Mengenal Tradisi Kubur Batu Sangihe Lewat Rumah Digital Indonesia
10 August 2021 |
17:40 WIB
Bukti kearifan manusia terhadap lingkungan pada masa lalu dapat ditemui di bagian Selatan Pulau Sangihe Besar dengan dikenalnya budaya penguburan menggunakan batu. Dikenal sebagai tradisi kubur batu, masyarakat Sangihe percaya tradisi tersebut merupakan bagian dari cara membawa yang mati memasuki dunia roh.
Ritual kubur batu biasanya dilakukan dalam rentang waktu seminggu sampai 30 hari setelah penguburan jenazah, tergantung kesepakatan keluarga dalam proses pengambilan batu. Sementara itu, batu yang digunakan dalam istilah geologi disebut kekar lembar yang biasanya didapatkan di sepanjang pantai desa Makalekuhe.
Adapun, besaran dan tebal lempengan batu yang digunakan menunjukkan status sosial orang yang meninggal. Semakin besar dan tebal lempengan batu yang diambil, menunjukkan status sosial yang tinggi.
Lempengan batu yang telah diambil kemudian akan diangkut secara bergotong royong. Caranya, lempengan batu akan diikat pada celah kayu yang saling menyilang dan diangkut oleh 50-100 orang secara bergantian menuju lokasi penguburan.
Pada saat pengangkutan, di atas batu duduk satu orang yang memimpin untuk memberikan perintah yang diiringi dengan tabuhan tagonggong, alat musik tradisional Sangihe. Proses ini juga terkadang memakan waktu yang lama tergantung dari besarnya lempengan batu.
Setelah lempengan batu sampai di lokasi penguburan, pemimpin adat melakukan doa terlebih dahulu sebelum pemasangan tanda kubur dan ditutup dengan jamuan makan bersama yang disediakan keluarga orang yang meninggal.
Penelitian mencatat, beberapa artefak yang ditemukan bersama lempengan batu kubur tersebut yakni tembikar, keramik, dan logam yang dianggap difungsikan sebagai bagian dari ritual penghormatan bagi orang yang meninggal di masa lalu.
Hingga penelitian terakhir, Balai Arkeologi Provinsi Sulawesi utara setidaknya mencatat ada sebanyak 682 kubur batu yang tersebar di 8 desa dan 2 kecamatan di Kepulauan Sangihe.
Adapun, dari hasil survei dan wawancara menunjukkan bahwa tradisi kubur batu tersebut masih dilakukan hingga saat ini, namun tidak banyak lagi dijumpai seperti masa lampau. Hal itu dibuktikan banyaknya lempengan batu yang beralih fungsi menjadi lantai dan pondasi rumah.
Nah, bagi Genhype yang tertarik untuk mengenal lebih banyak kisah sejarah menarik lainnya di Indonesia yang belum diketahui, kamu bisa lho menontonnya melalui situs www.rumahdigitalindonesia.id yang bisa menemani kamu selama bulan kemerdekaan.
Editor: Indyah Sutriningrum
Ritual kubur batu biasanya dilakukan dalam rentang waktu seminggu sampai 30 hari setelah penguburan jenazah, tergantung kesepakatan keluarga dalam proses pengambilan batu. Sementara itu, batu yang digunakan dalam istilah geologi disebut kekar lembar yang biasanya didapatkan di sepanjang pantai desa Makalekuhe.
Adapun, besaran dan tebal lempengan batu yang digunakan menunjukkan status sosial orang yang meninggal. Semakin besar dan tebal lempengan batu yang diambil, menunjukkan status sosial yang tinggi.
Lempengan batu yang telah diambil kemudian akan diangkut secara bergotong royong. Caranya, lempengan batu akan diikat pada celah kayu yang saling menyilang dan diangkut oleh 50-100 orang secara bergantian menuju lokasi penguburan.
Ilustrasi tradisi Kubur Batu Sangihe (Dok. Balai Arkeologi Sulawesi Utara)
Setelah lempengan batu sampai di lokasi penguburan, pemimpin adat melakukan doa terlebih dahulu sebelum pemasangan tanda kubur dan ditutup dengan jamuan makan bersama yang disediakan keluarga orang yang meninggal.
Penelitian mencatat, beberapa artefak yang ditemukan bersama lempengan batu kubur tersebut yakni tembikar, keramik, dan logam yang dianggap difungsikan sebagai bagian dari ritual penghormatan bagi orang yang meninggal di masa lalu.
Hingga penelitian terakhir, Balai Arkeologi Provinsi Sulawesi utara setidaknya mencatat ada sebanyak 682 kubur batu yang tersebar di 8 desa dan 2 kecamatan di Kepulauan Sangihe.
Adapun, dari hasil survei dan wawancara menunjukkan bahwa tradisi kubur batu tersebut masih dilakukan hingga saat ini, namun tidak banyak lagi dijumpai seperti masa lampau. Hal itu dibuktikan banyaknya lempengan batu yang beralih fungsi menjadi lantai dan pondasi rumah.
Nah, bagi Genhype yang tertarik untuk mengenal lebih banyak kisah sejarah menarik lainnya di Indonesia yang belum diketahui, kamu bisa lho menontonnya melalui situs www.rumahdigitalindonesia.id yang bisa menemani kamu selama bulan kemerdekaan.
Editor: Indyah Sutriningrum
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.