paripurna. 

Work in progress adalah hal yang biasa dalam kegiatan teater, yakni ketika para pegiat melakukan reading, dan meminta penonton atau kritikus untuk memberi saran.

Baca juga: Momen Keseruan Jalan Bareng Genhype Series 2 di Galeri Salihara

Editor: Dika Irawan

SEBELUMNYA

Indonesia Bertutur 2024: Merangkai Warisan Budaya dengan Kreativitas Masa Kini

BERIKUTNYA

Pemerintah Belum Beri Insentif EV Hybrid, Begini Respons APM

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: