Ilustrasi bermain gim (Sumber gambar: Freepik)

Durasi Bermain Gim Orang Indonesia Tinggi, Developer Lokal Tak Hanya Ingin Jadi Penonton

17 March 2023   |   20:00 WIB
Image
Chelsea Venda Jurnalis Hypeabis.id

Masyarakat Indonesia dikenal senang bermain gim. Laporan Statista pada 2022 menyebutkan bahwa sebanyak 37 persen gamer dalam negeri bermain video gim selama 1 hingga 5 jam per minggu. Sebanyak 19 persen lainnya bermain video gim hingga 10 jam per minggu. Kemudian, 5 persen di antaranya bahkan menghabiskan waktu hingga 20 jam per minggu.

Dengan durasi yang panjang tersebut, Indonesia jadi pasar manis bagi para pengembang gim dalam memasarkan produknya. Terlebih, saat ini gim tidak hanya dimainkan untuk hiburan, beberapa jenis gim yang masuk kategori esports bahkan bisa menjadi ajang berebut prestasi.

Sayangnya, saat ini mayoritas gim yang dimainkan di Indonesia, termasuk gim esports, masih didominasi pengembang dari luar. Pengembang lokal masih cukup kesulitan menembus pasar dalam negeri. 

Baca juga: Rendezvous, Game Cyberpunk Lokal Berlatar Neo-Surabaya Siap Rilis 11 April 2023

COO Good Games Guild, Wilsen Tiomajaya, mengatakan bahwa pasar gim esports di Indonesia sangat menjanjikan. Nilai transaksi dari gim kategori olahraga elektronik di dalam negeri bisa menyentuh US$2 miliar dalam setahun. 

Walaupun begitu, angka tersebut belum final karena Wilsen melihat pangsa pasarnya masih memiliki ruang untuk bertumbuh. Dia mencontohkan Jepang dan Korea Selatan yang nilai transaksi gim esports-nya bisa menembus US$30 miliar per tahun.

Wilsen tak menampik saat ini gim-gim import masih cukup mendominasi di dalam negeri. Para pengembang lokal bahkan bisa dibilang hanya kebagian ‘kue’ dalam jumlah yang tak banyak. Namun, pihaknya tak ingin ke depan developer lokal hanya jadi penonton saja di negeri sendiri.

“Saya melihat ini sebagai tantangan bagi pengembang gim lokal agar bisa men-develop gim lebih baik lagi secara sisi kualitas maupun model bisnisnya. Masih butuh waktu agar gim Esports lokal bisa bersaing dengan gim major lain di Indonesia,” ungkap Wilsen kepada Hypeabis.id.

Good Games Guild merupakan perusahaan gaming hub yang tahun lalu merilis gim Esports Battle of Guardians (BoG). Wilsen menyebut sebagai pemain baru, perkembangannya sudah cukup baik. Untuk sebuah gim berbasis komputer yang baru dirilis, saat ini BoG sudah memiliki hampir 20 ribu pengguna. 

Saat ini salah satu permasalahan dari pengembang gim lokal adalah promosi dan membangun basis pemain yang loyal. Menurut dia, perlu ada waktu dan dana yang besar agar dua masalah itu bisa teratasi.

“Selama ini kami mencobanya dengan memperbanyak kanal untuk memperkenalkan BoG, merilis di Steam sebagai platform gim populer di dunia, dan bekerja sama dengan pihak ketiga untuk meningkatkan awareness publik,” imbuhnya.
 

Ilustrasi bermain gim (Sumber gambar: Freepik)

Ilustrasi bermain gim (Sumber gambar: Freepik)

Sementara itu, Wakil Presiden Asosiasi Game Indonesia (AGI) Adam Ardisasmita menjelaskan bahwa saat ini gim esports yang dipertandingkan secara resmi terbagi menjadi dua, yakni turnamen gim sebagai rekreasi dan turnamen gim sebagai prestasi.

Sayangnya, gim-gim yang dipertandingkan tersebut masih didominasi gim dari luar negeri. Menurut Adam, proporsi pertandingan esports yang melibatkan gim lokal masih sangat kecil. Selain kompetisinya yang masih sangat terbatas, jumlah pemain gim esports lokal juga terbilang belum sebanyak pemain dari gim luar.

CEO Realitychain.io itu menjelaskan bahwa membangun sebuah ekosistem gim yang bisa dipertandingkan secara profesional, dari karier untuk atlet hingga basis penonton yang kuat, itu butuh biaya yang sangat besar. Para pengembang gim lokal saat ini memiliki keterbatasan dana sehingga belum bisa membangun ekosistem yang baik.

Kemudian, jika pun secara dana bisa didukung oleh investor, saat ini kapabilitas developer lokal juga masih minim. Baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya.

“Gim dari luar yang populer, seperti Dota 2, itu dikembangkan oleh perusahaan yang besar dan memiliki jumlah karyawan banyak. Sementara itu, pengembang gim lokal belum mencapai itu. Jadi, secara persaingan kita terbilang tertinggal jauh, baik dari kapital maupun kapabilitas developernya,” ungkap Adam kepada Hypeabis.id.

Dengan gap persaingan yang besar, Adam melihat para pengembang gim lokal jadi berpikir dua kali untuk terjun ke ranah gim Esports. Hal itu yang kemungkinan jadi alasan gim-gim esports dari lokal jumlahnya masih belum terlalu banyak saat ini.

Baca juga: Cek Daftar Lengkap Rosters Timnas Esports di SEA Games 2023 Kamboja, Mulai Valorant hingga MLBB

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah

SEBELUMNYA

Jimin BTS Tampil dengan Gaya Musik Baru di MV Set Me Free Pt.2

BERIKUTNYA

Mengenal 5 Kasta Brand Mewah Dunia

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: