Bunda, Begini Kiat Memilih Makanan Pengganti ASI Untuk si Buah Hati
10 July 2021 |
09:40 WIB
Setiap orang tua yang baru saja menyambut kehadiran buah hati biasanya tidak hanya diliputi kebahagiaan, tetapi juga rasa was-was. Wajar saja bagi mereka yang baru menjadi orang tua merasa khawatir tentang tata cara merawat dan mengasuh bayi agar tumbuh kembangnya terjadi secara optimal.
Itulah sebabnya orang tua harus selalu mencari informasi dan berkonsultasi dengan orang yang tepat mengenai tumbuh kembang anak. Berikut ini beberapa problem tumbuh kembang yang sering dikeluhkan oleh orang tua dan penjelasannya.
Setelah bayi berusia 6 bulan, kegalauan utama para orang tua biasanya soal makanan pendamping air susu ibu (ASI) atau MPASI. Bayi biasanya mulai diberikan MPASI ketika kepalanya atau lehernya telah tegak dan mampu menelan.
“Tanda anak siap makan bukan hanya umur, tetapi juga postur tubuh seperti lehernya sudah tegak atau tidak,” ujar dokter spesialis anak Lucia Nauli Simbolon dari Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita, Jakarta.
Postur leher bayi memiliki kemungkinan belum begitu tegak sehingga masih belum tepat untuk memasuki masa MPASI. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya stimulasi dan juga kelainan di kepalanya. “Bisa juga karena keterlambatan lain misalnya terlambat tengkurap dan lain-lain,” kata Lucia.
Pada kondisi ini, secara kesiapan usus atau pencernaan dia sudah siap, tetapi secara motorik kasar masih belum siap.
Selain itu, persiapan MPASI yang benar adalah dengan menyediakan alat dan bahan makanan yang tepat untuk bayi. Karena bayi di atas 6 bulan belum dapat mengonsumsi makanan yang sama seperti asupan orang dewasa.
“Harus dibuat bubur dulu, dan bukan menu tunggal lagi. Jadi menu 4 bintang yang mengandung karbohidrat, protein hewani, protein nabati, lemak, dan sedikit sayuran,” ujarnya.
Salah kaprah yang sering terjadi pada masyarakat adalah bayi diberikan sayuran dan buah yang banyak pada masa MPASI, tetapi lupa memberikan makanan yang mengandung protein. Padahal pada 1.000 hari pertama kehidupan, protein menjadi salah satu sumber nutrisi utama yang paling diperlukan.
“Pada bayi, sayur sebenarnya belum memberikan efek, yang paling berpengaruh itu 3 makro nutrien karbohidrat, protein, lemak,” katanya lagi. Lucia menganjurkan agar orang tua memenuhi kebutuhan nutrisi lengkap untuk anak-anaknya.
Soal asupan bayi, pilah-pilih susu juga sering kali menjadi sumber kegalauan para ibu dan ayah. Banyak orang tua khawatir untuk memilih susu terbaik untuk anak-anaknya selain dari ASI.
Lucia mengatakan bahwa untuk memilih susu sebetulnya tergantung pada kecocokan bayi terhadap produk susu tersebut. Kecocokan bayi dengan susu biasanya dapat dilihat melalui kualitas buang air besar (BAB).
Apabila anak tidak sembelit setelah mengonsumsi susu, silakan teruskan susu tersebut. Kalau anak malah sembelit, kotorannya keras, kolik, atau anak menangis tiap malam, sebaiknya ganti susunya.
“Kalau susu UHT, sisi pengawetnya lebih minimal karena hanya dipasteurisasi saja. Sementara susu bubuk biasanya terdapat penambahan zat besi atau fortifikasi zat besi,” kata Lucia. Namun, dia menegaskan bahwa susu bukanlah pengganti makanan untuk bayi, sehingga orang tua tetap harus perhatikan sumber gizi lainnya. (Sumber: Dok. Bisnis Weekend Juli 2019)
Editor: Fajar Sidik
Itulah sebabnya orang tua harus selalu mencari informasi dan berkonsultasi dengan orang yang tepat mengenai tumbuh kembang anak. Berikut ini beberapa problem tumbuh kembang yang sering dikeluhkan oleh orang tua dan penjelasannya.
Setelah bayi berusia 6 bulan, kegalauan utama para orang tua biasanya soal makanan pendamping air susu ibu (ASI) atau MPASI. Bayi biasanya mulai diberikan MPASI ketika kepalanya atau lehernya telah tegak dan mampu menelan.
“Tanda anak siap makan bukan hanya umur, tetapi juga postur tubuh seperti lehernya sudah tegak atau tidak,” ujar dokter spesialis anak Lucia Nauli Simbolon dari Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita, Jakarta.
Postur leher bayi memiliki kemungkinan belum begitu tegak sehingga masih belum tepat untuk memasuki masa MPASI. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya stimulasi dan juga kelainan di kepalanya. “Bisa juga karena keterlambatan lain misalnya terlambat tengkurap dan lain-lain,” kata Lucia.
Pada kondisi ini, secara kesiapan usus atau pencernaan dia sudah siap, tetapi secara motorik kasar masih belum siap.
Selain itu, persiapan MPASI yang benar adalah dengan menyediakan alat dan bahan makanan yang tepat untuk bayi. Karena bayi di atas 6 bulan belum dapat mengonsumsi makanan yang sama seperti asupan orang dewasa.
“Harus dibuat bubur dulu, dan bukan menu tunggal lagi. Jadi menu 4 bintang yang mengandung karbohidrat, protein hewani, protein nabati, lemak, dan sedikit sayuran,” ujarnya.
Salah kaprah yang sering terjadi pada masyarakat adalah bayi diberikan sayuran dan buah yang banyak pada masa MPASI, tetapi lupa memberikan makanan yang mengandung protein. Padahal pada 1.000 hari pertama kehidupan, protein menjadi salah satu sumber nutrisi utama yang paling diperlukan.
“Pada bayi, sayur sebenarnya belum memberikan efek, yang paling berpengaruh itu 3 makro nutrien karbohidrat, protein, lemak,” katanya lagi. Lucia menganjurkan agar orang tua memenuhi kebutuhan nutrisi lengkap untuk anak-anaknya.
Soal asupan bayi, pilah-pilih susu juga sering kali menjadi sumber kegalauan para ibu dan ayah. Banyak orang tua khawatir untuk memilih susu terbaik untuk anak-anaknya selain dari ASI.
Lucia mengatakan bahwa untuk memilih susu sebetulnya tergantung pada kecocokan bayi terhadap produk susu tersebut. Kecocokan bayi dengan susu biasanya dapat dilihat melalui kualitas buang air besar (BAB).
Apabila anak tidak sembelit setelah mengonsumsi susu, silakan teruskan susu tersebut. Kalau anak malah sembelit, kotorannya keras, kolik, atau anak menangis tiap malam, sebaiknya ganti susunya.
“Kalau susu UHT, sisi pengawetnya lebih minimal karena hanya dipasteurisasi saja. Sementara susu bubuk biasanya terdapat penambahan zat besi atau fortifikasi zat besi,” kata Lucia. Namun, dia menegaskan bahwa susu bukanlah pengganti makanan untuk bayi, sehingga orang tua tetap harus perhatikan sumber gizi lainnya. (Sumber: Dok. Bisnis Weekend Juli 2019)
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.