4 Fakta Unik Tanean Lanjang, Rumah Adat Madura di Pulau Garam
09 July 2023 |
16:48 WIB
Indonesia memiliki banyak rumah adat dengan arsitektur yang menawan. Salah satu yang terkenal dan ikonik adalah Tanean Lanjang yang menjadi kebanggaan masyarakat Madura. Bangunan ini biasanya terdiri dari beberapa rumah anggota yang masih berada dalam satu ikatan keluarga.
Kata tanean berasal dari bahasa Madura yang artinya halaman, sementara lanjang atau lanjhang memiliki makna panjang. Jadi, secara harfiah tanean lanjang berarti rumah dengan halaman yang panjang dan sampai saat ini masih diaplikasikan dalam kehidupan masyarakat Madura.
Baca juga: Cinta Adat dan Tradisi Tak Pilih Usia
Sesuai namanya, rumah adat Tanean Lanjang pun didirikan di area yang berhalaman luas. Menurut Penelitian dari Fakultas Arsitektur dan Desain UPN Veteran Jatim oleh Dyan Agustin dan kawan-kawan dalam berjudul Kajian Ornamen Pada Rumah Tradisional Madura Tanean Lanjang dibangun di kompleks pemukiman orang Madura yang masih memiliki garis keturunan secara genetik.
Salah satu ciri khas dari bangunan ini adalah mencerminkan kehidupan masyarakat Madura yang komunal dan agamis. Tak hanya itu, bentuk rumah adat ini juga sarat akan simbol filosofis masyarakat Madura yang multikultural yang tidak terlepas dari akulturasi kebudayaan antarsuku yang menetap di pulau Garam ini.
Dihimpun dari berbagai sumber resmi, berikut empat fakta unik rumah adat Tanean Lanjang yang mungkin belum banyak diketahui oleh Genhype.
1. Memiliki Banyak Tipe Atap
Jika dilihat sekilas, rumah adat Tanean Lanjang memiliki bentuk yang hampir mirip dengan rumah joglo di Jawa Tengah. Hal ini dapat dilihat dari bentuk bangunannya yang melebar dengan atap bubungan berbentuk limas yang menjulang di bagian tengahnya.
Namun, saat dilihat lebih saksama, ada berbagai bentuk atap Tanean Lanjang sebagaimana ditulis laman Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya Kemendikbud. Beberapa di antaranya seperti Tegon, atau atapnya berbentuk limas dengan ujung atap polos tanpa ornamen.
Lalu, Bhangsal atau atap limasan dengan kedua ujung dihiasi tanduk yang mirip kapal atau naga. Kemudian Jikar Empu, atap bubungan seperti burung dara yang mengepakkan sayap. Ada pula Sa lip lap atau atap rumah yang hanya terdiri dari satu, dan Da lip lap, atap rumah yang terdiri dari dua sisi.
2. Fungsi Bangunan
Fakta unik lain dari rumah adat Tanean Lanjang adalah memiliki fungsi yang berbeda beda berdasarkan bentuk, posisi tempat, hingga arah penempatan bangunan yang disesuaikan dengan kondisi struktur tanah. Total, setidaknya ada lima bangunan utama dalam kompleks arsitektur Tanean Lanjang.
Pertama, kobhung atau musala yang terletak di bagian depan rumah yang berfungsi sebagai tempat ibadah, menerima tamu laki-laki, sekaligus bermusyawarah. Biasana kobhung ditempatkan di sisi barat dan menghadap ke timur untuk memudahkan pencarian arah kiblat.
Kedua, roma tongghuh atau rumah induk yang berfungsi sebagai tempat utama penghuni beraktivitas, termasuk makan, tidur, atau berkumpul bersama keluarga. Bangunan ini biasanya didirikan di utara dan menghadap selatan, serta identik dengan wilayah perempuan karena privat.
Ketiga, dapor atau dapur yang berfungsi sebagai tempat memasak hingga menyimpan bahan makanan. Keempat, tanean atau halaman yang menjadi penghubung utama dari setiap bangunan di komplek tanean lanjang. Terakhir, kandang yang berada di bagian belakang serta berfungsi sebagai tempat menyimpan ternak.
3. Memiliki Ragam Motif
Secara umum, menurut Agustin terdapat tiga motif utama dalam rumah adat tanean lanjang. Pertama, motif flora yang banyak mengaplikasikan bentuk okel atau tanaman sulur yang kerap disandingkan dengan motif bunga-bunga di bagian gejug atau atas pintu.
Kedua, motif fauna atau hewan yang merupakan hasil silang budaya antara masyarakat Madura dengan China. Seperti motif ekor ular atau tanduk yang kerap dikaitkan dengan bentuk nisan sebagai simbol kematian. Lalu, motif naga kondhe, burung phoenix, serta swastika yang diadaptasi dari kultural masyarakat hindu.
Ketiga, motif gabungan dari motif flora dengan swastika maupun flora dengan fauna. Adapun, pada motif flora-swastika merupakan akulturasi kebudayaan dari Cina, Jawa hindu, dan Madura. Sedangkan motif flora-fauna merupakan motif hasil akulturasi Madura dan Cina yang saat ini juga masih banyak digunakan di perkampungan masyarakat Madura.
4. Penuh Makna Filosofis
Dalam praktik pembangunannya, Tanean Lanjang bukan hanya sebatas arsitektur rumah adat Madura yang disusun secara berderet saja. Sebab, di dalamnya juga tersimpan banyak makna filosofis, mulai dari pengurutan rumah dari timur ke barat, yang melambangkan urutan usia penghuni dari yang tertua hingga termuda.
Tak hanya itu, tanean lanjang yang hanya memiliki satu pintu masuk berhiaskan ukiran khas Madura dengan dominasi warna merah dan hijau juga melambangkan kesetiaan dan perjuangan.
Baca juga: Gotong Royong Anak Putu Banokeling PadaTradisi Perlon Unggahan
Selain itu, kompleks rumah Tanean Lanjang yang terdiri dari kumpulan beberapa kepala keluarga juga melambangkan ikatan kekeluargaan yang kuat.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.