Mau Coba Rooting Ponsel Android, Perhatikan Dulu Hal Ini Agar Lebih Aman
21 August 2021 |
18:44 WIB
Bagi sebagian orang memodifikasi sistem operasi perangkat Android dengan cara melakukan root menjadi hal yang mengasyikan. Pasalnya, banyak fitur tersembunyi yang akhirnya ditemukan setelah melakukan root.
Selain itu, perangkat keras juga bisa dimaksimalkan performanya lewat berbagai tweak yang aksesnya terbuka setelah perangkat di-root.
Root terkadang juga menjadi solusi bagi pengguna ponsel keluaran lama untuk merasakan fitur-fitur baru yang hanya bisa dinikmati oleh pengguna ponsel dengan versi sistem operasi dan tampilan antarmuka yang lebih baru.
Root merupakan proses yang memungkinkan pengguna mencapai kontrol istimewa (akses penuh/superuser) atau berperan sebagai administrator (dikenal sebagai 'akses root') dalam subsistem sistem operasi Android di perangkat mereka.
Namun, tak dapat dipungkiri jika proses root tergolong riskan dan membahayakan perangkat. Karena perangkat menjadi mudah terserang virus atau malware lantaran sistem keamanan yang ada telah dibobol lewat proses tersebut.
Oleh karena itu, hampir semua pabrikan mengharamkan root pada perangkat Android. Garansi resmi otomatis hilang apabila perangkat telah berhasil di-root.
Lantas, apakah melakukan root pada perangkat Android benar-benar tidak boleh dilakukan?
Pakar keamanan siber dari Vaksincom, Alfons Tanujaya mengatakan tidak ada salahnya pengguna Android melakukan root pada perangkatnya. Karena banyak hal yang bisa dipelajari lewat aktivitas tersebut.
"Asyik karena banyak hal-hal tersembunyi yang akhirnya kita ketahui. Perangkat sepenuhnya bisa kita kontrol dan kustomisasi sesuai dengan keinginan," katanya.
Alfons mengingatkan beberapa kemungkinan terburuk yang akan menimpa pengguna Android setelah memutuskan untuk melakukan root pada perangkatnya. Selain kerusakan perangkat dan hilangnya garansi, yang paling berbahaya adalah peretasan atau pencurian data dalam perangkat.
Data penting yang ada dalam perangkat dapat dengan mudah berpindah perangkat tanpa diketahui oleh pemiliknya. Tak terkecuali data dari aplikasi yang terpasang pada perangkat.
Oleh karena itu, Alfons menyarankan agar masyarakat memisahkan perangkat yang digunakan untuk aktivitas vital seperti melakukan transaksi keuangan, jual beli, hingga menerima, mengirim, atau menyimpan informasi sensitif. Demikian halnya dengan sosial media.
“Dipisahkan [perangkatnya], ada yang khusus buat aktivitas penting dan vital. Perangkat lain untuk sosial media, main game, di-install aplikasi dari luar atau malah di-oprek,” paparnya.
Selain itu, perangkat yang di-root sebaiknya adalah perangkat yang masa garansinya sudah habis.
Terakhir, menurut Alfons perangkat yang sudah di-root sebaiknya juga dipasangi antivirus yang diperbarui dalam frekuensi tertentu.
Setidaknya antivirus bisa menghalau atau memberikan peringatan kepada pengguna ketika perangkat terkena serangan malware.
"Antivirus ini penting ya, walaupun untuk ransomware tetap kalah juga. Tetapi yang terpenting lagi adalah kedisiplinan pengguna untuk memperbarui patch-nya," ujarnya.
Editor: Indyah Sutriningrum
Selain itu, perangkat keras juga bisa dimaksimalkan performanya lewat berbagai tweak yang aksesnya terbuka setelah perangkat di-root.
Root terkadang juga menjadi solusi bagi pengguna ponsel keluaran lama untuk merasakan fitur-fitur baru yang hanya bisa dinikmati oleh pengguna ponsel dengan versi sistem operasi dan tampilan antarmuka yang lebih baru.
Root merupakan proses yang memungkinkan pengguna mencapai kontrol istimewa (akses penuh/superuser) atau berperan sebagai administrator (dikenal sebagai 'akses root') dalam subsistem sistem operasi Android di perangkat mereka.
Namun, tak dapat dipungkiri jika proses root tergolong riskan dan membahayakan perangkat. Karena perangkat menjadi mudah terserang virus atau malware lantaran sistem keamanan yang ada telah dibobol lewat proses tersebut.
Oleh karena itu, hampir semua pabrikan mengharamkan root pada perangkat Android. Garansi resmi otomatis hilang apabila perangkat telah berhasil di-root.
Lantas, apakah melakukan root pada perangkat Android benar-benar tidak boleh dilakukan?
Pakar keamanan siber dari Vaksincom, Alfons Tanujaya mengatakan tidak ada salahnya pengguna Android melakukan root pada perangkatnya. Karena banyak hal yang bisa dipelajari lewat aktivitas tersebut.
"Asyik karena banyak hal-hal tersembunyi yang akhirnya kita ketahui. Perangkat sepenuhnya bisa kita kontrol dan kustomisasi sesuai dengan keinginan," katanya.
Alfons mengingatkan beberapa kemungkinan terburuk yang akan menimpa pengguna Android setelah memutuskan untuk melakukan root pada perangkatnya. Selain kerusakan perangkat dan hilangnya garansi, yang paling berbahaya adalah peretasan atau pencurian data dalam perangkat.
Data penting yang ada dalam perangkat dapat dengan mudah berpindah perangkat tanpa diketahui oleh pemiliknya. Tak terkecuali data dari aplikasi yang terpasang pada perangkat.
Oleh karena itu, Alfons menyarankan agar masyarakat memisahkan perangkat yang digunakan untuk aktivitas vital seperti melakukan transaksi keuangan, jual beli, hingga menerima, mengirim, atau menyimpan informasi sensitif. Demikian halnya dengan sosial media.
“Dipisahkan [perangkatnya], ada yang khusus buat aktivitas penting dan vital. Perangkat lain untuk sosial media, main game, di-install aplikasi dari luar atau malah di-oprek,” paparnya.
Selain itu, perangkat yang di-root sebaiknya adalah perangkat yang masa garansinya sudah habis.
Terakhir, menurut Alfons perangkat yang sudah di-root sebaiknya juga dipasangi antivirus yang diperbarui dalam frekuensi tertentu.
Setidaknya antivirus bisa menghalau atau memberikan peringatan kepada pengguna ketika perangkat terkena serangan malware.
"Antivirus ini penting ya, walaupun untuk ransomware tetap kalah juga. Tetapi yang terpenting lagi adalah kedisiplinan pengguna untuk memperbarui patch-nya," ujarnya.
Editor: Indyah Sutriningrum
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.