Diperingati Tiap 20 Mei, Simak Tema & Sejarah Hari Kebangkitan Nasional 2023
20 May 2023 |
05:30 WIB
Hari Kebangkitan Nasional atau Harkitnas diperingati masyarakat Indonesia pada 20 Mei tiap tahunnya. Perayaan ini merupakan momen untuk mengingat sejarah semangat perjuangan kaum muda pada masa kolonial serta upaya mereka dalam meraih kemerdekaan.
Perayaan Harkitnas dirayakan untuk mengenang momen berdirinya organisasi Boedi Oetomo di Jakarta pada 1908. Adapun, perayan ini telah dilangsungkan sejak 1959 melalui Keputusan Presiden RI Nomor 316 Tahun 1959, atau 14 tahun setelah Indonesia merdeka.
Baca juga: Sejarah Hari Cahaya Internasional yang Diperingati Tiap 16 Mei
Tahun ini, peringatan Harkitnas ke-115 mengusung tema Semangat Untuk Bangkit, sebagaimana tema tersebut tertuang dalam Surat Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Menkominfo RI) Nomor 241/M.KOMINFO/HM.04.01/05/2023. Selain tema, logo Harkitnas 2023 juga secara resmi telah dirilis.
Tajuk Semangat untuk Bangkit dipilih untuk merepresentasikan semangat dan kekuatan bangsa Indonesia dalam bangkit menuju Indonesia yang lebih baik. Terlebih setelah bangsa Indonesia berjuang menghadapi pandemi Covid-19 yang berlangsung dalam beberapa tahun terakhir.
Hari kebangkitan Nasional dirayakan untuk memperingati hari lahirnya organisasi Boedi Oetomo. Menjadi cikal bakal mengenai kesadaran nasional tentang bangsa Indonesia, Boedi Oetomo merupakan organisasi pelajar pertama di Tanah Air yang bergerak di bidang sosial, ekonomi, dan kebudayaan serta bersifat non politik.
Dalam sejarahnya Boedi Oetomo lahir di kalangan intelektual muda yang belajar di STOVIA (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen). Beberapa di antaranya adalah Dr. Soetomo, dr. Cipto Mangunkusumo, Gunawan, Suraji, R.T. Ario Tirtokusumo, serta beberapa mahasiswa di Jakarta pada awal abad ke-20.
Selain berperan sebagai institusi pembelajaran bagi remaja-remaja pribumi, STOVIA memang menjadi wadah dalam menumbuhkan semangat nasionalisme, termasuk bertukar ide dan pemikiran untuk memajukan masyarakat. Hal inilah kelak yang juga melahirkan ikrar Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928.
Pada paruh pertama abad ke-20 di Tanah Air memang muncul sejumlah organisasi kepemimpinan yang baru. Hal ini bermula lewat kebijakan Politik Etis, di mana Belanda membantu menciptakan sekelompok orang Indonesia yang terpelajar hingga mulai menyuarakan kebangkitan anti-kolonialisme dan kesadaran nasional.
Pada awal abad ke-20, orang Indonesia yang mengenyam pendidikan tingkat menengah hampir tidak ada. Lantaran desakan golongan orang Belanda yang peduli terhadap negara jajahan, kemudian dibuatlah politik balas budi yang memungkinkan perluasan kesempatan pendidikan menengah bagi penduduk asli Indonesia.
Hal itu dimulai pada 1925, yakni pemerintah kolonial membuat kebijakan yang bergeser ke penyediaan pendidikan kejuruan dasar selama tiga tahun. Meskipun jumlah siswa yang terdaftar relatif sedikit dan terdiri dari kalangan priyayi, kelak dari sinilah mulai menghasilkan elit Indonesia terdidik yang baru.
Dikutip dari laman Disdik Grobogan, secara garis besar, faktor pendorong kebangkitan nasional terbagi menjadi dua, yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor internal yakni meliputi penderitaan yang berkepanjangan akibat penjajahan, kenangan kejayaan masa lalu, seperti pada masa Kerajaan Sriwijaya atau Majapahit hingga munculnya kaum intelektual yang menjadi pemimpin gerakan.
Sedangkan, faktor eksternalnya yakni timbulnya paham-paham baru di Eropa dan Amerika seperti nasionalisme, liberalisme, dan sosialisme. Selain itu juga terkait munculnya gerakan kebangkitan nasional di Asia seperti Turki Muda, Kongres Nasional India, hingga kemenangan Jepang atas Rusia yang menyadarkan negara-negara di Asia untuk melawan negara barat.
Baca juga: Simak Sejarah Hari Pendidikan Nasional yang Diperingati Tiap 2 Mei
Editor: Dika Irawan
Perayaan Harkitnas dirayakan untuk mengenang momen berdirinya organisasi Boedi Oetomo di Jakarta pada 1908. Adapun, perayan ini telah dilangsungkan sejak 1959 melalui Keputusan Presiden RI Nomor 316 Tahun 1959, atau 14 tahun setelah Indonesia merdeka.
Baca juga: Sejarah Hari Cahaya Internasional yang Diperingati Tiap 16 Mei
Tahun ini, peringatan Harkitnas ke-115 mengusung tema Semangat Untuk Bangkit, sebagaimana tema tersebut tertuang dalam Surat Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Menkominfo RI) Nomor 241/M.KOMINFO/HM.04.01/05/2023. Selain tema, logo Harkitnas 2023 juga secara resmi telah dirilis.
Tajuk Semangat untuk Bangkit dipilih untuk merepresentasikan semangat dan kekuatan bangsa Indonesia dalam bangkit menuju Indonesia yang lebih baik. Terlebih setelah bangsa Indonesia berjuang menghadapi pandemi Covid-19 yang berlangsung dalam beberapa tahun terakhir.
Sejarah Hari Kebangkitan Nasional
Hari kebangkitan Nasional dirayakan untuk memperingati hari lahirnya organisasi Boedi Oetomo. Menjadi cikal bakal mengenai kesadaran nasional tentang bangsa Indonesia, Boedi Oetomo merupakan organisasi pelajar pertama di Tanah Air yang bergerak di bidang sosial, ekonomi, dan kebudayaan serta bersifat non politik.Dalam sejarahnya Boedi Oetomo lahir di kalangan intelektual muda yang belajar di STOVIA (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen). Beberapa di antaranya adalah Dr. Soetomo, dr. Cipto Mangunkusumo, Gunawan, Suraji, R.T. Ario Tirtokusumo, serta beberapa mahasiswa di Jakarta pada awal abad ke-20.
Selain berperan sebagai institusi pembelajaran bagi remaja-remaja pribumi, STOVIA memang menjadi wadah dalam menumbuhkan semangat nasionalisme, termasuk bertukar ide dan pemikiran untuk memajukan masyarakat. Hal inilah kelak yang juga melahirkan ikrar Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928.
Pada paruh pertama abad ke-20 di Tanah Air memang muncul sejumlah organisasi kepemimpinan yang baru. Hal ini bermula lewat kebijakan Politik Etis, di mana Belanda membantu menciptakan sekelompok orang Indonesia yang terpelajar hingga mulai menyuarakan kebangkitan anti-kolonialisme dan kesadaran nasional.
Pada awal abad ke-20, orang Indonesia yang mengenyam pendidikan tingkat menengah hampir tidak ada. Lantaran desakan golongan orang Belanda yang peduli terhadap negara jajahan, kemudian dibuatlah politik balas budi yang memungkinkan perluasan kesempatan pendidikan menengah bagi penduduk asli Indonesia.
Hal itu dimulai pada 1925, yakni pemerintah kolonial membuat kebijakan yang bergeser ke penyediaan pendidikan kejuruan dasar selama tiga tahun. Meskipun jumlah siswa yang terdaftar relatif sedikit dan terdiri dari kalangan priyayi, kelak dari sinilah mulai menghasilkan elit Indonesia terdidik yang baru.
Dikutip dari laman Disdik Grobogan, secara garis besar, faktor pendorong kebangkitan nasional terbagi menjadi dua, yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor internal yakni meliputi penderitaan yang berkepanjangan akibat penjajahan, kenangan kejayaan masa lalu, seperti pada masa Kerajaan Sriwijaya atau Majapahit hingga munculnya kaum intelektual yang menjadi pemimpin gerakan.
Sedangkan, faktor eksternalnya yakni timbulnya paham-paham baru di Eropa dan Amerika seperti nasionalisme, liberalisme, dan sosialisme. Selain itu juga terkait munculnya gerakan kebangkitan nasional di Asia seperti Turki Muda, Kongres Nasional India, hingga kemenangan Jepang atas Rusia yang menyadarkan negara-negara di Asia untuk melawan negara barat.
Baca juga: Simak Sejarah Hari Pendidikan Nasional yang Diperingati Tiap 2 Mei
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.