Tinkerlust, Platform Jual Beli Produk Preloved Fashion Kini Punya Aplikasi Mobile

Industri fesyen tengah gandrung dengan konsep keberlanjutan dan sirkular. Tak ayal barang-barang 'bekas pakai' atau dalam konteks ini biasa disebut preloved jadi incaran banyak orang. Dalam rangka mendorong tren tersebut, platform jual-beli produk fesyen, Tinkerlust, merilis aplikasi seluler preloved fashion di Indonesia. 

Co-Founder dan CEO Tinkerlust, Samira Shihab, berharap aplikasi tersebut dapat memberikan kemudahan serta kenyamanan kepada para pembeli maupun penjual saat bertransaksi barang secondhand. Dengan begitu, maka akan semakin banyak orang yang memanfaatkan preloved fashion. 

“Akan semakin banyak pula pengurangan limbah dari fesyen, yang selaras dengan usaha Tinkerlust untuk terus mendukung fashion sustainabilitydan circular economy,” katanya di Jakarta, Selasa (14/3). 

Baca juga: Bisnis Thrift Shop Makin Menjamur, Bagaimana Nasib Produk Fesyen UMKM Lokal?

Dia menuturkan, perusahaan didirikan pada 2016 sebagai platform jual dan beli fesyen preloved mewah wanita berbasis situs web dengan sistem konsinyasi. Dalam perjalanannya, manajemen melakukan pengembangan dengan menambah fitur transaksi penjualan dan pembelian pada 2020.

Satu tahun berselang atau tepatnya pada 2021, Tinkerlust terus melakukan perkembangan dengan menambah fitur marketplace dan fastselling atau jual putus. 

“Kami memutuskan untuk meluncurkan aplikasi tahun ini, karena kami merasa konsumen sekarang lebih 'melek teknologi' dan telah terbentuk motivasi untuk menjual barang-barang mereka yang sudah tidak terpakai lagi, karena konsep preloved sudah lebih umum di kalangan masyarakat,” katanya.

Dengan keberadaan mobile app, maka para seller akan lebih mudah lagi untuk menjual produk yang dimiliki di marketplace perusahaan dan turut menjadi bagian penting untuk mewujudkan fesyen berkelanjutan.

Co-founder dan COO Tinkerlust, Aliya Amitra, mengatakan perusahaan bukan sekedar platform jual dan beli fesyen preloved mewah. Namun, sebagai enabler untuk semua pencinta fesyen turut serta sebagai pelaku circular economy dan fashion sustainability.

Menurutnya, fesyen berkelanjutan sangatlah penting bagi perusahaan dan menjadi alasan bagi para pendiri untuk masuk ke sektor fesyen preloved mewah. Bukan tanpa sebab, industri fesyen merupakan salah satu penyumbang limbah terbesar di dunia yang dapat merusak lingkungan.

“Kami masuk di sini karena fesyen adalah penyumbang limbah terbesar di dunia. Di Indonesia, fesyen sangat tumbuh,” tegasnya. 

Dia melanjutkan bahwa perusahaan juga bekerja sama dengan sejumlah komunitas dan desainer fesyen dalam mengolah baju-baju secondhand yang tidak laku terjual agar menjadi busana baru. Hal ini dilakukan juga sebagai bentuk perwujudan fesyen yang berkelanjutan. 

Dia menilai, minat masyarakat dalam membeli fesyen melalui aplikasi mobile di dalam negeri pada saat ini cukup tinggi, begitu juga dengan fesyen preloved mewah. Alasanya adalah aksesibilitas yang lebih mudah jika dibandingkan dengan laman website meskipun terdapat yang mobile friendly. 

Sementara terkait dengan kebiasaan harus memegang dan melihat langsung fesyen yang ingin dibeli, konsumen fesyen branded dan luxury memiliki perbedaan dengan lainnya. Mereka umumnya sudah mengetahui kualitas pakaian tersebut. Kondisi itu juga berlaku untuk fesyen preloved mewah. Konsumen biasanya sudah mengetahui kondisi barang yang akan mereka beli meskipun bukan barang baru.

“Mereka sudah tahu kualitas branded, apalagi kualitasnya dijaga,” katanya.

Baca juga: Tren Fesyen 2023, Dominasi Sustainable & Selebrasi Warna Cerah

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah