Upaya konservasi Candi Borobudur menggunakan minyak atsiri dari tumbuhan sereh wangi. (Dok. Balai Konservasi Borobudur)

Melestarikan Candi Borobudur dengan Minyak Atsiri Serai Wangi

11 May 2021   |   11:18 WIB
Image
Nirmala Aninda Asisten Manajer Konten Hypeabis.id

Sebagai candi Buddha terbesar di dunia, Candi Borobudur yang telah berdiri sejak abad ke-8 setelah Masehi dan masih kokoh hingga saat ini terus dijaga agar selalu terawat dan bertahan melewati perubahan zaman.

Sekian upaya konservasi telah dilakukan agar monumen ini dapat bertahan untuk waktu yang lebih lama. 

Balai Konservasi Borobudur beberapa waktu lalu berhasil melakukan riset terkait metode pelestarian monumen yang lebih ramah lingkungan, yakni dengan menggunakan minyak atsiri dari serai wangi.

Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid menuturkan, cagar budaya berbahan batu rentan terhadap lumut, ganggang, dan lumut kerak.

"Selama ini para pelestari menggunakan bahan kimia untuk mengatasi gangguan itu," ungkapnya. 

Masalahnya, bahan kimia ini kurang bersahabat dengan lingkungan dan juga kesehatan manusia. 

Karena itu, Balai Konservasi Borobudur mencari alternatifnya dengan bahan dasar tanaman dan riset panjang akhirnya membuahkan hasil. 

Setelah percobaan berulangkali di laboraturium akhirnya para peneliti menyimpulkan cairan berbasis emulsi serai wangi sangat efektif menghilangkan lumut, ganggang, dan lumut kerak.

"Saya dapat kehormatan untuk mengaplikasikan temuan anak bangsa ini di Candi Borobudur. Selanjutnya inovasi ini akan digunakan juga untuk perawatan candi dan bangunan berbahan batu," kata Hilmar
 

Adapun, minyak atsiri diaplikasikan pada dinding batu candi dengan cara disemprotkan ke seluruh permukaan yang terdapat lumut.

Selanjutnya bagian permukaan yang telah disemprot harus ditutup dengan plastik selama 24 jam.

Setelah 24 jam pasca aplikasi, pembersihan lumut dilakukan secara mekanisme kering. 

Lumut yang sudah mati akan mengalami perubahan warna dari hijau menjadi cokelat dan mengering. Lumut yang sudah mengering kemudian disikat dengan ijuk atau sapu lidi.

"Penggunaan bahan-bahan kimia telah lama dihentikan di Candi Borobudur, dan digantikan dengan cara pembersihan manual yang memakan waktu dan tenaga," tulis Balai Konservasi Borobudur melalui akun Instagram resminya.

Minyak atsiri sebagai bahan yang sangat banyak dihasilkan di Indonesia dan merupakan komoditas ekspor, memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan. 

Berdasarkan uji seleksi berbagai minyak asiri, telah ditemukan minyak serai wangi sebagai salah satu bahan yang efektif sebagai pengendali pertumbuhan lumut, algae, dan jamur kerak.

Dibutuhkan setidaknya 200 liter minyak atsiri untuk aplikasi pada seluruh permukaan Candi Borobudur.

Editor: Roni Yunianto

SEBELUMNYA

Toko Game Retro Jepang Super Potato Kini Buka Secara Online

BERIKUTNYA

Gak Perlu Pakai Oven, Ini Resep Kue Nastar Simpel Dijamin Enak

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: