3 Langkah yang Harus Diperhatikan Jika Ingin Magang di Luar Negeri
25 March 2024 |
05:38 WIB
Magang atau praktik kerja menjadi salah satu cara bagi mahasiswa mencari pengalaman sebelum terjun ke dunia pekerjaan. Tidak sedikit dari mereka yang memilih untuk mencari perusahaan di luar negeri. Saat memutuskan untuk mencari pengalaman di negeri orang, perlu kehati-hatian ekstra agar tidak terjerat masalah di kemudian hari.
Bukan tanpa alasan, alih-alih mendapatkan pengalaman yang berguna untuk masa depan setelah selesai magang dan selesai kuliah, baru-baru ini, sekelompok mahasiswa justru menjadi korban perdagangan manusia oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.
Mereka juga harus menanggung kerugian akibat mengeluarkan sejumlah uang yang seharusnya tidak dikeluarkan sebagai pekerja magang.
Baca juga: Syarat Daftar Beasiswa Kartu Jakarta Mahasiswa Unggul (KJMU) Tahap 1 Tahun 2024
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia – melalui akun Instagram @arsjadrasjid – menyebutkan ada lebih dari 1.000 mahasiswa magang ke Jerman menjadi korban perdagangan manusia.
Dia mengunggah kronologi para mahasiswa yang terperangkap dalam perdagangan manusia. Pertama-tama, ada agen yang mengaku menjalin kerja sama dengan 33 kampus dan menjanjikan magang di Jerman.
Program magang itu disebut dapat dikonversi menjadi 20 SKS sesuai ketentuan program Merdeka Belajar – Kampus Merdeka. Lalu, para mahasiswa yang ikut diminta membayar sejumlah uang untuk mengurus biaya pendaftaran, LoA, dan dana talangan dengan total sekitar Rp50 juta.
Saat sampai di Jerman, para mahasiswa yang ikut dalam program magang itu diminta tanda tangan kontrak yang tertulis dalam Bahasa Jerman tanpa terjemahan. Mereka ternyata bekerja sebagai tenaga kerja kasar dan tidak sesuai dengan yang dipromosikan.
Belakangan diketahui bahwa agen yang terlibat ternyata penyalur perdagangan orang. “Saya sangat menyayangkan kejadian ini. Saya beharap adik-adik mahasiswa yang menjadi korban segera mendapatkan keadilan,” tulisnya.
Dari kasus itu, dia pun meminta para mahasiswa atau pelajar yang hendak magang di luar negeri perlu waspada terhadap program magang yang terindikasi red flag atau membuat mereka menjadi korban perdagangan manusia.
Unggahan itu mendapatkan banyak respons dari para pengguna Instagram lainnya. Salah satu pengguna Instagram menyarankan setiap orang yang ingin sekolah atau bekerja di Jerman perlu menguasai Bahasa Jerman selain Inggris.
Selain itu, seseorang juga perlu mencari informasi terlebih dahulu dengan datang ke pameran atau mencarinya langsung melalui lembaga resmi jika ingin kuliah atau bekerja di Jerman.
Agar tidak tertipu dengan oknum yang merugikan, Arsjad memberikan tiga hal penting yang harus diperhatikan oleh Genhype agar tidak terperangkap dalam kejahatan manusia itu.
Langkah pertama yang harus menjadi perhatian para mahasiswa atau pelajar sebelum mencari pengalaman ke negeri orang adalah jangan mudah tergiur dengan iming-iming yang tidak masuk akal atau too good too be true.
Periksa legalitas lembaga penyalur dan rekam jejak agen tenaga kerja tersebut untuk memastikan keamanan dan jaminan dalam setiap kondisi yang dapat terjadi pada kemudian hari.
Langkah kedua adalah perlu memastikan bahwa kontrak magang yang disodorkan oleh perusahaan atau agen tertulis dalam bahasa yang bisa dipahami oleh kalian, yakni Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, bahasa negara tujuan yang kalian kuasai. Bila perlu, berkonsultasi dulu pada ahli HR tentang apa saja yang harus diperhatikan pada saat menandatangani kontrak kerja di perusahaan luar negeri.
Langkah terakhir, kalian harus berhati-hati dengan adanya permintaan uang pendaftaran atau penjaminan dalam jumlah yang besar. Beberapa negara, termasuk Jerman sebenarnya melarang pungutan biaya dari pekerja magang di luar biaya seperti visa, paspor, dan transportasi dalam negeri.
Baca juga: Genhype Sedang Cari Beasiswa? Sevima Buka Program Beasiswa SEMESTA
Sebagai tambahan, setiap pungutan biaya harus dipastikan peruntukannya secara jelas, termasuk meminta jaminan dan bukti kuitansi bermaterai jika memang terdapat pungutan yang memang harus dibayarkan di muka.
Editor: Fajar Sidik
Bukan tanpa alasan, alih-alih mendapatkan pengalaman yang berguna untuk masa depan setelah selesai magang dan selesai kuliah, baru-baru ini, sekelompok mahasiswa justru menjadi korban perdagangan manusia oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.
Mereka juga harus menanggung kerugian akibat mengeluarkan sejumlah uang yang seharusnya tidak dikeluarkan sebagai pekerja magang.
Baca juga: Syarat Daftar Beasiswa Kartu Jakarta Mahasiswa Unggul (KJMU) Tahap 1 Tahun 2024
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia – melalui akun Instagram @arsjadrasjid – menyebutkan ada lebih dari 1.000 mahasiswa magang ke Jerman menjadi korban perdagangan manusia.
Dia mengunggah kronologi para mahasiswa yang terperangkap dalam perdagangan manusia. Pertama-tama, ada agen yang mengaku menjalin kerja sama dengan 33 kampus dan menjanjikan magang di Jerman.
Program magang itu disebut dapat dikonversi menjadi 20 SKS sesuai ketentuan program Merdeka Belajar – Kampus Merdeka. Lalu, para mahasiswa yang ikut diminta membayar sejumlah uang untuk mengurus biaya pendaftaran, LoA, dan dana talangan dengan total sekitar Rp50 juta.
Saat sampai di Jerman, para mahasiswa yang ikut dalam program magang itu diminta tanda tangan kontrak yang tertulis dalam Bahasa Jerman tanpa terjemahan. Mereka ternyata bekerja sebagai tenaga kerja kasar dan tidak sesuai dengan yang dipromosikan.
Belakangan diketahui bahwa agen yang terlibat ternyata penyalur perdagangan orang. “Saya sangat menyayangkan kejadian ini. Saya beharap adik-adik mahasiswa yang menjadi korban segera mendapatkan keadilan,” tulisnya.
Dari kasus itu, dia pun meminta para mahasiswa atau pelajar yang hendak magang di luar negeri perlu waspada terhadap program magang yang terindikasi red flag atau membuat mereka menjadi korban perdagangan manusia.
Unggahan itu mendapatkan banyak respons dari para pengguna Instagram lainnya. Salah satu pengguna Instagram menyarankan setiap orang yang ingin sekolah atau bekerja di Jerman perlu menguasai Bahasa Jerman selain Inggris.
Selain itu, seseorang juga perlu mencari informasi terlebih dahulu dengan datang ke pameran atau mencarinya langsung melalui lembaga resmi jika ingin kuliah atau bekerja di Jerman.
Agar tidak tertipu dengan oknum yang merugikan, Arsjad memberikan tiga hal penting yang harus diperhatikan oleh Genhype agar tidak terperangkap dalam kejahatan manusia itu.
1. Jangan mudah tergoda
Langkah pertama yang harus menjadi perhatian para mahasiswa atau pelajar sebelum mencari pengalaman ke negeri orang adalah jangan mudah tergiur dengan iming-iming yang tidak masuk akal atau too good too be true. Periksa legalitas lembaga penyalur dan rekam jejak agen tenaga kerja tersebut untuk memastikan keamanan dan jaminan dalam setiap kondisi yang dapat terjadi pada kemudian hari.
2. Pelajari kontrak dalam bahasa yang dimengerti
Langkah kedua adalah perlu memastikan bahwa kontrak magang yang disodorkan oleh perusahaan atau agen tertulis dalam bahasa yang bisa dipahami oleh kalian, yakni Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, bahasa negara tujuan yang kalian kuasai. Bila perlu, berkonsultasi dulu pada ahli HR tentang apa saja yang harus diperhatikan pada saat menandatangani kontrak kerja di perusahaan luar negeri.
3. Hati-hati dengan permintaan uang pendaftaran
Langkah terakhir, kalian harus berhati-hati dengan adanya permintaan uang pendaftaran atau penjaminan dalam jumlah yang besar. Beberapa negara, termasuk Jerman sebenarnya melarang pungutan biaya dari pekerja magang di luar biaya seperti visa, paspor, dan transportasi dalam negeri. Baca juga: Genhype Sedang Cari Beasiswa? Sevima Buka Program Beasiswa SEMESTA
Sebagai tambahan, setiap pungutan biaya harus dipastikan peruntukannya secara jelas, termasuk meminta jaminan dan bukti kuitansi bermaterai jika memang terdapat pungutan yang memang harus dibayarkan di muka.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.