Ilustrasi makanan tradisional Indonesia kaya rempah. (Sumber gambar: Pexels/Mareefe)

5 Kuliner Tradisional Nusantara, dari Rendang hingga Sayur Lodeh

30 June 2023   |   20:47 WIB

Like
Kekayaan kuliner tradisional Indonesia tidak bisa diragukan lagi. Setiap daerah memiliki makanan tradisionalnya,  mulai dari makanan penggugah selera, makanan utama, camilan dan lainnya. Sebagian  kekayaan kuliner di Tanah Air pun sudah diakui kelezatannya oleh masyarakat internasional.

Berbagai makanan tradisional ini hadir dengan sejarah dan filosofi yang menyertainya. Berikut beberapa makanan daerah dengan nilai-nilai yang dimilikinya seperti dikutip dari laman Jalur Rempah RI dan medsos Kemdikbud.
 

1. Rendang

Makanan asal Sumatra Barat ini dikenal tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri. Rendang adalah masakan berbahan dasar daging kerbau yang merupakan hewan penting dalam kebudayaan Sumatra Barat.

Cara membuatnya, daging dimasak dengan berbagai macam campuran bumbu yang sudah dihaluskan, seperti jahe, kunyit, lengkuas, cabai, bawang, dan rempah lainnya. Kemudian ditambah santan sebagai pengental. Memasak rendang ini membutuhkan waktu yang lama.

Baca juga: Serupa Tapi Tak Sama, Ini 5 Perbedaan Nasi Padang & Kapau

Rendang sudah menjadi bagian dari kehidupan kuliner masyarakat Minang sejak zaman nenek moyang. Namun, tidak diketahui kapan mulai karena tidak ada bukti tertulisnya. Para peneliti menduga bahwa rendang muncul sejak masyarakat Minang mengadakan acara adat  untuk pertama kalinya, di mana mereka menyajikan rendang sebagai jamuan untuk tamu yang hadir. 

Salah satu literatur yang membahas tentang rendang sebagai masakan tradisional dari Minangkabau ditemukan pada awal abad ke-19. Namun, ada pula yang menyebut rendang sudah muncul sejak abad ke-16.

Berbicara tentang sejarah rendang juga tidak dapat  dilepaskan dari orang-orang India yang datang dan tinggal di Minang pada awal abad ke-14 untuk berdagang. Ada pendapat yang mengatakan  kari yang merupakan makanan khas India menjadi asal muasal dari pembuatan rendang.
 

2. Coto

Coto, makanan khas Sulawesi Selatan,  merupakan salah satu menu yang hampir tidak pernah absen dari meja makan setiap kali ada perayaan. Konon, dahulu hidangan ini selalu ada saat ritual adat Makassar. Awalnya coto adalah hidangan khusus bagi kalangan istana Kerajaan Gowa, dan juga untuk menjamu tamu istimewa.

Coto adalah makanan yang dimasak dengan 40 jenis bumbu, dalam bahasa Makassar disebut rampa patang pulo. Bumbu tersebut mulai dari bawang merah, bawang putih, cabai, lada, ketumbar merah, ketumbar putih, jintan, kemiri, pala, fuli, cengkeh, laos, lengkuas, jahe, gula tala, asam, garam, kayu manis, serai, dan kacang tanah, semuanya dihaluskan membuat kuah coto beraroma kaya akan rempah.

Selain itu ditambah daun salam, daun kunyit, dan daun jeruk purut ke dalam kuah yang sudah dibumbu. Untuk membersihkan daging dan jeroan menggunakan kapur, dan  pepaya muda dipakai untuk melembutkan daging. Coto dihidangan dengan irisan Irisan daun bawang dan seledri, bawang goreng, dan perasan jeruk nipis.

Baca juga: Ini Ragam Soto khas Daerah dari Coto Makassar hingga Soto Betawi


3. Bubur Manado

Tinutuan atau bubur Manado merupakan makanan tradisional khas Minahasa, Sulawesi Utara. Tinutuan termasuk plant based food sebab komponen yang tersaji dalam semangkok tinutuan adalah ragam rempah, sayur-mayur, dan palawija.   

Makanan yang kaya nutrisi ini merupakan warisan tak benda yang merepresentasikan kreativitas leluhur dalam mengelola pangan lokal menjadi santapan yang nikmat.  Cara membuat tinutuan diawali dengan merebus nasi bersama potongan ubi jalar, milu (jagung), sambiki (labu kuning), dan sere (serai) hingga matang dan lunak.

Bubur kemudian digabungkan dengan tumisan bawang putih dan sayur-mayur, seperti kangkung, bayam, gedi, serta daun kemangi. Rempah-rempah seperti bawang putih, serai dan daun kemangi berfungsi untuk memperkuat karakteristik bahan pangan dengan memberi rasa, warna, dan aroma.

Tinutuan disajikan dengan tambahan taburan bawang goreng dan rica atau sambal pedas yang biasanya terbuat dari tumisan bawang merah, cabai rawit, dan tomat. Sentuhan kuliner dari luar Sulawesi Utara, seperti Tionghoa dan Jawa, menambah variasi penyajian tinutuan. Hal tersebut terbukti dari penambahan mi basah (miedal), tahu goreng, kecap manis, saus tomat, serta terasi dalam sambal pedas tinutuan.
 

4. Jukut Harsyan (Sup Bebek Rempah)

Nama Jukut Harsyan identik dengan nama-nama pada masa Jawa Kuno. Bahan utama Jukut Harsyan adalah daging bebek. Namun, beberapa bahan pelengkap seperti batang pisang muda dan kemenyan inilah yang membuat Jukut Harsyan sangat unik, selain rempah-rempah, seperti kencur, lengkuas, dan kunyit.

Cara membuat Jukut Harsyan, sebelumnya memilih daging bebek yang tidak terlalu tua agar dagingnya juga tidak alot. Kemudian haluskan bumbu rempah-rempah dan potong sayuran, termasuk batang pisang muda atau ares yang sebelumnya sudah dicuci agar rasanya tidak begitu pahit.

Daging bebek sebelumnya diberi perasan air jeruk agar tidak amis. Rebus daging bebek kurang-lebih satu jam hingga empuk dan berkuah kaldu. Setelah itu, tumis  bumbu rempah dan tuangkan kaldu bebek jika bumbu sudah harum. Masukkan serai dan sayuran.

Bila sayuran sudah mulai layu, masukkan daging bebek dan ares. Tambahkan garam dan kemenyan secukupnya. Setelah matang, hidangkan Jukut Harsyan dalam keadaan panas atau hangat.

Berkembangnya Jukut Harsyan di Bali karena pulau ini juga memiliki hubungan dengan Jawa, khususnya Jawa Timur, di mana saat itu pewaris takhta Wangsa Warmmadewa di Bali, yaitu Udayana pernah pergi ke Jawa Timur.

Jukut Harsyan kemudian masuk dan berkembang di Bali dibawa oleh tokoh-tokoh penting yang pernah berkuasa dan sebelumnya telah mengenal hidangan Jukut Harsyan di Jawa. Eksistensi Jukut Harsyan lalu berkembang sampai era Majapahit dan tetap menjadi hidangan mewah bagi para raja.  


5. Sayur Lodeh

Menurut cerita, sayur ini tercipta dari kreativitas masyarakat saat dalam kondisi perang. Konon yang memasak sayur lodeh pertama adalah salah satu prajurit Sultan Agung asal Betawi.

Nama lodeh berawal ketika ada satu prajurit menanyakan apa nama makanan yang dimasak oleh sang pajurit. Karena tidak tahu, maka dia asal menjawab, “Terserah lo, deh.” Dari ketidaksengajaan itu, akhirnya makanan tersebut dikenal sebagai sayur lodeh.

Bagi masyarakat Jawa, sayur lodeh bukan sekadar makanan biasa, tetapi juga dianggap sebagai penolak bala. Ada tujuh bahan yang digunaka untuk membuat lodeh, yaitu kluwih, kacang panjang, terong, labu, daun melindo, buah melinjo dan tempe. Karena jumlah bahan sayur tersebut, sayur lodeh juga disebut dengan sayur tujuh rupa.

Baca juga: Serupa Tapi Tak Sama, Ini Bedanya Lotek, Karedok, Gado-gado & Pecel

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Gita Carla

SEBELUMNYA

Boy Group BTS Terbitkan Buku Biografi, Ada Versi Bahasa Indonesia!

BERIKUTNYA

Maraknya Pencopetan di PRJ, Lakukan Cara ini Agar Tidak Kecopetan

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: