Popularitas esports diprediksi akan semakin berkembang lewat teknologi augmented reality (AR) dan virtual reality (VR). (sumber gambar Unsplash/Stem List)

Simak Kiat Menggeluti Esports yang Makin Ngetren di Kalangan Anak Muda

25 September 2023   |   22:00 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Tren esports dalam satu dasawarsa ini semakin diminati oleh masyarakat terutama di kalangan anak muda Indonesia. Hal itu bisa dilihat dengan maraknya turnamen esports yang digelar di berbagai kota besar di Tanah Air. Popularitas olahraga elektronik ini mungkin tak terbayangkan bagi generasi sebelumnya.

Kini, permainan game elektronik yang mulanya hanya dijadikan kegiatan untuk mengusir penat akhirnya bisa menjadi ajang generasi muda dalam mencari eksistensi.

Ya, esports memang menjadi salah satu pilihan publik untuk menyalurkan hobi bermain game. Tidak heran jika olahraga ini makin diminati para pegiat amatir hingga profesional untuk beradu strategi di arena permainan digital.

Baca juga: Mengenal Sistem Liga Esports Franchise, Keuntungan, dan Kekurangannya

Pengalaman itu pun diamini oleh Taemi Riansyah (30) yang telah menggeluti esports sejak 14 tahun terakhir. Wirausaha asal Wonosobo, Jawa Tengah itu mengatakan, pertama kali mengenal esports khususnya Dota saat masih menjadi pelajar.

Kendati hanya sekadar hobi, esports telah banyak memberikan pelajaran baginya. Terutama saat harus mengambil keputusan secara cepat dan tepat, kemampuan multitasking, serta mengatur strategi dalam berbagai permainan yang mengedepankan kinerja otak.

Menjadi olahraga populer, olahraga esports menurutnya tidaklah terlalu rumit dipelajari. Bagi yang berminat mereka cukup mempelajari teknik dasar yang saat ini juga sudah banyak didemonstrasikan oleh para konten kreator di YouTube.

Adapun, dari segi perlengkapan dia menyarankan untuk menggunakan hardware dengan grafis yang baik. Sebab hal tersebut akan membuat para pegiat lebih nyaman saat mereka melakukan pertandingan dengan peserta lain.

"Olahraga esports juga semakin memperluas pertemanan saya karena interaksi sesama player. Sebab, kita juga terkoneksi di dunia digital yang tak terbatas jangkauannya," katanya.
 

Sumber gambar (Unsplash/ Ella Don)

Sumber gambar (Unsplash/ Ella Don)


Senada, Wakil Kepala Bidang Pelatih dan Perwasitan Pengurus Besar Esports Indonesia (PBESI) Stanley Tjia mengatakan, esports memang ngetren di kalangan anak muda. Dia memprediksi popularitas itu akan semakin berkembang lewat teknologi augmented reality (AR) dan virtual reality (VR).

Pelatih fisik atlet esports di Asian Games itu mengatakan, bagi pemula yang ingin menjadi profesional harus siap dilatih dengan berbagai jenis device. Pasalnya saat ini perkembangan perangkat untuk gaming sangat cepat, sehingga harus siap beradaptasi.

Adapun untuk pola latihan dia biasanya menggunakan dua jenis teknik. Pertama adalah teknik mikro yang diukur dari skill individu dalam bermain dalam suatu game. Misalnya game mobile legends, di mana pemain individu diwajibkan untuk menguasai skill dan teknik dari karakter yang dimainkan.

Kedua adalah teknik makro yang merupakan gabungan dari beberapa pemain yang memiliki teknik mikro dengan kualitas yang mumpuni. Termasuk penguasaan karakter maupun skill menembak, terutama dalam gim First Person Shooter (FPS) skill seperti PUBG, atau Counter Strike: Global Offensive.

"Teknik makro ini biasanya digunakan dalam sebuah team (beregu) tentang bagaimana caranya bisa menggunakan mekanik untuk menang terhadap lawan. Artinya, teknik ini lebih diutamakan untuk bekerjasama dalam tim," katanya.

kendati menjadi bagian olahraga baru, gim esports menurutnya lebih cepat membuat lelah seseorang. Oleh karena itu juga harus diimbangi dengan olahraga fisik untuk menjaga stamina dan postur tubuh tetap baik dan membuat badan tetap dalam kondisi prima.

Selain itu, dia juga mengingatkan bahwa bermain game secara berlebihan juga tidak baik terhadap fisik dan pikiran, maka dari itu harus diimbangi dengan ilmu pendidikan yang tinggi. Dengan kata lain, para pegiat juga harus mengimbanginya dengan prestasi akademik.

"Jangan karena mau menjadi atlet esports tetapi tidak mau sekolah atau kuliah. Kita harus tetap ingat bahwa di dunia nyata semua orang harus bekerja. Bila sudah tidak jadi atlet setidaknya masih memiliki kemampuan lain yang didapat dari pendidikan tinggi," katanya.

Editor: Fajar Sidik 

SEBELUMNYA

Arkeolog Tekankan Pentingnya Kesadaran Mitigasi Bencana di Museum Indonesia

BERIKUTNYA

Profil Muhammad Sejahtera Dwi Putra, Atlet Menembak yang Bawa Emas Pertama Asian Games 2022 untuk Indonesia

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: