Buku Melawat Ke Talawi Tapak Langkah Wartawan Adinegoro. (Sumber gambar: Hypeabis.id/ Prasetyo agung Ginanjar)

LPDS Rilis Buku Melawat ke Talawi, Rekam Kisah Hidup Pelopor Jurnalistik Adinegoro

25 July 2023   |   16:50 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Like
Indonesia banyak melahirkan tokoh-tokoh jurnalistik yang memiliki peran penting dalam membangun iklim demokrasi. Salah satunya adalah Adinegoro, sastrawan asal Sawahlunto, Sumatera Barat, yang dikenal sebagai pelopor jurnalistik Indonesia.

Sebagai wartawan, Adinegoro tak hanya dikenal dengan reportasenya yang detail dan ditulis dengan bahasa yang memikat. Namun, analisisnya terhadap peristiwa sosial-politik yang terjadi baik di Indonesia maupun luar negeri juga dikenal tajam.

Adapun, untuk mengenang kiprahnya, Lembaga Pers Dr. Soetomo (LPDS) meluncurkan buku bertajuk Melawat Ke Talawi, Tapak Langkah Wartawan Adinegoro pada Selasa, (25/7/23) di Gedung Dewan Pers, Jakarta. Perilisan buku ini juga untuk memperingati HUT ke-35 dari lembaga pers yang berdiri pada 23 Juli 1988 itu.

Baca juga: Nezar Patria Rilis Buku Sejarah Mati di Kampung Kami, Rekam Peristiwa Kelam Tsunami Aceh

Ditulis oleh Lestantya R. Baskoro dkk, buku ini mengupas mengenai sosok Adinegoro dari kenangan orang-orang terdekat. Selain itu juga menceritakan peran wartawan Tjaja Hindia itu dalam konstelasi politik kebangsaan dan kontribusinya terhadap berbagai khasanah ilmu di Indonesia.

Secara keseluruhan buku dengan tebal 147 halaman ini merangkum mengenai dokumentasi kehidupan wartawan bernama Adinegoro di Talawi, Sumatera Barat. Total terdapat delapan bab yang mengisahkan perjalanan hidupnya mulai saat dia melawat ke Barat, kiprahnya di sejumlah media, dan tutup usia pada 1967.

Lestantya mengatakan, ditulisnya buku tentang Adinegoro supaya generasi muda dapat mengenal kembali sosoknya yang mungkin belum banyak diketahui khalayak. Terlebih bagi wartawan muda yang menurutnya saat ini abai akan sejarah jurnalistik di Tanah Air.
 

Diskusi buku Melawat Ke Talawi Tapak Langkah Wartawan Adinegoro pada Selasa, (25/7/23) di Gedung Dewan Pers, Jakarta.  (sumber gambar Hypeabis.id/Prasetyo Agung)

Diskusi buku Melawat Ke Talawi Tapak Langkah Wartawan Adinegoro pada Selasa, (25/7/23) di Gedung Dewan Pers, Jakarta. (sumber gambar Hypeabis.id/Prasetyo Agung)
 

Menurut pengajar tetap di LPDS ini, karya-karya jurnalistik dari wartawan bernama asli Djamaluddin itu pun perlu untuk dibaca sebagai referensi generasi muda. Salah satunya adalah Melawat ke Barat, sebuah reportase perjalanan yang ditulis oleh Adinegoro saat pergi ke Eropa menggunakan kapal Tambora.

"Saya kira, semua pengetahuan mengenai para pelopor jurnalistik Indonesia perlu ditulis dan dikenalkan pada generasi muda. Dedikasi dari Adinegoro [terhadap etos jurnalisme] ini juga patut dicontoh oleh wartawan muda saat ini," paparnya saat ditemui Hypeabis.id.

Sementara itu Wartawan Utama LKBN Antara, Priyambodo RH mengatakan, sosok Adinegoro selain dikenal sebagai jurnalis adalah seorang pemikir yang ulung. Bahkan dia menyebutnya sebagai sosok multitalenta, baik sebagai fotografer, budayawan, pebisnis, dan kartografer.

"Semangat Adinegoro yang tertuang dalam berbagai tulisan lepas atau puluhan bukunya juga terbilang ikut mewarnai perjalanan bangsa Indonesia dari jelang, awal, dan empat dasawarsa setelah kemerdekaan Indonesia," jelasnya.

Sebagai tambahan informasi, Adinegoro adalah seorang pelopor jurnalistik Indonesia. Semasa muda dia pernah menempuh pendidikan di Sekolah Pendidikan Dokter Hindia Belanda (STOVIA) atau Sekolah Dokter Jawa di Jakarta pada 1918-1925. 

Kendati demikian, pikirannya justru lebih terpatri pada dunia jurnalistik.  Dari sinilah dia lalu memperdalam bidang pendidikan jurnalistik, geografi, kartografi, dan geopolitik di Jerman dan Belanda (1925-1930). Tak hanya itu, dia juga membuat serangkaian liputan bergenre perjalanan (travel writing), berita beranalisis (news analyst), dan diplomasi melalui peliputan pers.

Tulisan pria bergelar Datuk Maradjo Sutan ini dipublikasikan Pewarta Deli di Medan, Bintang Timur, dan Pandji Poestaka. Sekembali dari Eropa, dia sempat memimpin Pandji Poestaka (1931) selama enam bulan, kemudian memimpin Pewarta Deli (1932-1942), dan mengepalai Mimbar Indonesia (1948-1950). 

Adinegoro bahkan sempat mendirikan Radio Republik Indonesia (RRI) Stasiun Bukittinggi, Sumatera Barat pada awal kemerdekaan RI. Dia juga mendirikan Yayasan Pers Biro Indonesia yang dikenal sebagai Kantor Berita PIA (1951) yang kemudian dilebur menjadi Lembaga Kantor Berita Nasional Antara oleh Presiden Soekarno pada 1962.

Baca juga: Cek 8 Rekomendasi Film Jurnalistik Inspiratif di Hari Kebebasan Pers

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Gita Carla

SEBELUMNYA

Jangan Keliru, Ini Fakta & Fiksi di Film Oppenheimer

BERIKUTNYA

Diumumkan Nicholas Saputra & Adam Suseno, Cek Jadwal hingga Full Line Up Pestapora 2023

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: