Kemenkes Berencana Integrasikan Aplikasi SATUSEHAT dengan Wearable Device Pada 2024
13 December 2023 |
21:30 WIB
Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan RI tengah mengebut langkah preventif dalam upaya menekan laju penyakit dan meningkatkan kesadaran kehidupan sehat masyarakat. Beberapa program preventif yang digalakkan antara lain sosialisasi skrining, deteksi dini, hingga menggaungkan pentingnya pola hidup sehat lewat pola makan dan olahraga.
Pola hidup sehat bisa dimulai dari hal kecil. Misalnya, memenuhi kebutuhan langkah harian sebagai bentuk aktif bergerak. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) merekomendasikan tiap individu normal mengambil 10.000 langkah per hari. Dengan aktif bergerak melalui jalan kaki, kekuatan otot, tulang, dan sistem kekebalan tubuh pun akan meningkat.
Baca juga: Simak Imbauan Kemenkes Buat Mengantisipasi Pneumonia China
Untuk mendukung langkah preventif demi mendorong masyarakat lebih sehat, Chief Digital Transformation Office (DTO) Kementerian Kesehatan RI Setiaji mengatakan, saat ini pemerintah tengah menggodok fitur baru untuk platform kesehatan masyarakat SATUSEHAT, yang rencananya akan diintegrasikan dengan perangkat yang dapat dipakai (wearable device). Salah satu contoh konkret dari praktik integrasi ini adalah penghitungan langkah harian masyarakat yang menggunakan wearable device seperti smartwatch yang akan masuk dalam data kesehatan individu di platform SATUSEHAT.
“Harapannya mungkin baru pertengahan tahun depan (2024) akan di-launching untuk gamifikasinya. Sudah kita integrasikan dengan brand-brand (wearable device) ternama,” ungkap Setiaji saat sesi doorstop dalam agenda Future Health Index (FHI 2023) Philips Indonesia di Hotel JS Luwansa pada Rabu (13/12/2023).
Setiaji menjelaskan, pemadanan aplikasi SATUSEHAT dengan weareable device ini akan dimulai dengan tahap integrasi, kemudian selanjutnya akan dilanjutkan dengan proses gamifikasi.
“Intinya nanti untuk Android dan iOS sudah bisa terkoneksi,” jelas Setiaji.
Hingga saat ini, Kemenkes masih mematangkan detail dari proses pemadanan aplikasi dan fitur-fitur pelengkapnya tersebut. Nantinya, Setiaji menyebut masyarakat yang mengakses aplikasi SATUSEHAT yang telah terintegrasi dengan penggunaan wearble device dapat mencatat data kesehatan secara real-time yang terekam dalam data personal di aplikasi SATUSEHAT.
Setiaji juga menyebut, pemadanan ini akan menghadirkan fitur-fitur unik seperti imbalan (reward) bagi masyarakat yang mencapai tujuan (goals) kesehatan tertentu. “Jadi nanti ada semacam poinnya, misal kalau jalan 5.000 langkah per hari, akan ada poin yang diterima ke akun SATUSEHAT,” katanya.
Setelah terkumpul, poin tersebut nanti bisa ditukarkan untuk berbelanja ke kedai, supermarket, atau toko lainnya yang menjadi rekanan kerjasama dalam aplikasi ini. “Hal semacam ini kita lakukan unuk merangsang kebiasaan sehat masyarakat,” imbuh Setiadji.
Selain itu, fitur ini juga dibuat Kemenkes RI sebagai langkah lanjutan dalam memperkenalkan SATUSEHAT sebagai platform yang mengintegrasikan kesehatan individu dan fasilitas pelayanan kesehatan. Masyarakat kini dapat mengakses fitur secara terpersonalisasi mulai dari melihat catatan rekam medis, pengingat minum obat, hingga menulis diari kesehatan.
Baca juga: Kemenkes Soroti Perlunya Penyesuaian Standar Indeks Kualitas Udara
Editor: Dika Irawan
Pola hidup sehat bisa dimulai dari hal kecil. Misalnya, memenuhi kebutuhan langkah harian sebagai bentuk aktif bergerak. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) merekomendasikan tiap individu normal mengambil 10.000 langkah per hari. Dengan aktif bergerak melalui jalan kaki, kekuatan otot, tulang, dan sistem kekebalan tubuh pun akan meningkat.
Baca juga: Simak Imbauan Kemenkes Buat Mengantisipasi Pneumonia China
Untuk mendukung langkah preventif demi mendorong masyarakat lebih sehat, Chief Digital Transformation Office (DTO) Kementerian Kesehatan RI Setiaji mengatakan, saat ini pemerintah tengah menggodok fitur baru untuk platform kesehatan masyarakat SATUSEHAT, yang rencananya akan diintegrasikan dengan perangkat yang dapat dipakai (wearable device). Salah satu contoh konkret dari praktik integrasi ini adalah penghitungan langkah harian masyarakat yang menggunakan wearable device seperti smartwatch yang akan masuk dalam data kesehatan individu di platform SATUSEHAT.
“Harapannya mungkin baru pertengahan tahun depan (2024) akan di-launching untuk gamifikasinya. Sudah kita integrasikan dengan brand-brand (wearable device) ternama,” ungkap Setiaji saat sesi doorstop dalam agenda Future Health Index (FHI 2023) Philips Indonesia di Hotel JS Luwansa pada Rabu (13/12/2023).
Setiaji menjelaskan, pemadanan aplikasi SATUSEHAT dengan weareable device ini akan dimulai dengan tahap integrasi, kemudian selanjutnya akan dilanjutkan dengan proses gamifikasi.
“Intinya nanti untuk Android dan iOS sudah bisa terkoneksi,” jelas Setiaji.
Hingga saat ini, Kemenkes masih mematangkan detail dari proses pemadanan aplikasi dan fitur-fitur pelengkapnya tersebut. Nantinya, Setiaji menyebut masyarakat yang mengakses aplikasi SATUSEHAT yang telah terintegrasi dengan penggunaan wearble device dapat mencatat data kesehatan secara real-time yang terekam dalam data personal di aplikasi SATUSEHAT.
Setiaji juga menyebut, pemadanan ini akan menghadirkan fitur-fitur unik seperti imbalan (reward) bagi masyarakat yang mencapai tujuan (goals) kesehatan tertentu. “Jadi nanti ada semacam poinnya, misal kalau jalan 5.000 langkah per hari, akan ada poin yang diterima ke akun SATUSEHAT,” katanya.
Setelah terkumpul, poin tersebut nanti bisa ditukarkan untuk berbelanja ke kedai, supermarket, atau toko lainnya yang menjadi rekanan kerjasama dalam aplikasi ini. “Hal semacam ini kita lakukan unuk merangsang kebiasaan sehat masyarakat,” imbuh Setiadji.
Selain itu, fitur ini juga dibuat Kemenkes RI sebagai langkah lanjutan dalam memperkenalkan SATUSEHAT sebagai platform yang mengintegrasikan kesehatan individu dan fasilitas pelayanan kesehatan. Masyarakat kini dapat mengakses fitur secara terpersonalisasi mulai dari melihat catatan rekam medis, pengingat minum obat, hingga menulis diari kesehatan.
Baca juga: Kemenkes Soroti Perlunya Penyesuaian Standar Indeks Kualitas Udara
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.