Diperingati Tiap 20 Mei, Simak Sejarah Hari Kebangkitan Nasional
20 May 2022 |
10:41 WIB
Tiap tanggal 20 Mei diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional atau Harkitnas. Peringatan ini menjadi momen pengingat di mana bangsa Indonesia pada 1908 mulai membangkitkan semangat perjuangan untuk meraih kemerdekaan.
Harkitnas diperingati sejak 20 Mei 1959 yang ditetapkan sebagai hari nasional bukan hari libur oleh pemerintah melalui Keputusan Presiden Nomor 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959 untuk memperingati peristiwa Kebangkitan Nasional Indonesia.
Tahun ini, peringatan Harkitnas ke-114 mengusung tema Ayo Bangkit Bersama. Melansir dari laman Kemdikbud, Jumat (20/5/2022), tema ini diangkat dalam rangka seruan kebangkitan bersama bangsa Indonesia setelah berjuang menghadapi pandemi Covid-19 yang telah berlangsung selama dua tahun lebih.
Semangat Boedi Oetomo dinilai masih relevan dengan kondisi Indonesia saat ini yang masih berjuang di tengah kondisi ekonomi dunia, ketegangan geopolitik global, dan bergerak sedikit demi sedikit mencoba bangkit dari pandemi Covid-19.
“Kita patut memaknai kebangkitan nasional sebagai upaya kolektif bangsa untuk memperkuat persatuan bangsa,” demikian tulis laman Kemdikbud.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah Musik Dunia, Bob Marley Meninggal hingga Rolling Stones Diusir dari Hotel
Hari Kebangkitan Nasional yang jatuh pada 20 Mei setiap tahunnya sebenarnya merupakan hari lahirnya organisasi Boedi Utomo, organisasi pelajar yang bergerak di bidang sosial, ekonomi, dan kebudayaan yang bersifat nonpolitik.
Beberapa tokoh cendekiawan dan aktivis intelektual yang menjadi penggagas organisasi ini diantaranya Dr. Soetomo, dr. Cipto Mangunkusumo, Gunawan, Suraji, dan R.T. Ario Tirtokusumo, serta beberapa mahasiswa STOVIA (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen).
Selain berperan sebagai institusi pembelajaran bagi remaja-remaja pribumi, STOVIA sendiri menjadi wadah untuk mereka dalam menumbuhkan semangat nasionalisme, termasuk bertukar ide dan pemikiran untuk memajukan masyarakat pribumi.
Kebangkitan Nasional Indonesia adalah periode pada paruh pertama abad ke-20 di Nusantara (kini Indonesia), ketika rakyat Indonesia mulai menumbuhkan rasa kesadaran nasional sebagai "orang Indonesia". Masa ini ditandai dengan dua peristiwa penting yaitu berdirinya Budi Utomo (20 Mei 1908) dan ikrar Sumpah Pemuda (28 Oktober 1928).
Pada paruh pertama abad ke-20, muncul sejumlah organisasi kepemimpinan yang baru. Melalui kebijakan Politik Etis, Belanda membantu menciptakan sekelompok orang Indonesia yang terpelajar.
Pada awal abad ke-20, orang Indonesia yang mengenyam pendidikan tingkat menengah hampir tidak ada. Saat itu, Politik Etis atau politik “balas budi” memungkinkan perluasan kesempatan pendidikan menengah bagi penduduk asli Indonesia. Pada 1925, fokus pemerintah kolonial bergeser ke penyediaan pendidikan kejuruan dasar selama tiga tahun.
Perubahan yang mendalam pada orang-orang Indonesia ini sering disebut sebagai "Kebangkitan Nasional Indonesia". Peristiwa ini dibarengi dengan peningkatan aktivitas politik hingga mencapai puncaknya pada Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945.
Secara garis besar, faktor pendorong kebangkitan nasional terbagi menjadi dua, yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor internal yakni meliputi penderitaan yang berkepanjangan akibat penjajahan, kenangan kejayaan masa lalu, seperti pada masa Kerajaan Sriwijaya atau Majapahit serta munculnya kaum intelektual yang menjadi pemimpin gerakan.
Sedangkan faktor eksternalnya yakni timbulnya paham-paham baru di Eropa dan Amerika seperti nasionalisme, liberalisme, dan sosialisme, munculnya gerakan kebangkitan nasional di Asia seperti Turki Muda, Kongres Nasional India, dan Gandhisme, serta kemenangan Jepang atas Rusia pada perang Jepang-Rusia yang menyadarkan negara-negara di Asia untuk melawan negara barat.
Editor: Gita Carla
Harkitnas diperingati sejak 20 Mei 1959 yang ditetapkan sebagai hari nasional bukan hari libur oleh pemerintah melalui Keputusan Presiden Nomor 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959 untuk memperingati peristiwa Kebangkitan Nasional Indonesia.
Tahun ini, peringatan Harkitnas ke-114 mengusung tema Ayo Bangkit Bersama. Melansir dari laman Kemdikbud, Jumat (20/5/2022), tema ini diangkat dalam rangka seruan kebangkitan bersama bangsa Indonesia setelah berjuang menghadapi pandemi Covid-19 yang telah berlangsung selama dua tahun lebih.
Semangat Boedi Oetomo dinilai masih relevan dengan kondisi Indonesia saat ini yang masih berjuang di tengah kondisi ekonomi dunia, ketegangan geopolitik global, dan bergerak sedikit demi sedikit mencoba bangkit dari pandemi Covid-19.
“Kita patut memaknai kebangkitan nasional sebagai upaya kolektif bangsa untuk memperkuat persatuan bangsa,” demikian tulis laman Kemdikbud.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah Musik Dunia, Bob Marley Meninggal hingga Rolling Stones Diusir dari Hotel
Organisasi Budi Utomo (Sumber gambar: Dinas Pendidikan Kabupaten Grobogan)
Sejarah Hari Kebangkitan Nasional
Hari Kebangkitan Nasional yang jatuh pada 20 Mei setiap tahunnya sebenarnya merupakan hari lahirnya organisasi Boedi Utomo, organisasi pelajar yang bergerak di bidang sosial, ekonomi, dan kebudayaan yang bersifat nonpolitik.Beberapa tokoh cendekiawan dan aktivis intelektual yang menjadi penggagas organisasi ini diantaranya Dr. Soetomo, dr. Cipto Mangunkusumo, Gunawan, Suraji, dan R.T. Ario Tirtokusumo, serta beberapa mahasiswa STOVIA (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen).
Selain berperan sebagai institusi pembelajaran bagi remaja-remaja pribumi, STOVIA sendiri menjadi wadah untuk mereka dalam menumbuhkan semangat nasionalisme, termasuk bertukar ide dan pemikiran untuk memajukan masyarakat pribumi.
Kebangkitan Nasional Indonesia adalah periode pada paruh pertama abad ke-20 di Nusantara (kini Indonesia), ketika rakyat Indonesia mulai menumbuhkan rasa kesadaran nasional sebagai "orang Indonesia". Masa ini ditandai dengan dua peristiwa penting yaitu berdirinya Budi Utomo (20 Mei 1908) dan ikrar Sumpah Pemuda (28 Oktober 1928).
Pada paruh pertama abad ke-20, muncul sejumlah organisasi kepemimpinan yang baru. Melalui kebijakan Politik Etis, Belanda membantu menciptakan sekelompok orang Indonesia yang terpelajar.
Pada awal abad ke-20, orang Indonesia yang mengenyam pendidikan tingkat menengah hampir tidak ada. Saat itu, Politik Etis atau politik “balas budi” memungkinkan perluasan kesempatan pendidikan menengah bagi penduduk asli Indonesia. Pada 1925, fokus pemerintah kolonial bergeser ke penyediaan pendidikan kejuruan dasar selama tiga tahun.
Perubahan yang mendalam pada orang-orang Indonesia ini sering disebut sebagai "Kebangkitan Nasional Indonesia". Peristiwa ini dibarengi dengan peningkatan aktivitas politik hingga mencapai puncaknya pada Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945.
Secara garis besar, faktor pendorong kebangkitan nasional terbagi menjadi dua, yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor internal yakni meliputi penderitaan yang berkepanjangan akibat penjajahan, kenangan kejayaan masa lalu, seperti pada masa Kerajaan Sriwijaya atau Majapahit serta munculnya kaum intelektual yang menjadi pemimpin gerakan.
Sedangkan faktor eksternalnya yakni timbulnya paham-paham baru di Eropa dan Amerika seperti nasionalisme, liberalisme, dan sosialisme, munculnya gerakan kebangkitan nasional di Asia seperti Turki Muda, Kongres Nasional India, dan Gandhisme, serta kemenangan Jepang atas Rusia pada perang Jepang-Rusia yang menyadarkan negara-negara di Asia untuk melawan negara barat.
Editor: Gita Carla
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.