Ilustrasi buku (Sumber gambar: Freepik)

Jumlah Penerbit Independen Makin Subur, Apa Faktornya?

25 July 2023   |   20:10 WIB
Image
Chelsea Venda Jurnalis Hypeabis.id

Like
Genhype, selalu ada ruang alternatif untuk kita terus berkarya. Pintu masuk untuk menerbitkan buku tidak hanya dipegang penerbit mayor saja. Kini, sejumlah penerbit independen mulai bermunculan dan menemukan ruang untuk pembaca setianya.

Ketua Umum Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) Arys Hilman mengatakan bahwa jumlah penerbit independen dalam beberapa tahun terakhir angkanya terus meningkat. Hal ini dipengaruhi oleh adanya gelombang penulis baru yang ingin segera menerbitkan buku.

Teknologi, kata Arys, punya peran penting dalam hal ini. Jika dahulu penulis baru harus melalui seleksi ketat sebelum menembus penerbit mayor, kini mereka bisa membagikan karyanya dengan mudah di platform penulisan online, seperti Storial hingga Wattpad.

Baca juga: Penerbit Indie Tawarkan Kemudahan Terbit, dari Akses Distribusi hingga Royalti

Adanya platform tersebut ikut mempersubur dunia kepenulisan di Indonesia. Melalui platform tersebut, penulis juga mulai bisa dikenal dan menemukan pembacanya sendiri. Saat penggemar tulisannya makin banyak, penulis mulai berpikir untuk menerbitkan karyanya menjadi buku.

“Walaupun saat ini sudah banyak platform penulisan, tetap saja masterpiece dari tulisan adalah ketika bisa dicetak menjadi buku. Dari sini kemudian banyak bermunculan penerbit independen untuk mengakomodir hal tersebut,” kata Arys.

Meskipun demikian, tidak hanya penulis baru yang melirik penerbit independen. Sejumlah penulis yang sudah pernah menerbitkan karyanya juga mulai menggunakan jalur penerbitan independen.

Ada beberapa alasan yang yang mendasarinya. Menurut Arys, sebagian penulis kesulitan mengakses penerbit mayor karena proses seleksi yang ketat dan panjang. Selain itu, margin keuntungan juga kerap jadi persoalan.

“Saat ini situasinya terbilang tidak bagus. Barang kali ada sebagian penulis yang tidak ingin margin keuntungan terlalu banyak diambil oleh penerbit (mayor, Red), lalu mereka berusaha mencapai hal itu melalui penerbitan independen,” imbuhnya.

Adanya persoalan tersebut membuat penerbit independen terlihat seperti solusi yang menjanjikan. Dengan adanya kemajuan teknologi, penerbit independen juga kini lebih bisa berkembang dan menyaingi penerbit mayor.
 

Ilustrasi buku (Sumber gambar: Freepik)

Ilustrasi buku (Sumber gambar: Freepik)


Salah satu masalah yang kerap dialami penerbit independen ialah soal akses. Umumnya, distribusi buku independen melalui toko kecil atau komunitas-komunitas di daerah.  Akan tetapi, ruang sempit distribusi itu belakangan mulai lebih terbuka berkat adanya transformasi digital.
 
Adanya marketplace dan kebiasaan orang yang kini makin sering berbelanja online ikut memberi berkah bagi penerbit independen. Teknologi telah mendobrak pasar sempit buku independen yang selama ini hanya mengandalkan jalur konvensional.

Melalui marketplace, penerbit independen bisa menjual buku-buku terbitannya kepada pasar yang lebih luas. Akses pasar yang terbuka ini membuat beban distribusi menjadi lebih berkurang.

Menurut Arys, saat ini masalah besar yang dihadapi penerbit independen ialah soal keberlanjutan. Di penerbit mayor, mereka memiliki skema distribusi risiko untuk penulis yang sudah memiliki nama dan penulis baru.

Misalnya, dari 100 judul yang terbit setahun, penerbit sudah memperkirakan sekian persen bukan buku tidak laku. Ruang pertaruhan itu selalu disediakan demi menerbitkan penulis-penulis baru, tetapi dari segi perusahaan tetap bisa bertahan.

Arys mengatakan bahwa sangat banyak tantangan di dunia perbukuan yang membutuhkan kerja sama. Dalam hal ini, penerbit independen tentu ujung-ujungnya harus menjalin jejaring. Ketika bersama-sama, maka persoalan bisa didiskusikan bersama dan dicari solusinya. Sebagai sebuah organisasi, daya tawar untuk mengubah sejumlah kebijakan juga menjadi lebih besar.

“Banyak hal yang bisa diperjuangkan kalau kita bersama-sama. Misalnya, dahulu kita berjuang buku bebas dari PPN. Itu adalah perjuangan bersama dan bisa dilakukan kalau punya organisasi,” tegasnya.

Baca juga: Melirik Peluang Bisnis Penerbit Indie

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Gita Carla

SEBELUMNYA

Blooks, Berdiri Melawan Senja Kala Industri Toko Buku

BERIKUTNYA

Mengenang Kawasan Melawai Blok M yang Jadi Pusat Budaya Pop Era 1980-1990

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: