Menggoreng dengan Minyak yang Baik, Tip dari Dokter Gizi
08 December 2023 |
16:00 WIB
Kuliner Indonesia identik dengan gorengan, misalnya ayam goreng, tahu dan tempe goreng, sampai tumis-tumisan, yang juga menggunakan minyak. Sayangnya, masih banyak stigma di masyarakat bahwa menggoreng dengan minyak tidak baik untuk kesehatan dan mengurangi zat-zat baik pada makanan.
Berdasarkan laporan Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA), Indonesia menjadi negara dengan konsumsi minyak sawit terbesar di dunia pada 2022/2023, yaitu 18,69 juta metrik ton atau setara 24,84?ri total konsumsi minyak sawit global. Jumlahnya bahkan 2-3 kali lipat dari negara peringkat kedua dan ketiga yakni India dengan 9 juta metrik ton dan Tiongkok 6,3 juta metrik ton.
Baca juga: 7 Tips Memasak Tanpa Minyak Goreng
Masifnya konsumsi minyak goreng tersebut beriringan dengan sejumlah masalah kesehatan yang mengintai di usia muda, mulai dari hipertensi, kolesterol, dan asam urat. Lantas apakah kita benar-benar harus mengurangi makanan yang digoreng dengan minyak?
"Sebetulnya menggoreng dengan minyak boleh saja, asalkan harus pintar-pintar memilih cooking oil yang terbuat dari bahan-bahan berkualitas dan baik untuk kesehatan," kata Yohan Samudra, dokter spesialis gizi dalam acara peluncuran Sania Royal, di Astha Distric 8, Kamis (7/12/2023).
Selama ini kita sering dengar anjuran untuk mengurangi atau membatasi minyak goreng, jarang ada yang membahas tentang kualitas bahan pembuatan minyak itu sendiri. Menurutnya, tubuh juga perlu minyak sebagai asupan lemak yang menjadi penyeimbang karbohidrat dan protein dalam makanan sehari-hari.
Ada tiga kelompok lemak di antaranya lemak tidak jenuh (unsaturated fat), lemak jenuh (saturated fat), dan lemak trans. Sebaiknya, kita membatasi lemak jenuh dan lemak trans. Adapun lemak jenuh terdiri atas daging merah, ayam, serta produk susu, seperti keju, es krim, santan, dan minyak yang sudah pernah dipakai untuk menggoreng (jelantah).
Sementara, itu lemak trans ada para produk daging olahan, seperti nuget, sosis, dan bakso. "Yang boleh dikonsumsi adalah lemak tidak jenuh yang berasal dari alpukat, minyak zaitun, bekatul, biji-bijian, kanola, kacang, salmon, trout, hering," katanya.
Minyak Bekatul
Apabila ingin mengonsumsi makanan yang digoreng, pastikan untuk memilih minyak goreng yang terbuat dari bahan-bahan dengan kandungan lemak sehat. Salah satunya bekatul atau kulit ari beras coklat yang juga disebut rice bran oil. Dibutuhkan 100 Kg beras coklat untuk menghasilkan 1 liter rice bran oil murni.
Minyak bekatul murni, yang diekstrak dari lapisan kulit beras mengandung berbagai nutrisi penting seperti serat, vitamin, mineral, dan antioksidan Gamma Oryzanol yang bermanfaat bagi kesehatan. Gamma oryzanol adalah kelompok senyawa fitosterol yang ditemukan secara alami dalam beras, terutama dalam bagian kulit beras dan lapisan aleuron, yakni apisan tipis di antara bagian luar dan dalam butir beras.
“Gamma oryzanol dapat membantu menurunkan kadar kolesterol total dan LDL (kolesterol jahat) yang dapat mengurangi risiko penyakit jantung," paparnya.
Lebih lanjut dia juga mengungkap bahwa bahwa kandungan vitamin E yang tinggi pada gamma oryzanol membuatnya memiliki sifat antioksidan yang dapat membantu melawan radikal bebas dalam tubuh dan membantu mencegah kerusakan sel dan berbagai penyakit degeneratif.
"Sumber vitamin E dalam gamma oryzanol mungkin bervariasi tergantung pada kualitas dan pengolahan minyak beras yang digunakan, sehingga bisa memiliki lebih banyak nutrisi, termasuk vitaminnya," ujarnya.
Baca juga: Lebih Sehat, Yuk Cobain Resep Sambal Terong Rebus yang Viral Ini
Editor: Dika Irawan
Berdasarkan laporan Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA), Indonesia menjadi negara dengan konsumsi minyak sawit terbesar di dunia pada 2022/2023, yaitu 18,69 juta metrik ton atau setara 24,84?ri total konsumsi minyak sawit global. Jumlahnya bahkan 2-3 kali lipat dari negara peringkat kedua dan ketiga yakni India dengan 9 juta metrik ton dan Tiongkok 6,3 juta metrik ton.
Baca juga: 7 Tips Memasak Tanpa Minyak Goreng
Masifnya konsumsi minyak goreng tersebut beriringan dengan sejumlah masalah kesehatan yang mengintai di usia muda, mulai dari hipertensi, kolesterol, dan asam urat. Lantas apakah kita benar-benar harus mengurangi makanan yang digoreng dengan minyak?
"Sebetulnya menggoreng dengan minyak boleh saja, asalkan harus pintar-pintar memilih cooking oil yang terbuat dari bahan-bahan berkualitas dan baik untuk kesehatan," kata Yohan Samudra, dokter spesialis gizi dalam acara peluncuran Sania Royal, di Astha Distric 8, Kamis (7/12/2023).
Selama ini kita sering dengar anjuran untuk mengurangi atau membatasi minyak goreng, jarang ada yang membahas tentang kualitas bahan pembuatan minyak itu sendiri. Menurutnya, tubuh juga perlu minyak sebagai asupan lemak yang menjadi penyeimbang karbohidrat dan protein dalam makanan sehari-hari.
Ada tiga kelompok lemak di antaranya lemak tidak jenuh (unsaturated fat), lemak jenuh (saturated fat), dan lemak trans. Sebaiknya, kita membatasi lemak jenuh dan lemak trans. Adapun lemak jenuh terdiri atas daging merah, ayam, serta produk susu, seperti keju, es krim, santan, dan minyak yang sudah pernah dipakai untuk menggoreng (jelantah).
Sementara, itu lemak trans ada para produk daging olahan, seperti nuget, sosis, dan bakso. "Yang boleh dikonsumsi adalah lemak tidak jenuh yang berasal dari alpukat, minyak zaitun, bekatul, biji-bijian, kanola, kacang, salmon, trout, hering," katanya.
Minyak Bekatul
Apabila ingin mengonsumsi makanan yang digoreng, pastikan untuk memilih minyak goreng yang terbuat dari bahan-bahan dengan kandungan lemak sehat. Salah satunya bekatul atau kulit ari beras coklat yang juga disebut rice bran oil. Dibutuhkan 100 Kg beras coklat untuk menghasilkan 1 liter rice bran oil murni.
Minyak bekatul murni, yang diekstrak dari lapisan kulit beras mengandung berbagai nutrisi penting seperti serat, vitamin, mineral, dan antioksidan Gamma Oryzanol yang bermanfaat bagi kesehatan. Gamma oryzanol adalah kelompok senyawa fitosterol yang ditemukan secara alami dalam beras, terutama dalam bagian kulit beras dan lapisan aleuron, yakni apisan tipis di antara bagian luar dan dalam butir beras.
“Gamma oryzanol dapat membantu menurunkan kadar kolesterol total dan LDL (kolesterol jahat) yang dapat mengurangi risiko penyakit jantung," paparnya.
Lebih lanjut dia juga mengungkap bahwa bahwa kandungan vitamin E yang tinggi pada gamma oryzanol membuatnya memiliki sifat antioksidan yang dapat membantu melawan radikal bebas dalam tubuh dan membantu mencegah kerusakan sel dan berbagai penyakit degeneratif.
"Sumber vitamin E dalam gamma oryzanol mungkin bervariasi tergantung pada kualitas dan pengolahan minyak beras yang digunakan, sehingga bisa memiliki lebih banyak nutrisi, termasuk vitaminnya," ujarnya.
Baca juga: Lebih Sehat, Yuk Cobain Resep Sambal Terong Rebus yang Viral Ini
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.