Ilustrasi chat bot. (Sumber gambar: Freepik/macrovector)

Google, ChatGPT dan Masa Depan Mesin Pencari

14 January 2023   |   08:24 WIB
Image
Syaiful Millah Asisten Manajer Konten Hypeabis.id

Pada 1996, Larry Page dan Sergey Brin, mahasiswa PhD di Stanford University mengerjakan sebuah proyek penelitian yang dikenal sebagai BackRub, cikal bakal hadirkan layanan Google Search yang telah menjadi mesin pencari berbasis web paling banyak dipakai saat ini. Secara resmi layanan itu diluncurkan pada 1998. 

Dalam perjalannya hingga sekarang, ada banyak perusahaan teknologi yang juga mengeluarkan layanan serupa, mesin pencari di internet. Akan tetapi, lebih dari dua dekade berselang, program search engine dari Alphabet Inc itu masih eksis dan menempati posisi puncak pangsa pasar, dipakai oleh mayoritas pengguna internet di dunia. 

Berdasarkan data Statista, mesin pencari Google menguasai sekitar 84,08 persen market share pada Desember 2022. Layanan tersebut konsisten dengan angka di atas 80 persen sepanjang tahun lalu. Baru sisanya sekitar 15 persen sampai 20 persen dibagi-bagi ke layanan lain seperti Bing, Yahoo, Baidu, Yandex, DuckDuckGo, dan yang lainnya. 

Baca juga: Kenalan dengan ChatGPT, Chat Bot Cerdas dari OpenAI

Kedigdayaan Google di ranah ini disebut-sebut bakal mendapat tantangan yang lebih serius. Salah satu faktor utamanya adalah kepopuleran ChatGPT, yang merupakan model lingkuisik berbasis kueri dengan dukungan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). Layanan yang dikembangkan oleh Open AI itu booming di jagat media sosial. 

OpenAI dan ChatGPT tidak sendirian dalam hal teknologi mesin pencarian. Mereka dikaitkan dengan raksasa teknologi Microsoft, yang merupakan pemilik layanan mesin pencari Bing. The Information sebelumnya melaporkan bahwa perusahaan akan meluncurkan versi Bing yang telah mengintegrasikan ChatGPT di dalamnya. 

Laporan The Verge melanjutkan bahwa dengan menggunakan teknologi yang ada di belakang ChatGPT, Bing akan dapat memberikan jawaban yang lebih manusiawi untuk pertanyaan yang diajukan dari pengguna, alih-alih hanya menampilkan informasi berupa tautan seperti yang dilakukan oleh Google Chrome. 

Pemanfaatan fungsionalitas itu juga dapat membantu Bing menyaingi grafik pengetahuan Google, basis yang digunakan untuk menyajikan jawaban instan di laman depan mesin pencari. Bahkan jika Microsoft lebih berambisi, mereka bisa melangkah lebih jauh lagi dengan menawarkan banyak jenis fungsionalitas berbasis AI. 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by James Orrigo (@ladinabattle)


Analis Forrester, William McKeon-White, juga punya pandangan yang optimistis. Dia menyatakan bahwa jika Microsoft coba memasukkan ChatGPT ke dalam Bing, layanan mesin pencari itu bakal bisa jadi pesaing kuat Google Search.
Director of Education Curriculum and Business Lead for Responsible AI di Northeastern University, Michael Bennet, juga menganggap bahwa ChatGPT merupakan alternatif yang menarik dari Google Search. Dia menangkap penilaian banyak orang bahwa program dari OpenAI itu punya beberapa keunggulan. 

“Beberapa pengguna menganggapnya lebih unggul dalam hal substansi dan juga kecepatan, mengingat mereka tidak perlu mencari ke bawah melalui halaman web individu,” katanya seperti dikutip TechTarget. 

Kendati begitu, tidak sedikit pula yang skeptis tentang gagasan ChatGPTxBing yang akan menggantikan Google. Orang-orang dari kelompok ini mengatakan bahwa sistem tersebut masih memiliki kelemahan besar, termasuk bias dan kecenderungan menyajikan informasi yang tidak tepat sebagai fakta. 

Bahkan CEO OpenAI, Sam Altman, telah memperingatkan para penggunanya untuk tidak terlalu mengandalkan layanan ChatGPT dalam perihal yang sangat penting. Hal ini tak lepas dari sejumlah kelemahan yang masih melekat pada model linguistik berbasis kecerdasan artifisial tersebut. 
 

Microsoft & OpenAI

OpenAI jadi perusahaan kecerdasan buatan yang menarik perhatian dalam beberapa waktu terakhir. Selain ChatGPT, produk mereka yang juga populer adalah DALL-E. Program yang memungkinkan pengguna menghasilkan gambar hanya dari perintah kata-kata saja, model text to image yang punya hasil sangat apik. 

Nyatanya, OpenAI punya hubungan yang dekat dengan Microsoft. Perusahaan pembuat Windows itu sudah terlebih dahulu menambahkan model text to image yang ditenagai oleh DALL-E ke layanan Bing miliknya. Selain itu, perusahaan juga menginvestasikan pendanaan US$1 miliar kepada OpenAI pada 2019. 

Laporan terbaru dari Semafor menyatakan bahwa Microsoft akan menginvestasikan dana senilai US$10 miliar kepada OpenAI. Kesepakatan itu merupakan bagian dari putaran pendanaan dengan investor lain yang terlibat, dan akan mengerek nilai perusahaan OpenAI menjadi US$29 miliar. 

Kesepakatan pendanaan potensial senilai US$10 miliar itu dilakukan untuk mendorong teknologi kecerdasan buatan lebih jauh lagi. Kendati prosesnya belum diselesaikan dan jumlahnya bisa saja berubah, tapi hal itu menunjukkan tekad dari Microsoft untuk menjadi pemain terdepan dalam pengembangan teknologi artificial intelligence. 

Adapun terkait dengan OpenAI, selain ChatGPT dan DALL-E, perusahaan itu punya sejumlah produk dan aplikasi menarik yang dikembangkan. Beberapa di antaranya adalah model generatif musik; OpenAI MuseNet yang rilis pada 2019 dan OpenAI JukeBox yang diluncurkan pada 2020. 

Masih dari model generatifnya, pada 2020 OpenAI juga mengumumkan sebuah application programming interface (API) multiguna yang memungkinkan pengguna mengakses model kecerdasan buatan yang dikembangkan oleh perusahaan untuk membiarkan pengembang menjalankan tugas apa pun dalam bahasa Inggris.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Nirmala Aninda
 

SEBELUMNYA

Kenalan dengan ChatGPT, Chat Bot Cerdas dari OpenAI

BERIKUTNYA

Deep Purple dan God Bless Manggung Bareng di Solo Maret 2023, Cek Harga Tiketnya

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: