Penyanyi Jordan Susanto (kiri) & Nathalie Ezmeralda di Djavu Bar and Longue Jakarta. (Sumber gambar: Hypeabis.id/Luke Andaresta)

Suka Duka Musisi Indie dari Kacamata Jordan Susanto & Nathalie Ezmeralda

19 March 2024   |   18:14 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Saat ditemui Hypeabis.id di Djavu Bar and Longue Jakarta, Jordan Susanto dan Nathalie Ezmeralda tampak semringah. Mereka antusias menjadi salah satu pengisi di acara kolektif musik yang digagas sejumlah musisi indie di Jakarta bertajuk Rararia. Di acara itu, Nathalie dan Jordan membawakan lagu-lagu terbaiknya. 
 
Nathalie dan Jordan adalah dua dari sederet musisi muda yang memutuskan untuk berkarier secara independen atau indie. Seperti namanya, musik indie adalah bentuk musik yang diproduksi secara independen, di luar kendali ataupun campur tangan dari label rekaman besar atau perusahaan musik. 
Penyanyi dan grup band indie punya kemandirian dalam seluruh proses produksi musik, mulai dari penulisan, proses rekaman, distribusi, hingga promosi lagu. Para musisi indie juga cenderung memfokuskan diri untuk bereksperimen, berkreativias, dan bebas berekspresi alih-alih mengikuti tren pasar musik mainstream.
 
Ada banyak alasan mengapa akhirnya sejumlah musisi memilih jalur indie dalam berkarier. Jalur indie ditempuh Jordan Susanto untuk bermusik lantaran dia mengaku tidak mudah untuk bisa mendapatkan akses menuju ke label mayor di industri musik saat ini.

Di sisi lain, dia juga mengaku di tengah perkembangan teknologi dan makin terbukanya akses informasi, memungkinkan dirinya untuk terus menggarap musiknya secara mandiri.
 
Hal itu diamini juga oleh Nathalia Ezmeralda. Menurutnya, jalur independen menjadi cara yang paling mudah dan praktis untuk memulai berkarier di industri musik saat ini.

Seiring banyaknya pengalaman dan pembelajaran dalam menggarap musik secara mandiri, hal itu membuatnya justru semakin yakin untuk bisa bertahan menjadi musisi di jalur indie.
 
"Seperti punya creative liberty [kebebasan berkreativitas] untuk berkarya dan itu sangat penting. Cuma enggak menutup kemungkinan juga kalau memang ada tawaran label yang sejalan dengan visiku dan bisa mendukung lagi kenapa enggak. Cuma kalau untuk sekarang kan harus berjalan terus," kata Nathalie kepada Hypeabis.id.
 
Menurut Nathalie, tidak ada perbedaan yang signifikan antara berkarier secara label maupun indie di industri musik saat ini. Menurutnya, di tengah perkembangan teknologi dan akses yang mudah ke layanan platform streaming musik, para musisi bisa mendistribusikan musiknya secara mandiri. 
 
"Pada era media sosial dan internet sekarang ini, orang tuh lebih belajar sendiri dan nyari sendiri. Kalau dulu, mungkin memang harus orang yang lebih tahu yang membantu mereka [musisi]. Makanya sangat banyak musisi yang independen," kata Nathalie.
 

 
Meski menawarkan ruang kebebasan untuk berkarya yang luas, berkarier secara indie tetap memiliki tantangan tersendiri untuk musisi salah satunya dari sisi keuangan.

Jordan tidak memungkiri bahwa dana investasi yang biasanya disediakan oleh label untuk modal memproduksi lagu sangat membantu untuk keberlangsungan musisi dalam berkarya. Termasuk, lagu yang dibuat juga sudah otomatis akan didistribusikan secara sistematis oleh label.
 
Sementara untuk musisi indie yang biasanya berbasis komunitas, lebih mengandalkan usaha kolektif dengan menggandeng orang-orang di sekitar lingkungan mereka dalam membantu menggarap musik. "Perbedaan yang paling terasa itu secara finansial," kata Jordan.
 
Selain itu, sebagai musisi indie, Jordan juga mengaku harus memiliki ketekunan yang kuat untuk bisa mengerjakan banyak hal, mulai dari menulis, memproduksi, mendistribusikan, hingga promosi lagu secara mandiri. Termasuk, berjejaring agar bisa mendapatkan dukungan untuk berkarier secara berkelanjutan.
 
"Kita juga harus siap dengan segala feedback dari pendengar untuk karya-karya kita. Sebenarnya bisa saja kita rapuh kalau lagu yang dibuat ternyata kurang diapresiasi, tapi kita harus kuat untuk terus berkarya secara mandiri," kata pelantun lagu Still Drunk itu.
 
Ya, minimnya apresiasi terhadap karya musik tak terlepas dari semakin ketatnya persaingan antarmusisi untuk menjangkau pendengar. Industri musik dalam negeri kini terus diramaikan dengan kemunculan penyanyi-penyanyi baru.

Kondisi inilah yang juga menjadi tantangan tersendiri bagi musisi untuk bisa menjangkau pendengar yang lebih luas, sehingga karya mereka memiliki tempat tersendiri di kalangan penikmat musik.
 
Terkait hal itu, Jordan mengatakan tampil di panggung-panggung konser dan festival adalah salah satu cara utama yang paling efektif untuk memperkenalkan karya-karyanya kepada para pendengar.

Selain itu, penting juga untuk membuat konten-konten visual yang bisa merepresentasikan lagu-lagu untuk menciptakan ikatan (engagement) antara musisi dan pendengar lewat media sosial.
 
Meski demikian, sebagai musisi, Jordan tidak berusaha membuat strategi promosi yang terlalu 'dibuat-buat' untuk menyampaikan lagunya sehingga bisa diterima pendengar yang luas.

"Kadang kita harus percaya pada pendengar kita, bahwa mereka bisa paham dengan karya kita. Mereka punya penilaian dan interpretasi sendiri, yang penting pesannya jelas saja," katanya.
Sementara Nathalie memiliki kebiasaan untuk mendokumentasikan proses pembuatan lagu-lagunya, sehingga bisa menjadi cerita tersendiri yang bisa dia bagikan kepada pendengarnya di media sosial, alih-alih membuat konten-konten visual yang terlalu berkonsep untuk mempromosikan karyanya.

Hal itu dilakukannya untuk membangun ikatan (engagement) antara pendengar dengan karya-karyanya. "Mungkin itu juga seninya mendengarkan musik. Orang jadi belajar untuk benar-benar mendengar apa yang sudah orang lain karyakan," ucap Nathalie.
 
Nathalie menilai bahwa para musisi indie di Indonesia masih membutuhkan dukungan yang besar dari para penikmat musik dalam negeri untuk bisa terus bertahan. Sebab, menurutnya, pasar musik indie yang cenderung niche di Indonesia belum memiliki pendengar yang masif dan loyal seperti di luar negeri.
Selain itu, menurut Jordan, penting juga untuk membangun infrastruktur yang bisa mendukung ekosistem musik indie terus berjalan secara berkelanjutan, baik dari segi manajemen, teknis, hingga pendanaan. Menurutnya, seluruh hal itu penting hadir untuk memfasilitasi banyaknya sumber daya manusia (SDM) yang berbakat di bidang musik di dalam negeri.
 
"Jadi support system dan infrastrukturnya juga perlu dibangun agar musisi-musisi indie itu bisa terus berkembang dan maju," kata Nathalie. 

Editor: Fajar Sidik

SEBELUMNYA

Sejarah Penggunaan Wayang Kulit yang Jadi Medium Dakwah Islam di Indonesia

BERIKUTNYA

Game Persona 6 Bakal Rilis di Nintendo Switch 2?

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: