Survey Menunjukkan Mayoritas Warga Amerika Serikat Khawatir Dengan Mobil Otonom
17 March 2024 |
20:00 WIB
Saat ini, sejumlah produsen otomotif di dunia berlomba-lomba menciptakan kendaraan dengan teknologi canggih. Setelah kendaraan listrik, mereka mulai mengembangkan kendaraan otonom. Namun, survei AAA menunjukkan produsen harus berpikir keras untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat.
Survei terbaru AAA mengenai kendaraan otonom menunjukkan bahwa sebagian besar pengemudi di Amerika Serikat merasa takut, yakni mencapai 66 persen. Sementara itu, 25 persen lainnya mengungkapkan ketidakyakinan.
Baca juga: Kapan Mobil Otonom Jadi Kendaraan Mainstream di Indonesia?
Survei yang dilakukan selama enam hari dari 11 sampai 16 Januari 2024 itu juga menunjukkan bahwa hanya 9 persen responden yang percaya dengan kendaraan yang dapat berjalan sendiri.
Greg Brannon, Director of Automotive Engineering Research AAA, mengatakan bahwa hasil survei itu juga menunjukkan bahwa ketakutan konsumen terhadap kendaraan otonom mengalami peningkatan selama beberapa tahun terakhir.
Alasan ketakutan itu adalah ada banyak insiden yang melibatkan teknologi kendaraan pada saat ini. “Tidak mengherankan jika masyarakat khawatir tentang keselamatan mereka,” katanya.
Di sisi lain, minat responden terhadap teknologi semi otonom seperti reverse automatic emergency braking (AEB) dan lane keeping assistance tercatat tetapi tinggi. Dengan begitu, industri harus terus memajukan teknologi kendaraan secara wajar dan dengan konsistensi kinerja secara keseluruhan untuk mengurangi kekahwatiran.
Survei AAA menemukan bahwa hampir dua pertiga pengemudi di negara Paman Sam itu menginginkan fitur reverse automatic emergency braking, yakni sekitar 65 persen. Kemudian, automatic emergency braking (63 persen), dan lane keeping assistance (62 persen) dalam kendaraan mereka berikutnya.
“Agar minat tetap tinggi, penting untuk memastikan konsistensi dalam kinerja dan penamaan sistem ini,” katanya.
Kemudian, sebagian besar pengemudi di Amerika Serikat juga percaya bahwa automatic emergency braking (AEB) akan menghentikan kendaraannya ketika ada mobil lain, anak-anak, pejalan kaki dewasa, atau pengendara sepeda di depan atau di belakang kendaraan.
Kepercayaan ini tidak sesuai dengan penelitian AAA baru-baru ini yang menunjukkan bahwa sistem reserve AEB mencegah tabrakan hanya 1 dari 40 kali percobaan dengan skenario melibatkan kendaraan subjek yang melitas di belakang kendaraan uji.
Kemudian, penelitian AAA juga menunjukan hanya mencegah 10 dari 20 kali uji dengan target anak yang tidak bergerak. “AAA percaya untuk mengurangi kekhawatiran konsumen, kinerja advanced driver assistance system [ADAS] harus mencerminkan skenario yang masuk akal dan aman, dengan pemahaman yang jelas tentang batasannya,” katanya.
Dia menuturkan bahwa teknologi keselamatan kendaraan yang mumpuni seharusnya dapat meningkatkan kesadaran pengemudi dan bukan memberikan kesan untuk menggantikan pengemudi di balik setir.
Tidak hanya itu, 4 dari 10 pengemudi juga tidak yakin atau berpikir dapat membeli mobil yang dapat mengemudi sendiri saat tidur. Hasil ini menggambarkan jawaban penting terkait masalah keamanan dari teknologi otonom full.
Dia menjelaskan, survei yang dilakukan oleh perusahaan menggunakan panel berbasis probabilitas yang dirancang untuk mewakili rumah tangga Amerika Serikat secara keseluruhan. Kemudina, panel juga memberikan cakupan responden sekitar 97 perse dari populasi rumah tangga AS.
AAA menyelesaikan sebagian besar survei secara daring. Sementara itu, konsumen yang tidak memiliki sambngan internet ditanya melalui sambungan telepon. Adapun, jumlah responden dalam survei itu mencapai 1.220 orang dengan usia 18 tahun atau lebih.
Dari total responden, sebanyak 1.010 di antaranya telah memenuhi syarat untuk penelitian ini. Kemudian, margin kesalahan penelitian secara keseluruhan adalah 4,1 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
Baca juga: Perusahaan Ini Dapat Lisensi Operasikan Taksi Otonom Tanpa Pengemudi
Editor: Dika Irawan
Survei terbaru AAA mengenai kendaraan otonom menunjukkan bahwa sebagian besar pengemudi di Amerika Serikat merasa takut, yakni mencapai 66 persen. Sementara itu, 25 persen lainnya mengungkapkan ketidakyakinan.
Baca juga: Kapan Mobil Otonom Jadi Kendaraan Mainstream di Indonesia?
Survei yang dilakukan selama enam hari dari 11 sampai 16 Januari 2024 itu juga menunjukkan bahwa hanya 9 persen responden yang percaya dengan kendaraan yang dapat berjalan sendiri.
Greg Brannon, Director of Automotive Engineering Research AAA, mengatakan bahwa hasil survei itu juga menunjukkan bahwa ketakutan konsumen terhadap kendaraan otonom mengalami peningkatan selama beberapa tahun terakhir.
Alasan ketakutan itu adalah ada banyak insiden yang melibatkan teknologi kendaraan pada saat ini. “Tidak mengherankan jika masyarakat khawatir tentang keselamatan mereka,” katanya.
Di sisi lain, minat responden terhadap teknologi semi otonom seperti reverse automatic emergency braking (AEB) dan lane keeping assistance tercatat tetapi tinggi. Dengan begitu, industri harus terus memajukan teknologi kendaraan secara wajar dan dengan konsistensi kinerja secara keseluruhan untuk mengurangi kekahwatiran.
Survei AAA menemukan bahwa hampir dua pertiga pengemudi di negara Paman Sam itu menginginkan fitur reverse automatic emergency braking, yakni sekitar 65 persen. Kemudian, automatic emergency braking (63 persen), dan lane keeping assistance (62 persen) dalam kendaraan mereka berikutnya.
“Agar minat tetap tinggi, penting untuk memastikan konsistensi dalam kinerja dan penamaan sistem ini,” katanya.
Kemudian, sebagian besar pengemudi di Amerika Serikat juga percaya bahwa automatic emergency braking (AEB) akan menghentikan kendaraannya ketika ada mobil lain, anak-anak, pejalan kaki dewasa, atau pengendara sepeda di depan atau di belakang kendaraan.
Kepercayaan ini tidak sesuai dengan penelitian AAA baru-baru ini yang menunjukkan bahwa sistem reserve AEB mencegah tabrakan hanya 1 dari 40 kali percobaan dengan skenario melibatkan kendaraan subjek yang melitas di belakang kendaraan uji.
Kemudian, penelitian AAA juga menunjukan hanya mencegah 10 dari 20 kali uji dengan target anak yang tidak bergerak. “AAA percaya untuk mengurangi kekhawatiran konsumen, kinerja advanced driver assistance system [ADAS] harus mencerminkan skenario yang masuk akal dan aman, dengan pemahaman yang jelas tentang batasannya,” katanya.
Dia menuturkan bahwa teknologi keselamatan kendaraan yang mumpuni seharusnya dapat meningkatkan kesadaran pengemudi dan bukan memberikan kesan untuk menggantikan pengemudi di balik setir.
Tidak hanya itu, 4 dari 10 pengemudi juga tidak yakin atau berpikir dapat membeli mobil yang dapat mengemudi sendiri saat tidur. Hasil ini menggambarkan jawaban penting terkait masalah keamanan dari teknologi otonom full.
Dia menjelaskan, survei yang dilakukan oleh perusahaan menggunakan panel berbasis probabilitas yang dirancang untuk mewakili rumah tangga Amerika Serikat secara keseluruhan. Kemudina, panel juga memberikan cakupan responden sekitar 97 perse dari populasi rumah tangga AS.
AAA menyelesaikan sebagian besar survei secara daring. Sementara itu, konsumen yang tidak memiliki sambngan internet ditanya melalui sambungan telepon. Adapun, jumlah responden dalam survei itu mencapai 1.220 orang dengan usia 18 tahun atau lebih.
Dari total responden, sebanyak 1.010 di antaranya telah memenuhi syarat untuk penelitian ini. Kemudian, margin kesalahan penelitian secara keseluruhan adalah 4,1 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
Baca juga: Perusahaan Ini Dapat Lisensi Operasikan Taksi Otonom Tanpa Pengemudi
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.