Kiat Garin Nugroho Tetap Berkesenian di Tengah Pandemi
09 July 2021 |
21:28 WIB
Pandemi Covid-19 memang memberikan dampak yang sangat besar bagi tatanan kehidupan manusia pada berbagai elemen masyarakat, tak terkecuali pada dunia kesenian. Meskipun begitu, geliat para seniman dan akademisi tidak terhenti karena pandemi.
Mereka saling membuka ruang diskusi untuk menciptakan transformasi berkesenian pada era kehidupan normal baru. Hal tersebut setidaknya telah dibuktikan oleh salah satu pegiat seni sekaligus sutradara film Garin Nugroho.
Dia mengatakan bahwa kultur visual dewasa ini memang mengalami suatu revolusi dan evolusi, di mana apa yang terjadi saat ini mengubah dasar-dasar kehidupan dan kultur yang ada termasuk penyesuaian teknologi dan metode yang diterapkan.
“Masa-masa seperti sekarang ini sama seperti apa yang disebut oleh kritikus asal New York yaitu unimaginable (tak terbayangkan), untouchable (tidak tersentuh), dan bergantung pada screen (layar),” ungkapnya dalam diskusi virtual bertajuk Seni dan Kehidupan Normal Baru yang diadakan oleh Institut Seni Indonesia Yogyakarta, Kamis (8/7/2021).
Dalam paparannya, Garin juga membagikan pengalaman persiapan pertunjukannya bertajuk Planet A Lament Theater Der Welt di beberapa negara di Eropa dengan prosedur protokoler yang berbeda-beda. Menariknya, ruang-ruang karantina pascakedatangan justru menjadi tempat para penampil tetap produktif dengan mengadakan latihan pertunjukan.
“Artinya, protokoler Covid tetap mendorong kita untuk produktif bahkan ketika karantina,” katanya.
Selain itu, dalam hal pergelaran pertunjukan, dia juga mengatakan di beberapa negara Eropa tetap berjalan meskipun dengan protokol kesehatan seperti membatasi kapasitas penonton menjadi 50%. Untuk pertunjukan dengan lebih banyak penonton, biasanya digelar di ruangan terbuka juga dengan menerapkan protokol kesehatan.
Meskipun begitu, Garin juga tidak memungkiri bahwa hal tersebut bisa tercipta karena manajemen festival dan institusi yang telah mapan di Eropa.
“Oleh karena itu kebangkitan kita dalam ruang-ruang produktif disertai disiplin protokoler tanpa mengurangi prosedur penciptaan dan kerja sebuah karya seni ini menjadi penting ketika Covid masih akan panjang ke depannya,” ungkapnya.
Hal itu bisa diwujudkan dengan manajemen cara produktif di tengah kendala baik itu karantina maupun protokol kesehatan, membuat peta baru, membentuk kultur visual beserta fenomenanya baik yang adaptif maupun tidak, serta institusi dari berbagai bidang harus mampu hidup dalam cara-cara mengelola ekonomi untuk seniman di dalam era pandemi dan setelahnya.
“Fenomena baru itu peta baru, mari kita baca meskipun tidak bisa kita baca sepenuhnya dan itu menjadi bagian dari kemanusiaan kita,” pungkasnya.
Editor: Indyah Sutriningrum
Mereka saling membuka ruang diskusi untuk menciptakan transformasi berkesenian pada era kehidupan normal baru. Hal tersebut setidaknya telah dibuktikan oleh salah satu pegiat seni sekaligus sutradara film Garin Nugroho.
Dia mengatakan bahwa kultur visual dewasa ini memang mengalami suatu revolusi dan evolusi, di mana apa yang terjadi saat ini mengubah dasar-dasar kehidupan dan kultur yang ada termasuk penyesuaian teknologi dan metode yang diterapkan.
“Masa-masa seperti sekarang ini sama seperti apa yang disebut oleh kritikus asal New York yaitu unimaginable (tak terbayangkan), untouchable (tidak tersentuh), dan bergantung pada screen (layar),” ungkapnya dalam diskusi virtual bertajuk Seni dan Kehidupan Normal Baru yang diadakan oleh Institut Seni Indonesia Yogyakarta, Kamis (8/7/2021).
Pertunjukan Planet, A Lament (Dok. Garin Nugroho/Instagram)
“Artinya, protokoler Covid tetap mendorong kita untuk produktif bahkan ketika karantina,” katanya.
Selain itu, dalam hal pergelaran pertunjukan, dia juga mengatakan di beberapa negara Eropa tetap berjalan meskipun dengan protokol kesehatan seperti membatasi kapasitas penonton menjadi 50%. Untuk pertunjukan dengan lebih banyak penonton, biasanya digelar di ruangan terbuka juga dengan menerapkan protokol kesehatan.
Meskipun begitu, Garin juga tidak memungkiri bahwa hal tersebut bisa tercipta karena manajemen festival dan institusi yang telah mapan di Eropa.
“Oleh karena itu kebangkitan kita dalam ruang-ruang produktif disertai disiplin protokoler tanpa mengurangi prosedur penciptaan dan kerja sebuah karya seni ini menjadi penting ketika Covid masih akan panjang ke depannya,” ungkapnya.
Latihan pertunjukan teater Planet, A Lament di Theater Der Welt Holland (Dok. Garin Nugroho/Instagram)
“Fenomena baru itu peta baru, mari kita baca meskipun tidak bisa kita baca sepenuhnya dan itu menjadi bagian dari kemanusiaan kita,” pungkasnya.
Editor: Indyah Sutriningrum
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.