Profil Musisi Iwan Fals, Olah Rasa dalam Nyanyian Protes
08 September 2023 |
06:30 WIB
1
Like
Like
Like
Kalau cinta sudah dibuang
Jangan harap keadilan akan datang
Kesedihan hanya tontonan
Bagi mereka yang diperkuda jabatan
Lirik lagu Bongkar yang dinyanyikan oleh legenda musik Indonesia, Iwan Fals, ini kerap terdengar pada periode 80-90an. Bermula dari mengamen di berbagai tempat sebelum akhirnya dia mencapai puncak ketenarannya sebagai penyanyi populer yang masih menyala sinarnya hingga kini.
Iwan Fals, yang memiliki nama asli Virgiawan Listanto, adalah salah satu ikon musik Indonesia yang tak tergantikan. Karya-karyanya yang penuh makna, terutama dalam lagu-lagu balada, membawa realitas keseharian dan kritik sosial terbungkus dalam melodi yang memukau dan vokal yang merdu.
Baca juga: Lirik dan Pesan Lagu 'Kanjuruhan' Karya Iwan Fals yang Merespons Tragedi Sepak Bola Indonesia
Sampai saat ini, Iwan Fals sudah merilis 37 album sejak album pertamanya yang bertajuk Canda Dalam Nada pada 1979. Dalam lirik-liriknya, Iwan Fals mencerminkan kehidupan dan budaya sosial masyarakat dari tahun 1970-an hingga saat ini.
Lahir di Jakarta pada 3 September 1961, dia menghabiskan masa kecilnya di Bandung, Jawa Barat. Saat berusia 13 tahun, Iwan mulai mengamen di jalanan Bandung, menjalankan gitar dengan penuh semangat sambil menciptakan lagu-lagu.
Mungkin banyak yang belum tahu, kalau sedari kecil di gemar berolahraga dan aktif di bela diri silat, karate, yudo, sepak bola, basket, dan voli. Bahkan dia pernah berprestasi memenangi juara karate tingkat nasional.
Ketika mendapat tawaran untuk mencoba peruntungannya di Jakarta dari seorang produser, Iwan menjual sepeda motornya untuk biaya membuat master album pertamanya bersama rekan pengamennya Amburadul (1975), di Istana Music Records Jakarta. Sayangnya, album tersebut tidak berhasil di pasaran, dan Iwan kembali mengamen dari rumah ke rumah, bahkan di pasar seperti Pasar Kaget dan Blok M.
Namun, nasibnya berubah setelah memenangkan festival musik country dan berpartisipasi dalam festival lagu humor. Lagu-lagu humor milik Iwan, bersama dengan Pepeng, Krisna, Nana Krip, dan diproduksi oleh ABC Records, meskipun tidak meraih kesuksesan komersial, mengukir namanya di hati kalangan tertentu.
Perjalanan Iwan Fals menuju ketenaran sesungguhnya dimulai ketika dia bergabung dengan Musica Studio. Di sini, karyanya mendapatkan perhatian serius, dan album seperti Sarjana Muda (1981), yang musiknya ditangani oleh musisi Willy Soemantri, membuka pintu untuk tampil di dunia televisi. Terutama lagu Oemar Bakri yang ditayangkan di TVRI selama acara Manasuka Siaran Niaga.
Karyanya mengangkat berbagai tema, termasuk kritik terhadap DPR dalam lagu Surat Buat Wakil Rakyat (1987), nasib guru dalam Oemar Bakrie, bencana seperti Ethiopia (1986), Tikus Tikus Kantor (1986) yang menyindir pejabat yang sudah melakukan praktek korupsi, Sore Tugu Pancoran (1985) menggambarkan nasib anak-anak bangsa yang menderita akibat dipaksa mencari kerja, dan menghormati tokoh seperti Bung Hatta (1981).
Kritik tajam dalam lirik-liriknya sempat membuatnya diperhatikan oleh pemerintahan Orde Baru, terutama karena banyak lagunya yang dianggap mengkritik pemerintah secara langsung. Banyak konser Iwan yang dilarang dan dibatalkan oleh pemerintah.
Perjalanan kariernya berlanjut ketika memulai project musik bersama SWAMI, dengan Naniel Yakin, Sawung Djabo, Inisisri, Nanoe, dan didukung Setiawan Djody yang merupakan pemilik Airo Records. Nama Swami diambil dari status mereka yang adalah suami dari masing-masing istri mereka.
Mereka kemudian merilis album SWAMI pada 1989, namanya semakin melejit dengan hit seperti Bento dan Bongkar, yang sangat fenomenal. Bongkar sendiri menerima penghargaan 150 lagu terbaik sepanjang masa versi Majalah Rolling Stone peringkat 1.
Pada 1990, alumni Fakultas Seni Rupa IKJ angkatan 1980 ini berkolaborasi dalam grup musik Kantata Takwa yang dipayungi WS.Rendra (penulis sajak/lirik), Setiawan Djody (fasilitator), Jocky Suryo Prayogo (arranger/keyboard), Donny Fatah (bassis), Inisisri (drumer/perkusi), dan Sawung Djabo & Iwan Fals sebagai pencipta lagu dan penyanyi.
Pada 1990, mereka merilis album bertajuk nama yang sama dengan lagu Kesaksian, Paman Doblang, dan Air Mata. Menariknya lagi, konser Kantata Takwa pada 1991 masuk dalam daftar konser dengan penonton terbesar sepanjang masa di Stadion Utama Gelora Bung Karno Senayan. Tercatat 150.000 penonton memadati stadion, bahkan ada yang naik ke atap stadion sehingga menyulitkan petugas keamanan.
Pernikahannya dengan Rosanna (Mbak Yos) menghasilkan tiga orang anak, yaitu almarhum Galang Rambu Anarki, Annisa Cikal Rambu Basae, dan Rayya Rambu Robbani. Kelahiran anak pertamanya pada 1 Januari 1981, menghasilkan lagu Galang Rambu Anarki dalam album Opini (1982), yang yang menggambarkan kekhawatiran orang tua terhadap kenaikan harga barang akibat kenaikan harga BBM pada 1981.
Sayangnya, Galang meninggal secara mendadak pada April 1997, yang sangat menghancurkan Iwan. Iwan kemudian vakum dari dunia musik dalam periode yang cukup panjang dan beralih ke melukis dan berlatih bela diri.
Seiring berjalannya waktu, demi para penggemar setianya Iwan Fals mendirikan Orang Indonesia (Oi) pada 16 Agustus 1999 di Desa Leuwinanggung, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok. Oi menjadi wadah bagi para penggemar untuk berbagi kesetiaan pada penyanyi ini. Tanggal 16 Agustus 1999 kemudian dijadikan sebagai hari ulang tahun organisasi Oi.
Awalnya, kata Oi digunakan sebagai seruan atau ajakan untuk berkumpul [“Oi... !”], dan seiring berjalannya waktu, kata tersebut bertransformasi menjadi sebuah akronim yang mengartikan Orang Indonesia, seperti dilaporkan oleh KBR 68 H. Saat ini, kantor cabang Oi dapat ditemui di seluruh Nusantara, bahkan beberapa di luar negeri.
Hasil riset dari GLOBE ASIA, tentang jumlah penggemar musisi dan group musik di Indonesia, menempatkan OI di urutan kedua dengan jumlah penggemar 6 juta orang. Sedang FORSA, Fans Club penggemar legenda musik dangdut Rhoma Irama, pimpinan Soneta Group di urutan teratas dengan 25 juta lebih penggemar.
Pada 2002, Iwan kembali aktif dalam dunia musik dengan merilis album Suara Hati, yang termasuk lagu Hadapi Saja yang mengenang kematian Galang. Istri Iwan Fals juga berkontribusi dengan suaranya dalam lagu ini.
Iwan Fals juga menjadi cover TIME edisi 29 April 2002, dan merupakan satu-satunya tokoh Indonesia bukan Presiden yang dijadikan cover. Wajah Iwan Fals terpampang penuh dengan gitar di sisi kirinya. Time juga menobatkannya sebagai salah satu pahlawan Asia , karena pengaruhnya dan perjuangannya dalam menyuarakan suara hati rakyat kecil.
Dalam karya-karya terbarunya, banyak yang menganggap bahwa Iwan telah mengalami perubahan dalam gaya bermusiknya. Dia tidak lagi dengan tampilannya yang lama yaitu rambut gondrong, kumis tebal, dan jenggot lebat, dan lagu-lagunya terdengar lebih lembut. Tema cinta semakin sering terdengar, meskipun kritik sosial tetap menjadi bagian tak terpisahkan dalam albumnya, seperti dalam lagu Manusia Setengah Dewa (2004).
Pada Februari 2010, Iwan merilis album baru berjudul Keseimbangan dengan 13 lagu di dalamnya. Kemudian, pada 2013, dia merilis album Raya, yang terinspirasi dari nama putra bungsunya.
Dua tahun setelahnya, Musika Studio melakukan proyek besar bersama Iwan Fals, menggandeng musisi-musisi dari berbagai generasi dalam proyek yang diberi nama Satu Projek dengan tema Bhinneka Tunggal Ika. Para musisi seperti Nidji, Geisha, Noah, dan D'Masiv bergabung dalam proyek ini.
Meski sudah lama tidak menghadirkan karya terbaru, konser Iwan Fals pada 15 Maret 2014 di Monas Jakarta berhasil menghadirkan 350 ribu penonton sehingga menjadi konser dengan penonton terbanyak di Indonesia.
Dalam perjalanan kariernya, Iwan menerima penghargaan Satyalancana Kebudayaan Pemerintah Republik Indonesia (2010), Bintang Satyalencana Kebudayaan (2010), Soegeng Sarjadi Awards on Good Governance Kategori Masyarakat Sipil yang Memberikan Banyak sumbangsih pemikirannya lewat lagu-lagu pro demokrasi (2012), LIFETIME ACHIEVEMENT AWARDS The Legend Iwan Fals 40 Tahun Berkarya di Dunia Musik Indonesia dari NET. di Indonesian Choice Awards (2014), dan menjadi Duta Desa Indonesia oleh Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (2015).
Enam Album Iwan Fals, yaitu Swami, Sarjana Muda, Kantata Takwa, Mata Dewa, Orang Gila, Aku Sayang Kamu! Masuk dalam 150 Album Indonesia Terbaik Sepanjang Masa pada 2007.
Meskipun banyak penyanyi baru bermunculan dan perubahan sosial terus berlangsung, pria yang baru saja berulang tahun ke-62 ini tetap setia pada komitmennya untuk eksis mengikuti perkembangan zaman dan memiliki basis penggemar yang kuat di kalangan rakyat biasa.
Baca juga: Ini Cerita di Balik Lagu Baru Iwan Fals Berjudul 16/01
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Jangan harap keadilan akan datang
Kesedihan hanya tontonan
Bagi mereka yang diperkuda jabatan
Lirik lagu Bongkar yang dinyanyikan oleh legenda musik Indonesia, Iwan Fals, ini kerap terdengar pada periode 80-90an. Bermula dari mengamen di berbagai tempat sebelum akhirnya dia mencapai puncak ketenarannya sebagai penyanyi populer yang masih menyala sinarnya hingga kini.
Iwan Fals, yang memiliki nama asli Virgiawan Listanto, adalah salah satu ikon musik Indonesia yang tak tergantikan. Karya-karyanya yang penuh makna, terutama dalam lagu-lagu balada, membawa realitas keseharian dan kritik sosial terbungkus dalam melodi yang memukau dan vokal yang merdu.
Baca juga: Lirik dan Pesan Lagu 'Kanjuruhan' Karya Iwan Fals yang Merespons Tragedi Sepak Bola Indonesia
Sampai saat ini, Iwan Fals sudah merilis 37 album sejak album pertamanya yang bertajuk Canda Dalam Nada pada 1979. Dalam lirik-liriknya, Iwan Fals mencerminkan kehidupan dan budaya sosial masyarakat dari tahun 1970-an hingga saat ini.
Rekam Jejak Iwan Fals
Salah satu penampilan Iwan Fals. (Sumber gambar: Evelyn Pritt/Iwanfals.co.id)
Lahir di Jakarta pada 3 September 1961, dia menghabiskan masa kecilnya di Bandung, Jawa Barat. Saat berusia 13 tahun, Iwan mulai mengamen di jalanan Bandung, menjalankan gitar dengan penuh semangat sambil menciptakan lagu-lagu.
Mungkin banyak yang belum tahu, kalau sedari kecil di gemar berolahraga dan aktif di bela diri silat, karate, yudo, sepak bola, basket, dan voli. Bahkan dia pernah berprestasi memenangi juara karate tingkat nasional.
Ketika mendapat tawaran untuk mencoba peruntungannya di Jakarta dari seorang produser, Iwan menjual sepeda motornya untuk biaya membuat master album pertamanya bersama rekan pengamennya Amburadul (1975), di Istana Music Records Jakarta. Sayangnya, album tersebut tidak berhasil di pasaran, dan Iwan kembali mengamen dari rumah ke rumah, bahkan di pasar seperti Pasar Kaget dan Blok M.
Namun, nasibnya berubah setelah memenangkan festival musik country dan berpartisipasi dalam festival lagu humor. Lagu-lagu humor milik Iwan, bersama dengan Pepeng, Krisna, Nana Krip, dan diproduksi oleh ABC Records, meskipun tidak meraih kesuksesan komersial, mengukir namanya di hati kalangan tertentu.
Perjalanan Iwan Fals menuju ketenaran sesungguhnya dimulai ketika dia bergabung dengan Musica Studio. Di sini, karyanya mendapatkan perhatian serius, dan album seperti Sarjana Muda (1981), yang musiknya ditangani oleh musisi Willy Soemantri, membuka pintu untuk tampil di dunia televisi. Terutama lagu Oemar Bakri yang ditayangkan di TVRI selama acara Manasuka Siaran Niaga.
Karyanya mengangkat berbagai tema, termasuk kritik terhadap DPR dalam lagu Surat Buat Wakil Rakyat (1987), nasib guru dalam Oemar Bakrie, bencana seperti Ethiopia (1986), Tikus Tikus Kantor (1986) yang menyindir pejabat yang sudah melakukan praktek korupsi, Sore Tugu Pancoran (1985) menggambarkan nasib anak-anak bangsa yang menderita akibat dipaksa mencari kerja, dan menghormati tokoh seperti Bung Hatta (1981).
Kritik tajam dalam lirik-liriknya sempat membuatnya diperhatikan oleh pemerintahan Orde Baru, terutama karena banyak lagunya yang dianggap mengkritik pemerintah secara langsung. Banyak konser Iwan yang dilarang dan dibatalkan oleh pemerintah.
Perjalanan kariernya berlanjut ketika memulai project musik bersama SWAMI, dengan Naniel Yakin, Sawung Djabo, Inisisri, Nanoe, dan didukung Setiawan Djody yang merupakan pemilik Airo Records. Nama Swami diambil dari status mereka yang adalah suami dari masing-masing istri mereka.
Mereka kemudian merilis album SWAMI pada 1989, namanya semakin melejit dengan hit seperti Bento dan Bongkar, yang sangat fenomenal. Bongkar sendiri menerima penghargaan 150 lagu terbaik sepanjang masa versi Majalah Rolling Stone peringkat 1.
Pada 1990, alumni Fakultas Seni Rupa IKJ angkatan 1980 ini berkolaborasi dalam grup musik Kantata Takwa yang dipayungi WS.Rendra (penulis sajak/lirik), Setiawan Djody (fasilitator), Jocky Suryo Prayogo (arranger/keyboard), Donny Fatah (bassis), Inisisri (drumer/perkusi), dan Sawung Djabo & Iwan Fals sebagai pencipta lagu dan penyanyi.
Pada 1990, mereka merilis album bertajuk nama yang sama dengan lagu Kesaksian, Paman Doblang, dan Air Mata. Menariknya lagi, konser Kantata Takwa pada 1991 masuk dalam daftar konser dengan penonton terbesar sepanjang masa di Stadion Utama Gelora Bung Karno Senayan. Tercatat 150.000 penonton memadati stadion, bahkan ada yang naik ke atap stadion sehingga menyulitkan petugas keamanan.
Ada Suka Ada Duka
Musisi Iwan Fals memberikan keterangan saat konferensi pers Gaung Merah SeGALAnya di Jakarta, Kamis (7/9/2023). (Sumber gambar: JIBI/Bisnis/Arief Hermawan P)
Pernikahannya dengan Rosanna (Mbak Yos) menghasilkan tiga orang anak, yaitu almarhum Galang Rambu Anarki, Annisa Cikal Rambu Basae, dan Rayya Rambu Robbani. Kelahiran anak pertamanya pada 1 Januari 1981, menghasilkan lagu Galang Rambu Anarki dalam album Opini (1982), yang yang menggambarkan kekhawatiran orang tua terhadap kenaikan harga barang akibat kenaikan harga BBM pada 1981.
Sayangnya, Galang meninggal secara mendadak pada April 1997, yang sangat menghancurkan Iwan. Iwan kemudian vakum dari dunia musik dalam periode yang cukup panjang dan beralih ke melukis dan berlatih bela diri.
Seiring berjalannya waktu, demi para penggemar setianya Iwan Fals mendirikan Orang Indonesia (Oi) pada 16 Agustus 1999 di Desa Leuwinanggung, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok. Oi menjadi wadah bagi para penggemar untuk berbagi kesetiaan pada penyanyi ini. Tanggal 16 Agustus 1999 kemudian dijadikan sebagai hari ulang tahun organisasi Oi.
Awalnya, kata Oi digunakan sebagai seruan atau ajakan untuk berkumpul [“Oi... !”], dan seiring berjalannya waktu, kata tersebut bertransformasi menjadi sebuah akronim yang mengartikan Orang Indonesia, seperti dilaporkan oleh KBR 68 H. Saat ini, kantor cabang Oi dapat ditemui di seluruh Nusantara, bahkan beberapa di luar negeri.
Hasil riset dari GLOBE ASIA, tentang jumlah penggemar musisi dan group musik di Indonesia, menempatkan OI di urutan kedua dengan jumlah penggemar 6 juta orang. Sedang FORSA, Fans Club penggemar legenda musik dangdut Rhoma Irama, pimpinan Soneta Group di urutan teratas dengan 25 juta lebih penggemar.
Pada 2002, Iwan kembali aktif dalam dunia musik dengan merilis album Suara Hati, yang termasuk lagu Hadapi Saja yang mengenang kematian Galang. Istri Iwan Fals juga berkontribusi dengan suaranya dalam lagu ini.
Iwan Fals juga menjadi cover TIME edisi 29 April 2002, dan merupakan satu-satunya tokoh Indonesia bukan Presiden yang dijadikan cover. Wajah Iwan Fals terpampang penuh dengan gitar di sisi kirinya. Time juga menobatkannya sebagai salah satu pahlawan Asia , karena pengaruhnya dan perjuangannya dalam menyuarakan suara hati rakyat kecil.
Dalam karya-karya terbarunya, banyak yang menganggap bahwa Iwan telah mengalami perubahan dalam gaya bermusiknya. Dia tidak lagi dengan tampilannya yang lama yaitu rambut gondrong, kumis tebal, dan jenggot lebat, dan lagu-lagunya terdengar lebih lembut. Tema cinta semakin sering terdengar, meskipun kritik sosial tetap menjadi bagian tak terpisahkan dalam albumnya, seperti dalam lagu Manusia Setengah Dewa (2004).
Pada Februari 2010, Iwan merilis album baru berjudul Keseimbangan dengan 13 lagu di dalamnya. Kemudian, pada 2013, dia merilis album Raya, yang terinspirasi dari nama putra bungsunya.
Dua tahun setelahnya, Musika Studio melakukan proyek besar bersama Iwan Fals, menggandeng musisi-musisi dari berbagai generasi dalam proyek yang diberi nama Satu Projek dengan tema Bhinneka Tunggal Ika. Para musisi seperti Nidji, Geisha, Noah, dan D'Masiv bergabung dalam proyek ini.
Meski sudah lama tidak menghadirkan karya terbaru, konser Iwan Fals pada 15 Maret 2014 di Monas Jakarta berhasil menghadirkan 350 ribu penonton sehingga menjadi konser dengan penonton terbanyak di Indonesia.
Dalam perjalanan kariernya, Iwan menerima penghargaan Satyalancana Kebudayaan Pemerintah Republik Indonesia (2010), Bintang Satyalencana Kebudayaan (2010), Soegeng Sarjadi Awards on Good Governance Kategori Masyarakat Sipil yang Memberikan Banyak sumbangsih pemikirannya lewat lagu-lagu pro demokrasi (2012), LIFETIME ACHIEVEMENT AWARDS The Legend Iwan Fals 40 Tahun Berkarya di Dunia Musik Indonesia dari NET. di Indonesian Choice Awards (2014), dan menjadi Duta Desa Indonesia oleh Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (2015).
Enam Album Iwan Fals, yaitu Swami, Sarjana Muda, Kantata Takwa, Mata Dewa, Orang Gila, Aku Sayang Kamu! Masuk dalam 150 Album Indonesia Terbaik Sepanjang Masa pada 2007.
Meskipun banyak penyanyi baru bermunculan dan perubahan sosial terus berlangsung, pria yang baru saja berulang tahun ke-62 ini tetap setia pada komitmennya untuk eksis mengikuti perkembangan zaman dan memiliki basis penggemar yang kuat di kalangan rakyat biasa.
Baca juga: Ini Cerita di Balik Lagu Baru Iwan Fals Berjudul 16/01
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.