Jadi Pembuka Alur Bunyi 2023, Pianis Mery Kasiman Akan Menyajikan Karya Musik Puitis
03 May 2023 |
09:01 WIB
2
Likes
Like
Likes
Goethe-Institut Indonesien akan kembali menghadirkan seri konser eksperimental kontemporer Alur Bunyi pada tahun ini dengan menyajikan penampilan kolaboratif sejumlah musisi dan seniman Indonesia. Pianis perempuan Mery Kasiman yang menjadi pembuka akan mempersembahkan karya-karya puitis bertajuk Astha.
Pada gelaran ini, Mery akan memimpin paduan musik klasik dan elektronik pada Kamis, 4 Mei ini di GoetheHaus Jakarta. Pemberian judul Astha juga tak main-main, Astha sendiri memiliki arti delapan dalam bahasa sansekerta yang merepresentasikan delapan unsur kesentosaan hidup, yakni keluarga, sahabat, kesehatan, pendidikan, kemerdekaan, cita-cita, cinta, dan kedamaian.
Delapan unsur itu bisa dirasakannya dalam kehidupan sehari-hari, “Sehingga menginspirasiku untuk menjadikannya cerita dalam komposisi-komposisi yang akan ditampilkan,” katanya dalam rilis yang diterima Hypeabis.id.
Mery mencontohkan, membuat membuat komposisi yang mengambil tema dari tanggal ulang tahun ayahnya terkait dengan unsur keluarga. Selain itu, sang musisi juga akan memusikalisasi puisi sastrawan Zen Hae, yakni Dua Tangisa dan Di Halte Malam Jatuh dalam penampilan di Alur Bunyi.
Koordinator Program Goethe-Institut Indonesien, Elizabeth Soegiharto mengatakan sang musisi akan mendapatkan iringan dari sejumlah musisi lainnya saat tampil. Musisi-musisi itu adalah Carmen Caballero Fernández, Dalilektra, Dani Ramadhan, Danny Robertus, Julian Abraham Marantika, Sanjung Prima Cahaya Dewi, dan Yasintha Pattiasina.
Mereka akan memainkan berbagai instrumen mulai, dari alat musik klasik seperti string quartet dan flute hingga modular synthesizer yang kontemporer. Tidak hanya itu, penampilan ini juga akan dilengkapi dengan suguhan visual dari Patricia Adele Hutauruk.
Dia menuturkan, Mery dan para musisi pendukungnya merenungkan gagasan bahwa kemanusiaan adalah bangunan cerita, tentang proses mengalami siklus hidup, dan pengaruh proses ini terhadap emosi seseorang dalam Astha.
Saat tampil, proses ini menjadi katalisator, yakni setelah musik dikomposisi bersama rekan-rekan penampil sebelum panggung digelar, musik yang sama akan dipadukan dan diracik ulang di atas panggung.
Langkah itu sebagai bagian dalam upaya mencapai kemurnian dan menciptakan identitas yang unik layaknya kehidupan. Lebih dari sekadar suatu perayaan yang dangkal, perenungan Mery memantik pertanyaan dan kontemplasi tentang hal-hal yang melampaui duniawi: hidup, mistisisme, dan keabadian.
“Pada edisi perdana tahun ini, kami meyakinkan Mery untuk membentuk ansambel yang meleburkan akustik dan elektronik. Pengalaman mendengarkan bebunyian yang dihasilkan dalam eksperimen ini diharapkan dapat membuat penonton berpikir kembali tentang batas-batas musik,” tambahnya.
Elizabeth menuturkan seri konser musik Alur Bunyi 2023 akan hadir dengan sejumlah seri pertunjukan musik yang kemudian dilanjutkan dengan Festival Alur Bunyi pada pertengahan tahun. Memasuki tahun ke-7, ajang kali ini menggarisbawahi nilai-nilai representasi, aksesibilitas, dan keberlanjutan.
Menurutnya, program yang telah dirancang untuk tahun ini berisi nama-nama seniman berbakat yang mengusung nilai-nilai yang sama. Melalui proses kurasi, Alur Bunyi ingin menantang sekaligus menginspirasi dan menghadirkan kebaruan dalam hal gagasan, bunyi, dan pemikiran.
Dia menambahkan, Alur Bunyi juga membuka ruang dialog yang bertumpu pada bunyi dan menyediakan wadah kreatif bagi para seniman dan musisi Indonesia.
Untuk diketahui, dirangkum dari berbagai sumber, Mery Kasiman adalah musisi yang telah aktif di industri musik Indonesia ssejak lama. Dia telah menjadi bagian dari Committee of the Fest sejak 2010 silam.
Tidak hanya itu, dia juga merupakan salah satu bagian dari grup band Indonesia Portret sejak 2013 bersama musisi Melly Goeslaw, Anto Hoed, Aksan Sjuman, dan Nikita Dompas. Selain sebagai seorang musisi yang menciptakan dan bermain musik, Mery adalah Direktur Akademik di Sekolah Musik Sjuman.
Dalam berkarya, sang musisi pernah berkolaborasi dengan Atas Music yang diisi oleh Mono Neurotic, Petra Sihombing, dan Rizky Argadipraja dalam proyek bertajuk Live With Heart pada 2017 silam. Dia juga telah merilis single debut berjudul Fallin Apart pada Februari 2018.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Pada gelaran ini, Mery akan memimpin paduan musik klasik dan elektronik pada Kamis, 4 Mei ini di GoetheHaus Jakarta. Pemberian judul Astha juga tak main-main, Astha sendiri memiliki arti delapan dalam bahasa sansekerta yang merepresentasikan delapan unsur kesentosaan hidup, yakni keluarga, sahabat, kesehatan, pendidikan, kemerdekaan, cita-cita, cinta, dan kedamaian.
Delapan unsur itu bisa dirasakannya dalam kehidupan sehari-hari, “Sehingga menginspirasiku untuk menjadikannya cerita dalam komposisi-komposisi yang akan ditampilkan,” katanya dalam rilis yang diterima Hypeabis.id.
Mery mencontohkan, membuat membuat komposisi yang mengambil tema dari tanggal ulang tahun ayahnya terkait dengan unsur keluarga. Selain itu, sang musisi juga akan memusikalisasi puisi sastrawan Zen Hae, yakni Dua Tangisa dan Di Halte Malam Jatuh dalam penampilan di Alur Bunyi.
Koordinator Program Goethe-Institut Indonesien, Elizabeth Soegiharto mengatakan sang musisi akan mendapatkan iringan dari sejumlah musisi lainnya saat tampil. Musisi-musisi itu adalah Carmen Caballero Fernández, Dalilektra, Dani Ramadhan, Danny Robertus, Julian Abraham Marantika, Sanjung Prima Cahaya Dewi, dan Yasintha Pattiasina.
Mereka akan memainkan berbagai instrumen mulai, dari alat musik klasik seperti string quartet dan flute hingga modular synthesizer yang kontemporer. Tidak hanya itu, penampilan ini juga akan dilengkapi dengan suguhan visual dari Patricia Adele Hutauruk.
Dia menuturkan, Mery dan para musisi pendukungnya merenungkan gagasan bahwa kemanusiaan adalah bangunan cerita, tentang proses mengalami siklus hidup, dan pengaruh proses ini terhadap emosi seseorang dalam Astha.
Saat tampil, proses ini menjadi katalisator, yakni setelah musik dikomposisi bersama rekan-rekan penampil sebelum panggung digelar, musik yang sama akan dipadukan dan diracik ulang di atas panggung.
Langkah itu sebagai bagian dalam upaya mencapai kemurnian dan menciptakan identitas yang unik layaknya kehidupan. Lebih dari sekadar suatu perayaan yang dangkal, perenungan Mery memantik pertanyaan dan kontemplasi tentang hal-hal yang melampaui duniawi: hidup, mistisisme, dan keabadian.
“Pada edisi perdana tahun ini, kami meyakinkan Mery untuk membentuk ansambel yang meleburkan akustik dan elektronik. Pengalaman mendengarkan bebunyian yang dihasilkan dalam eksperimen ini diharapkan dapat membuat penonton berpikir kembali tentang batas-batas musik,” tambahnya.
Festival Alur Bunyi 2023
Elizabeth menuturkan seri konser musik Alur Bunyi 2023 akan hadir dengan sejumlah seri pertunjukan musik yang kemudian dilanjutkan dengan Festival Alur Bunyi pada pertengahan tahun. Memasuki tahun ke-7, ajang kali ini menggarisbawahi nilai-nilai representasi, aksesibilitas, dan keberlanjutan.Menurutnya, program yang telah dirancang untuk tahun ini berisi nama-nama seniman berbakat yang mengusung nilai-nilai yang sama. Melalui proses kurasi, Alur Bunyi ingin menantang sekaligus menginspirasi dan menghadirkan kebaruan dalam hal gagasan, bunyi, dan pemikiran.
Dia menambahkan, Alur Bunyi juga membuka ruang dialog yang bertumpu pada bunyi dan menyediakan wadah kreatif bagi para seniman dan musisi Indonesia.
Untuk diketahui, dirangkum dari berbagai sumber, Mery Kasiman adalah musisi yang telah aktif di industri musik Indonesia ssejak lama. Dia telah menjadi bagian dari Committee of the Fest sejak 2010 silam.
Tidak hanya itu, dia juga merupakan salah satu bagian dari grup band Indonesia Portret sejak 2013 bersama musisi Melly Goeslaw, Anto Hoed, Aksan Sjuman, dan Nikita Dompas. Selain sebagai seorang musisi yang menciptakan dan bermain musik, Mery adalah Direktur Akademik di Sekolah Musik Sjuman.
Dalam berkarya, sang musisi pernah berkolaborasi dengan Atas Music yang diisi oleh Mono Neurotic, Petra Sihombing, dan Rizky Argadipraja dalam proyek bertajuk Live With Heart pada 2017 silam. Dia juga telah merilis single debut berjudul Fallin Apart pada Februari 2018.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.