5 Seniman dengan Autisme Unjuk Karya Seni dalam Pameran Amal
04 April 2023 |
04:57 WIB
Kezia Kuryakin Sibuea
Dokter mendiagnosa Kezia sebagai pemilik Autistic Spectrum Disorder ketika berusia 3 tahun. Pada saat itu, dia mengalami keterlambatan bicara dengan perilaku khas menyerupai fitur autis. Namun, sang wanita pandai menyanyi dan meniru kosakata.Pada usia 4 tahun, Kezia suka mencoret-coret di dinding. Kemudian, dia suka mencoret-coret di atas kertas lantaran diberikan kertas. Tiba-tiba pada suatu hari dia bisa menggambar tiga gadis dan profil dengan proporsi yang baik dan warna yang menarik.
Tidak lama setelah itu, Kezia mengambil berbagai pelajaran melukis dan pada saat ini mengambil pelajaran melukis dipandu oleh Toto Suwarsito. Kezia telah mengikuti berbagai pameran lukisan, antara lain di Kementerian Perdagangan pada 2015; di Istana Bogor; pada pembukaan Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta; dan pada 2022 dengan Outsider Art di Stasiun MRT yang dibuka oleh Menteri Sandiaga Uno.
Shan Rafael Saputra
Shan adalah seorang seniman muda yang mengalami autis. Sebagai individu autis, dia masih mampu berkomunikasi meskipun kadang-kadang tidak efektif dan sangat khusus tentang rutinitas sehari-harinya.Shan telah memiliki banyak karya seni yang dipamerkan atau dijual. Karya itu adalah lukisan koi yang dijual kepada pengusaha Singapura, yakni Adam Khoo pada awal 2010an.
Pada 2018, diia juga memamerkan karya seninya Becak dan Bajaj di Galeri Nasional Indonesia. Pria seniman ini juga melukis mural bersama dengan orang lain. Khususnya, dia juga berpartisipasi dalam berkarya menggambar di mobil, yakni bus Transjakarta baik pada tahun 2018 dan 2022.
Selain bus, kendaraan yang dilukis untuk mobil Porsche Taycan dalam rangka memperingati Hari Kesadaran Autisme Sedunia 2022 bersama dengan Porsche Indonesia dan Kitaoneus Asia.
Karya seni Shan paling ditandai dengan perhatian terhadap detail, yakni Garis-garis tebal dan rapi yang menguraikan sampai detail yang paling kecil, membentuk sekelompok pola, dan bentuk yang sangat mencolok dalam penggambaran dekoratif pemandangan atau objek.
Owen Phillip Widjajakusuma
Owen lahir di Medan pada 20 tahun yang lalu. Pada saat itu, sang ayah harus pindah dari kota itu untuk mengikuti kata batinnya. Dia mengalami keterlambatan dalam berkomunikasi dan berinteraksi sejak berusia 15 bulan.Dokter mendiagnosis bahwa Owen menderita Autism Spectrum Disorder (ASD). Sejak itu, semua terapi dan perawatan telah dicoba untuk membantu perkembangannya.
Pada awalnya, dia belajar menggambar untuk melatih keterampilan motorik halusnya, sehingga dapat dikembangkan lebih baik. Dia telah berhenti menggambar untuk jadwal karena sekolah dan terapinya yang ketat.
Selama pandemi, sekolah berjalan online, sehingga ada cukup waktu untuk menggambar pelajaran lagi di arTalent class. Ketika lolos seleksi Police Art Festival Desember lalu, dia mewakili LSBA (London School BeyondAcademy).
Baca juga: CAN'S Gallery Siapkan Pameran Tunggal Karya Seniman Agung Mangu Putra
Momen itu itu adalah titik balik baginya untuk kembali mengejar lukisan. Gambar-gambar Owen memiliki ciri karakter realis dan ekspresif di samping pilihan warna-warna cerah dengan tema kehidupan sehari-hari.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.