Ioniq 5, mobil listrik dari Hyundai. (Sumber gambar: Hyundai Motor Group/Unsplash)

Intip Pengalaman & Tantangan Pakai Mobil Listrik

25 August 2023   |   13:47 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Like
Penggunaan mobil listrik di Indonesia menunjukkan tren positif. Terlihat dari data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) yang mencatat 16.774 unit kendaraan jenis electric vehicle (EV) dan plug-in hybrid vehicle (PHEV) terjual dari Januari hingga Mei 2023.

Mobil yang dianggap ramah lingkungan ini juga menarik minat generasi muda. Menurut survei Inventure-Alvara tentang minat membeli mobil listrik yang dirilis pada Februari 2023, sebanyak 61,5 persen Gen Z tertarik mobil listrik karena desain unik dan futuristik. Berbeda dengan generasi milenial yang lebih mendominasi pada alasan ketersediaan sparepart. 

Baca juga: Minat Masyarakat Beli Mobil Listrik Sudah Ada, Cuma...

Tak dipungkiri, mobil listrik memiliki desain unik dan futuristik. Contohnya saja Hyundai Ioniq 5. Mobil listrik yang sepenuhnya menggunakan daya baterai (BEV) ini memiliki tampilan yang sangat menonjol ketika dipakai di jalan raya dengan parametric pixel LED headlamps dan front center garnish hidden LED.

Desain yang aerodinamis tersebut dilengkapi dengan velg bergaya direksional yang ditutupi seperti sirip. Tidak hanya desain, menurut Direktur Utama Lookman Djaja, Kyatmaja Lookman, banyak benefit yang bisa didapat dari penggunaan mobil listrik.

Di jalan raya, mobil jenis ini bebas kebijakan ganjil genap, perawatan lebih mudah karena tidak perlu ganti oli, biaya bahan bakar lebih murah, tidak perlu ke SPBU untuk mengisi bahan bakar, dan tentunya tidak menimbulkan polusi.

Sebagai pengusaha di bidang logistik, Kyat -panggilan akrabnya- merasa penting untuk mengikuti perkembangan teknologi, termasuk pada kendaraan. Oleh karena itu, sejak Desember 2022 lalu, dia menjadi pengguna mobil listrik untuk merek Hyundai Ioniq 5 dan Wuling Air EV. 

 

Kyat

Direktur Utama Lookman Djaja, Kyatmaja Lookman (Sumber gambar : dokumen pribadi)


Dia ingin melihat kemampuan mobil listrik pribadi tersebut yang bisa saja skalanya meningkat menjadi truk listrik dalam beberapa tahun mendatang. “Sebagai pengusaha angkutan barang saya harus tahu tren ke depan. Saya gak mau ketinggalan teknologi, apalagi bisnis saya di otomotif, angkutan barang,” ujar pengusaha muda di bidang jasa logistik ini. 

Baca juga: 5 Fakta Ioniq 6, Mobil Listrik Terbaru dari Hyundai Seharga Rp1 Miliar

Selama tujuh bulan dia berkendara menggunakan mobil listrik, terutama di jalanan ibu kota. Kyat menyebut masih banyak tantangan yang dihadapi para pengendara, terutama dari sisi pengisian daya.

Meskipun Perusahaan Listrik Negara (PLN) menawarkan layanan untuk menaikkan daya listrik di rumah, masih ada kendala terkait pengisian baterai. Biasanya mobil listrik dibekali portable charger yang memakan daya 2.200 VA dan membutuhkan waktu 28 jam untuk full battery. Ada pula wall charging yang memakan daya 7.700 VA yang membutuhkan waktu 10,5 jam. 

“Gak semua rumah punya tenaga listrik melimpah karena tergantung abonemen sehingga paling mentok charge di rumah 7.700 VA. Kalo pake portable charge gak convenience karena butuh 28 jam, lebih dari 1 hari,” ulas Kyat. 

Sementara Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU), jumlahnya belum tersebar merata terutama jika mobil listrik dipakai untuk bepergian ke luar kota. Sempat Kyat pergi dari Jakarta ke Solo, butuh beberapa kali dia mengisi daya baterai mobil listrik. Beberapa SPKLU pun daya pengisiannya tidak sampai 200.000 VA dan akhirnya mengharuskan mobil di-charge 4 jam sekali.

“Kendaraan listrik idealnya saat ini untuk penggunaan jarak dekat. Kalau jarak jauh tergantung persediaan SPKLU dan manajemen pengisian,” tutur Kyat berpendapat. 

Nah, akan menjadi tantangan jikalau dalam beberapa tahun ke depan ada kendaraan besar seperti truk berbasis listrik. Kemungkinan menurutnya butuh waktu 7 hari untuk mengisi daya truk. Oleh karena itu, Kyat berharap infrastruktur kendaraan listrik semakin matang. Rumah makan hingga pom bensin diajak kerja sama untuk menghadirkan pengisian daya. 

Dia yakin seiring waktu, tantangan tersebut akan segera diatasi. Termasuk dari sisi baterai yang diklaim harganya separuh dari harga mobil listrik itu sendiri. Dengan perkembangan teknologi, Kyat yakin harga baterai mobil listrik seiring waktu akan lebih murah.

Sementara itu, Kyat menilai mobil listrik selayaknya dipakai untuk keseharian, jangan terlalu sering disimpan. Apabila disimpan, penggunaannya tidak maksimal mengingat usia baterainya saat ini tercatat hanya sampai 8 tahun. “Akan rugi, ini masalah waktu,” imbuhnya.

Selama masa tersebut, mobil listrik menurutnya menjadi kendaraan yang ideal dan ekonomis. Terlebih, banyak insentif yang digelontorkan pemerintah.

Baca juga: Adu Pintar & Kenyamanan Mobil Listrik Inggris vs Jepang, Genhype Pilih Mana?

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Gita Carla

SEBELUMNYA

Menengok 6 Fasilitas Indonesia Arena Untuk FIBA Basketball World Cup 2023

BERIKUTNYA

Adu Kualitas Kamera Smartphone Flagship Sharp vs Oppo

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: