Abandoned (2021), Prabu Perdana, Acrylic on Canvas, 100x150 cm. (Sumber gambar: Artsphere Gallery)

Imaji Lanskap Prabu Perdana dalam Koleksi Karya In Another Land

18 July 2023   |   19:00 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Berbagai pendekatan, gaya, dan teknik lukis telah menjadikan lanskap sebagai sebuah genre yang berkembang melampaui representasi tradisionalnya sebagai objek belaka. Di tengah zaman yang semakin modern, gagasan-gagasan tentang lanskap terus menemukan konteks dan interpretasi baru.

Lukisan-lukisan lanskap seolah menjadi pengingat tentang hubungan-hubungan yang mustahil terbantahkan antara manusia dengan tanah, air, udara, dan alam sekitar. Hubungan antara manusia sebagai makhluk hidup dengan Bumi yang menopang kehidupan. Di tengah perkembangan eksplorasi tersebut, perupa Prabu Perdana menampilkan 12 karya mutakhirnya tentang lanskap dalam pameran tunggal bertajuk In Another Land.

Baca juga: Seniman Daniel Kho Gelar Pameran Tunggal Bertajuk Castaneda Factor di Jagad Gallery

Sebagai perupa yang konsisten melukis lanskap, Prabu kerap bereksperimen dengan teknik menggambarnya. Alih-alih menggambarkan objek-objek atau pemandangan alam dalam suatu momen dan ruang yang tunggal layaknya citra fotografis, sang perupa justru menggambar dengan menumpuk dan melebur sejumlah objek sekaligus dalam satu bidang gambar.

Hasilnya adalah suatu gubahan komposisi objek dan peristiwa yang serba transparan, taksa dan berlapis, yang agak bertolak belakang dengan prinsip realisme yang umumnya justru menyasar akurasi dan kejelasan bentuk-bentuk. Dalam koleksinya kali ini, Prabu masih menonjolkan objek-objek khas lanskap seperti langit, cakrawala, dan daratan.

Misalnya dalam lukisan Abandoned (2021), City and Nature (2023), dan High and Dry (2023). Prabu menggarap lukisan-lukisannya dengan pijakan teknik melukis realistik, ketika warna objek ditampilkan sewajarnya. Visual langit, hamparan rumput, pepohonan, bebatuan, kumpulan perdu dan bangunan juga digarap secara rinci.

Sekilas, tidak ada keanehan yang mencolok pada sebagian besar koleksi lukisan Prabu kali ini. Hanya dua lukisan yakni The Breath of Old Bandung (2023) dan Growing Land (2022) yang menampilan nuansa suriil muncul lebih kuat. Kedua lukisan ini juga mengingatkan pada karya Prabu sebelumnya yakni Green Turns to Black (2019) dan Isolated Gardens (2020) dengan nuansa serupa.
 

Abandoned (2021), Prabu Perdana, Acrylic on Canvas, 100x150 cm. (Sumber gambar: Artsphere Gallery)

In Another Land (2023), Prabu Perdana, Acrylic on Canvas, 100x100 cm. (Sumber gambar: Artsphere Gallery)

Pada lukisan-lukisan tersebut, sang perupa tampak mulai lebih leluasa menggarap tumpukan atau lapisan objek-objek untuk menghasilkan suatu impresi enigmatik hingga suriil. Pada lukisan Growing Land misalnya, Prabu menghadirkan beberapa  gambar struktur bangunan dan beberapa tanaman menjulang yang saling silang hadir bagaikan objek-objek asing yang tidak menjejak tanah.

Impresi serupa tampak pada lukisannya yang berjudul The Breath of Bandung. Meski menyematkan Bandung sebagai referensi suatu tempat yang nyata, lukisan tersebut tampak suriil dengan susunan bangunan seperti perumahan yang tampak acak dengan pepohonan, ditambah goresan cat serupa kabut.

Dengan teknik melukis realistik yang demikian rinci, tegangan antara yang 'alami' dan 'yang modern' pada kedua lukisan itu muncul secara puitik.

Tak hanya dari segi bentuk visual, Prabu juga tampak bereksplorasi dari segi pemilihan warna. Pada beberapa karyanya, dia memang tampak menampilkan suasana yang agak gelap, muram, dan tandus seperti terlihat dalam lukisan City and Nature (2023), The Breath of Bandung (2023), dan Abandoned (2021).

Namun, di beberapa karyanya yang lain seperti In Another Land (2023), Iron and Stone (2023), dan Building Frame on The Hill, sang perupa tampak lebih bermain dengan warna yang lebih cerah seolah menyimbolkan harapan. Warna-warna alam yang khas seperti hijau dan coklat kehitaman bertemu dengan palet warna yang cerah seperti jingga, biru, dan kuning.
 

Abandoned (2021), Prabu Perdana, Acrylic on Canvas, 100x150 cm. (Sumber gambar: Artsphere Gallery)

Growing Land (2022), Prabu Perdana, Acrylic on Canvas, 100x150 cm. (Sumber gambar: Artsphere Gallery)

Prabu mengatakan seperti judul pamerannya, karya-karyanya dalam eksibisi kali ini memang sengaja ingin mengajak audiens ke dalam tempat yang lain dan memberikan ruang imajinasi untuk menafsirkan karya-karyanya. Dalam karya-karyanya ini, ujarnya, adalah hasil eksplorasi penggabungan lanskap alam dan sesuatu yang dibuat manusia.

"Dalam karya-karya ini semua dibuat seperti di alam lain yang sebenarnya khayalan, walaupun berdasar kondisi suatu daerah tertentu di sekitar saya," kata perupa asal Bandung itu kepada Bisnis.

Dalam membuat karya-karyanya ini, Prabu menggunakan foto sebagai objek referensi dalam menggambar yang dia potret sendiri. Dalam kanvasnya, dia bukan lagi menggambar objek visual yang difotonya, melainkan hasil penafsiran dan perkembangan imajinasinya tentang lanskap dan objek-objek lain.

"Karya-karya ini tidak menceritakan masa lalu, kini, atau masa depan. Ini benar-benar hanya memberi ruang imajinasi bagi semua orang," tegas perupa yang memenangkan kompetisi UOB Painting of the Year 2020 di tingkat Asia Tenggara itu kepada Hypeabis.id.

Dari segi material, dia juga masih bersetia untuk tetap menggunakan cat akrilik di bidang kanvas seperti karya-karyanya sebelumnya, dan sesekali mengeksplorasi teknik drawing menggunakan pensil di atas kertas. Ke depan, Prabu mengaku masih akan menggarap seri lukisan lanskap yang akan lebih mengeksplorasi unsur alam dan benda.
 

Abandoned (2021), Prabu Perdana, Acrylic on Canvas, 100x150 cm. (Sumber gambar: Artsphere Gallery)

Breathing Stones (2023), Prabu Perdana, Acrylic on Canvas, 100x150 cm. (Sumber gambar: Artsphere Gallery)

Kurator Agung Hujatnikajennong menilai dalam koleksi karya kali ini, alih-alih menampilkan lanskap sebagai penanda ruang dan waktu yang riil, Prabu lebih tertarik menonjolkan karakter enigmatik pada lukisan-lukisan lanskapnya. Tanpa sadar, katanya, audiens tengah dibawanya ke pemandangan antah-berantah.

Meskipun demikian, Agung mengatakan sejumlah lukisan lanskap Prabu cenderung mengarah pada suatu narasi yang spesifik. Objek-objek yang umumnya dianggap mewakili gagasan-gagasan tentang kemajuan peradaban manusia misalnya bangunan, mesin-mesin dan kendaraan bermotor tampil sebagai sesuatu yang usang, rusak atau terabaikan.

Di pihak lain, objek-objek alam seperti pepohonan, perairan, bebatuan dan dataran tanah justru dilukiskan menonjol, dominan atau superior. "Seolah-olah alam mampu mengatasi sepak terjang dan eksistensi manusia modern di Bumi," ujarnya.

Agung menambahkan secara menyeluruh, gambaran-gambaran lanskap dalam pameran ini, pada akhirnya menjadi antitesis dari dominasi manusia terhadap berbagai entitas alam. Narasi ini, lanjutnya, tentu saja tidak selaras dengan kenyataan, di mana alam hingga hari ini masih menjadi objek eksploitasi manusia yang semena-mena.

Baca juga: Selain Van Gogh Alive The Experience Jakarta, Ini 10 Pameran Imersif Paling Populer di Dunia

Editor: Dika Irawan

SEBELUMNYA

Melihat Realita Indonesia & Korea Selatan dalam Pameran Indonesian – Korean Art Exchange

BERIKUTNYA

45 Jawaban Teka-teki Terkait Minuman dan Camilan MPLS, dari Air kobokan Sampai Ayam Matematika

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: