Simak Cerita Singkat Saranjana Sebagai Kota Gaib yang Maju dan Modern di Kalimantan Selatan
12 September 2023 |
20:08 WIB
Film bergenre horor Saranjana Kota Ghaib akan segera ditayangkan di bioskop–bioskop Indonesia pada 26 Oktober 2023. Karya besutan dari Johansyah Jumberan ini disebut-sebut diangkat dari cerita rakyat yang kental dengan nuansa mistis yang berkembang di masyarakat Kalimantan Selatan.
Ada berbagai versi terkait dengan sejarah atau cerita Saranjana sebagai kota gaib yang maju dan makmur di Kalimatan Selatan. Dikutip dari akun instagram @saranjanakotaghaib, banyak orang yang mempercayai jika kota Sarajana diisi oleh jin.
Kemudian, beberapa lainnya percaya jika kota tersebut dihuni oleh manusia. Namun, sudah menjadi gaib. Mereka yang mengaku telah masuk ke Saranjana menuturkan bahwa kota tersebut sangat maju.
Baca juga: 5 Fakta Trailer Film Saranjana Kota Ghaib
Jalan raya di kota itu sangat lebar dan perumahan yang megah. Meskipun begitu, sistem pemerintahannya masih berupa kerajaan. Banyak masyarakat disebutkan percaya jika letak kota tersebut berada di Pulau Halimun atau Pulau Laut.
Banyak warga – dalam unggahan media sosial itu – juga disebut pernah mengalami kejadian yang aneh. Salah satunya adalah kemunculan penampakan gedung pencakar langit ketika mengabadikan sebuah momen dengan kamera di sekitar pulau tersebut.
Masih berdasarkan akun yang sama, cerita tentang kota Saranjana memilki berbagai versi. Salah satunya berasal dari kisah Raja Pakurindang yang memiliki dua anak dan kerap bertengkar.
Mereka bernama Sambu Ranjana dan Sambu Batung. Sang raja menyelesaikan pertikaian antara keduanya dengan membagi wilayah kekuasaan. Sambu Batung menguasai alam manusia yang disebut menjadi Gunung Sebatung.
Adapun, Sambu Ranjana lebih memilih membangun sebuah kota bernama Sanjana di alam gaib. Selain itu, cerita lainnya adalah Saranjana merupakan wilayah Suku Dayak yang bermukim di Pulau Laut, Sumatra Selatan.
Suku dayak itu merupakan Dayak Samihim yang mendiami wilayah timur laut di Kalimantan Selatan. Kerajaan mereka dikenal dengan nama Nan Sarunai yang dirusak oleh pasukan Jawa yang dipanggil dari Marajampahit atau Majapahit.
Kerajaan Saranjana disebut muncul sebelum era 1660an atau sebelum abad ke-17 masehi. Nama Saranjana sendiri sebagai kota dapat dilacak melalui peta berjudul Peta Wilayah Pesisir dan Pedalaman Borneo.
Naturalis Jerman bernama Salomon Muller merupakan pembuat peta tersebut pada 1845 silam. Pada saat itu, dia menulis sebuah daerah bernama Tandjong Saranjana di dalam peta yang dibuat dan terletak di sebelah selatan Pulau Laut.
Lembaga penelitian independen asal Belanda, Vanhandelingen van het Bataviaasch Gennotschap van Kunsten en Wetenschappen menerbitkan peta tersebut dalam Lembaga Penerbitan Peta Nusantara. Namun, sejumlah nama baru banyak bermunculan dalam peta setelah kemerdekaan. Tidak ada penjelasan lebih lanjut alasan Saranjana hilang dari peta modern.
Untuk diketahui, cerita tentang Saranjana diangkat menjadi sebuah film dan akan tayang di bioskop Indonesia pada 26 Oktober 2023. Film ini mendapatkan arahan dari Sutradara Johansyah Jumberan.
Aktor dan aktris yang bermain dalam film ini seperti Adinda Azani, Betari Ayu, Irzan Faiq, Ajeng Fauziah, Luthfi Aulia, dan sebagainya.
Editor: Fajar Sidik
Ada berbagai versi terkait dengan sejarah atau cerita Saranjana sebagai kota gaib yang maju dan makmur di Kalimatan Selatan. Dikutip dari akun instagram @saranjanakotaghaib, banyak orang yang mempercayai jika kota Sarajana diisi oleh jin.
Kemudian, beberapa lainnya percaya jika kota tersebut dihuni oleh manusia. Namun, sudah menjadi gaib. Mereka yang mengaku telah masuk ke Saranjana menuturkan bahwa kota tersebut sangat maju.
Baca juga: 5 Fakta Trailer Film Saranjana Kota Ghaib
Jalan raya di kota itu sangat lebar dan perumahan yang megah. Meskipun begitu, sistem pemerintahannya masih berupa kerajaan. Banyak masyarakat disebutkan percaya jika letak kota tersebut berada di Pulau Halimun atau Pulau Laut.
Banyak warga – dalam unggahan media sosial itu – juga disebut pernah mengalami kejadian yang aneh. Salah satunya adalah kemunculan penampakan gedung pencakar langit ketika mengabadikan sebuah momen dengan kamera di sekitar pulau tersebut.
Masih berdasarkan akun yang sama, cerita tentang kota Saranjana memilki berbagai versi. Salah satunya berasal dari kisah Raja Pakurindang yang memiliki dua anak dan kerap bertengkar.
Mereka bernama Sambu Ranjana dan Sambu Batung. Sang raja menyelesaikan pertikaian antara keduanya dengan membagi wilayah kekuasaan. Sambu Batung menguasai alam manusia yang disebut menjadi Gunung Sebatung.
Adapun, Sambu Ranjana lebih memilih membangun sebuah kota bernama Sanjana di alam gaib. Selain itu, cerita lainnya adalah Saranjana merupakan wilayah Suku Dayak yang bermukim di Pulau Laut, Sumatra Selatan.
Suku dayak itu merupakan Dayak Samihim yang mendiami wilayah timur laut di Kalimantan Selatan. Kerajaan mereka dikenal dengan nama Nan Sarunai yang dirusak oleh pasukan Jawa yang dipanggil dari Marajampahit atau Majapahit.
Kerajaan Saranjana disebut muncul sebelum era 1660an atau sebelum abad ke-17 masehi. Nama Saranjana sendiri sebagai kota dapat dilacak melalui peta berjudul Peta Wilayah Pesisir dan Pedalaman Borneo.
Naturalis Jerman bernama Salomon Muller merupakan pembuat peta tersebut pada 1845 silam. Pada saat itu, dia menulis sebuah daerah bernama Tandjong Saranjana di dalam peta yang dibuat dan terletak di sebelah selatan Pulau Laut.
Lembaga penelitian independen asal Belanda, Vanhandelingen van het Bataviaasch Gennotschap van Kunsten en Wetenschappen menerbitkan peta tersebut dalam Lembaga Penerbitan Peta Nusantara. Namun, sejumlah nama baru banyak bermunculan dalam peta setelah kemerdekaan. Tidak ada penjelasan lebih lanjut alasan Saranjana hilang dari peta modern.
Untuk diketahui, cerita tentang Saranjana diangkat menjadi sebuah film dan akan tayang di bioskop Indonesia pada 26 Oktober 2023. Film ini mendapatkan arahan dari Sutradara Johansyah Jumberan.
Aktor dan aktris yang bermain dalam film ini seperti Adinda Azani, Betari Ayu, Irzan Faiq, Ajeng Fauziah, Luthfi Aulia, dan sebagainya.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.