Mengenang Arist Merdeka Sirait, Sosok Pejuang Perlindungan Anak Indonesia
26 August 2023 |
15:00 WIB
Kabar duka datang dari dalam negeri. Ketua Komisi Nasoinal (Komnas ) Perlindungan Anak (PA) Arist Merdeka Sirait menghembuskan napas terakhirnya. Kabar duka tentang kepergian pria yang kerap membela anak-anak itu datang dari aktris Cornelia Agatha.
Aktris pemeran film Si Doel Anak Sekolahan itu menyampaikan kabar duka tentang Arist dalam akun instagramnya. “Selamat jalan Pak Arist,” tulisnya dalam sebuah unggahan bersama dengan Arist Merdeka Sirait.
Baca juga: Mengenang Aisul Yanto & Andi Suandi Penggerak Komunitas Seni Rupa di Jakarta
Dia mengucapkan terima kasih kepada Arist atas ketulusan hati dan semua jasanya lantaran tidak pernah lelah memperjuangkan nasib anak-anak di Indonesia. Menurutnya, pria yang lahir pada 17 Agustus 1960 itu adalah panutannya.
Wanita yang juga menjadi Ketua Komnas Perlindungan Anak DKI Jakarta itu menuliskan tidak akan berhenti untuk meneruskan perjuangan yang dilakukan oleh Arist dalam melindungi anak-anak di dalam negeri.
Dikutip dari laman Lembaga Perlindungan Anak Sumatra Utara, Arist Merdeka Sirait lahir di Pematang Siantar, Provinsi Sumatra Utara. Pada awalnya, dia dikenal sebagai seorang aktivis buruh dan aktif di berbagai organisasi serta lembaga swadaya masyarakat (LSM).
Rasa prihatin terhadap kondisi anak yang harus bekerja dan tidak mendapatkan perlakuan layak membuatnya fokus terhadap anak-anak. Jadi, pada 1981, dia menjadi aktivis buruh anak. Lima tahun berselang atau 1986, Arist membentuk sebuah yayasan yang memiliki misi melindungi para buruh.
Di yayasan ini, para pekerja usia anak-anak yang terpaksa bekerja bisa mendapatkan pendidikan. Satu tahun kemudian, Komite Pendidikan Anak Kreatif (Kompak) Indonesia didirikannya pada 1987.
Organisasi ini merupakan tempat buruh anak bisa mendapatkan bekal kepribadian. Mereka mendapatkan pendidikan toleransi, demorkasi, membaca, dan menulis.
Pada 1998, Arist, Seto Mulyadi, dan beberapa aktivis lain mendirikan sebuah lembaga bernama Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA). Pada saat itu, dia menjadi Sekretaris Jenderal. Sementara Seto Mulyadi ketua umum.
Arist naik menjadi ketua umum setelah selama 12 tahun menjabat sebagai Sekjen Komnas PA. Dia menggantikan Seto yang menjadi ketua Dewan Konsultatif Nasional.
Tidak hanya menangani masalah anak yang terjadi di masyarakat, Arist juga tercatat aktif mengkritisi berbagai peristiwa yang berhubungan terhadap anak.
Dalam sebuah wawancara dengan Bisnis Indonesia Weekly pada 2021 silam, Arist menunjukkan keprihatinannya dengan kondisi kekerasan yang terjadi kepada anak-anak di dalam negeri.
Pada saat itu, dia mengungkapkan bahwa pelanggaran dalam bentuk kekerasan seksual masih mendominasi. Sementara sisanya bermacam-macam seperti kekerasan fisik, eksploitasi ekonomi, politik, anak korban penculikan, dan sebagainya.
Guna mengatasi kondisi pelanggaran terhadap anak, dia berharap pemerintah dapat membangun gerakan perlindungan anak berbasis keluarga dan kampung di setiap tempat yang melibatkan peran serta masyarakat.
Tidak hanya itu, dia juga berharap pemerintah mengeluarkan mekanisme perlindungan yang harus dilakukan oleh masyarakat jika terdapat kekerasan terhadap anak. Cara-cara itu harus tersedia secara digital, sehingga memudahkan saat ada kekerasan.
Arist juga memiliki perhatian terhadap perkembangan teknologi terkait keselamatan anak. Dia menekankan peran orang tua agar menjadi garda terdepan dalam mengajarkan anak untuk cerdas dan sehat menggunakan media sosial. Bukan tanpa sebab, banyak predator anak yang memanfaatkan media sosial untuk menjerat para korbannya.
Laman LPA Sumut menuliskan, perhatian Arist terhadap anak-anak tidak dapat dilepaskan dari sang ayah. Saat masih kecil, dia tinggal di daerah perkebunan di Pematang Siantar. Di sana, sang aktivis melihat banyak anak yang bekerja sebagai buruh perkebunan.
Anak-anak itu tidak dapat melanjutkan sekolah lantaran tidak memiliki biaya. Ayah Arist yang memiliki profesi penjahit membuat sekolah di aerah perkebunan bersama dengan teman-temannya. Pada saat itu, sang ayah menjadi koordinator guru dalam menyediakan pendidikan murah.
Baca juga: Mengenang Kepergian Rudy Salam, Intip Perjalanan Karier Sang Aktor Senior Legendaris
Editor: Dika Irawan
Aktris pemeran film Si Doel Anak Sekolahan itu menyampaikan kabar duka tentang Arist dalam akun instagramnya. “Selamat jalan Pak Arist,” tulisnya dalam sebuah unggahan bersama dengan Arist Merdeka Sirait.
Baca juga: Mengenang Aisul Yanto & Andi Suandi Penggerak Komunitas Seni Rupa di Jakarta
Dia mengucapkan terima kasih kepada Arist atas ketulusan hati dan semua jasanya lantaran tidak pernah lelah memperjuangkan nasib anak-anak di Indonesia. Menurutnya, pria yang lahir pada 17 Agustus 1960 itu adalah panutannya.
Wanita yang juga menjadi Ketua Komnas Perlindungan Anak DKI Jakarta itu menuliskan tidak akan berhenti untuk meneruskan perjuangan yang dilakukan oleh Arist dalam melindungi anak-anak di dalam negeri.
Dikutip dari laman Lembaga Perlindungan Anak Sumatra Utara, Arist Merdeka Sirait lahir di Pematang Siantar, Provinsi Sumatra Utara. Pada awalnya, dia dikenal sebagai seorang aktivis buruh dan aktif di berbagai organisasi serta lembaga swadaya masyarakat (LSM).
Rasa prihatin terhadap kondisi anak yang harus bekerja dan tidak mendapatkan perlakuan layak membuatnya fokus terhadap anak-anak. Jadi, pada 1981, dia menjadi aktivis buruh anak. Lima tahun berselang atau 1986, Arist membentuk sebuah yayasan yang memiliki misi melindungi para buruh.
Di yayasan ini, para pekerja usia anak-anak yang terpaksa bekerja bisa mendapatkan pendidikan. Satu tahun kemudian, Komite Pendidikan Anak Kreatif (Kompak) Indonesia didirikannya pada 1987.
Organisasi ini merupakan tempat buruh anak bisa mendapatkan bekal kepribadian. Mereka mendapatkan pendidikan toleransi, demorkasi, membaca, dan menulis.
Pada 1998, Arist, Seto Mulyadi, dan beberapa aktivis lain mendirikan sebuah lembaga bernama Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA). Pada saat itu, dia menjadi Sekretaris Jenderal. Sementara Seto Mulyadi ketua umum.
Arist naik menjadi ketua umum setelah selama 12 tahun menjabat sebagai Sekjen Komnas PA. Dia menggantikan Seto yang menjadi ketua Dewan Konsultatif Nasional.
Tidak hanya menangani masalah anak yang terjadi di masyarakat, Arist juga tercatat aktif mengkritisi berbagai peristiwa yang berhubungan terhadap anak.
Dalam sebuah wawancara dengan Bisnis Indonesia Weekly pada 2021 silam, Arist menunjukkan keprihatinannya dengan kondisi kekerasan yang terjadi kepada anak-anak di dalam negeri.
Pada saat itu, dia mengungkapkan bahwa pelanggaran dalam bentuk kekerasan seksual masih mendominasi. Sementara sisanya bermacam-macam seperti kekerasan fisik, eksploitasi ekonomi, politik, anak korban penculikan, dan sebagainya.
Guna mengatasi kondisi pelanggaran terhadap anak, dia berharap pemerintah dapat membangun gerakan perlindungan anak berbasis keluarga dan kampung di setiap tempat yang melibatkan peran serta masyarakat.
Tidak hanya itu, dia juga berharap pemerintah mengeluarkan mekanisme perlindungan yang harus dilakukan oleh masyarakat jika terdapat kekerasan terhadap anak. Cara-cara itu harus tersedia secara digital, sehingga memudahkan saat ada kekerasan.
Arist juga memiliki perhatian terhadap perkembangan teknologi terkait keselamatan anak. Dia menekankan peran orang tua agar menjadi garda terdepan dalam mengajarkan anak untuk cerdas dan sehat menggunakan media sosial. Bukan tanpa sebab, banyak predator anak yang memanfaatkan media sosial untuk menjerat para korbannya.
Laman LPA Sumut menuliskan, perhatian Arist terhadap anak-anak tidak dapat dilepaskan dari sang ayah. Saat masih kecil, dia tinggal di daerah perkebunan di Pematang Siantar. Di sana, sang aktivis melihat banyak anak yang bekerja sebagai buruh perkebunan.
Anak-anak itu tidak dapat melanjutkan sekolah lantaran tidak memiliki biaya. Ayah Arist yang memiliki profesi penjahit membuat sekolah di aerah perkebunan bersama dengan teman-temannya. Pada saat itu, sang ayah menjadi koordinator guru dalam menyediakan pendidikan murah.
Baca juga: Mengenang Kepergian Rudy Salam, Intip Perjalanan Karier Sang Aktor Senior Legendaris
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.