Anak-anak Korban Bencana Alam Rentan Alami Trauma
28 November 2022 |
18:23 WIB
Yudi Supriyanto
Jurnalis Hypeabis.id
Bencana dan kesehatan mental sangat terkait; bencana alam mungkin memiliki dampak negatif pada korban. Seiring dengan kerugian sosial dan ekonomi, mereka yang terdampak dapat mengalami ketidakstabilan mental yang dapat memicu Post Traumatic Stress Disorder (PTSD), Kecemasan dan Depresi.
Dampak psikologis dari bencana alam lebih drastis di antara anak-anak, perempuan, dan populasi lanjut usia yang terdampak. Setelah bencana mendadak, mereka menjadi kelompok masyarakat yang paling rentan sehingga memiliki kebutuhan khusus yang perlu diperhatikan.
Save the Children menekankan anak-anak korban gempa bumi yang terjadi di Cianjur, Jawa Barat, perlu segera mendapatkan layanan dukungan psikosial. Head of Education Save the Children Indonesia, Imelda Usnadibrata, mengatakan bahwa tujuan utama anak-anak korban gempa di Cianjur mendapatkan layanan psikososial adalah untuk memastikan mereka dapat mengatasi rasa khawatir, takut, cemas.
Baca juga: Menteri BUMN Erick Thohir Dukung Trauma Healing Korban Gempa Cianjur
"Saat ini bersama dengan klaster pendidikan Cianjur melakukan pendataan dengan mengidentifikasi anak dan guru yang terdampak, termasuk kondisi sarana dan prasarana sekolah," ujarnya.
Pendataan menjadi penting agar layanan dukungan psikososial dapat segera diberikan kepada anak-anak yang terdapak korban gempa. Tidak hanya anak, data itu juga dapat untuk memberikan layanan yang sama terhadap orang tua dan guru yang juga terdampak, guna memastikan penyaluran bantuan merata dan tepat ke sasaran.
Saat ini, Program Pendidikan dalam situasi darurat serta layanan dukungan psikososial Save the Children Indonesia telah menjangkau lebih dari 200 anak, 22 guru di Nagrak, Cugenang, dan SMP 1 Warungkondang. Salah satu edukasi yang diberikan oleh organisasi meliputi terkait pendidikan Pengurangan Risiko Bencana (PRB).
Program edukasi ini bertujuan untuk memastikan anak-anak, guru, dan warga sekolah memahami karakteristik bencana, upaya mitigasi, serta langkah-langkah yang dapat dilakukan pada sebelum, saat, dan setelah terjadi bencana.
Untuk diketahui, masih dalam rilis Save the Children, bahwa 524 satuan pendidikan mulai dari pendidikan anak usia dini (PAUD) sampai dengan perguruan tinggi, termasuk Madrasah, mengalami kerusakan di Cianjur, Jawa Barat, akibat gempa.
Data 24 November 2022 menyebutkan bahwa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi - Sekretariat Nasional Satuan Pendidikan Aman Bencana juga mencatat sebanyak 31 siswa dan 6 guru meninggal dunia.
Kemudian, 367 peserta didik dan 76 guru luka-luka karena kejadian ini. Gempa juga menghancurkan sebanyak 2.235 ruang dengan tingkat kerusakan mulai dari ringan, sedang, sampai dengan rusak berat.
Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Cianjur terpaksa menghentikan sementara kegiatan belajar mengajar karena status tanggap darurat bencana serta tengah menghadapi tantangan yang besar terkait tempat belajar, dan aspek psikologis murid serta guru. Sementara itu, sejumlah pihak juga memberikan beragam bantuan dalam membantu korban gempa yang terjadi di Cianjur.
VP Public Relations PT Kereta Api Indonesia (KAI), Joni Martinus, mengatakan bahwa para pegawai KAI melakukan trauma healing bagi para korban, terutama anak-anak dengan mengajak bermain dan bercerita agar tetap dapat kuat dalam melewati masa bencana.
“Trauma healing KAI lakukan sebagai langkah rehabilitasi bagi para korban bencana gempa di Cianjur, khususnya anak-anak untuk memperkuat psikologis pasca bencana,” katanya.
Dia menambahkan bahwa perusahaan menerjunkan 6 orang petugas posko, 18 orang petugas medis, 15 orang petugas pengamanan untuk membantu distribusi logistik, dan 9 orang relawan yang 2 di antaranya bersiap di posko satgas BUM dan 7 orang lainnya di desa Limbangan Sari.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Dampak psikologis dari bencana alam lebih drastis di antara anak-anak, perempuan, dan populasi lanjut usia yang terdampak. Setelah bencana mendadak, mereka menjadi kelompok masyarakat yang paling rentan sehingga memiliki kebutuhan khusus yang perlu diperhatikan.
Save the Children menekankan anak-anak korban gempa bumi yang terjadi di Cianjur, Jawa Barat, perlu segera mendapatkan layanan dukungan psikosial. Head of Education Save the Children Indonesia, Imelda Usnadibrata, mengatakan bahwa tujuan utama anak-anak korban gempa di Cianjur mendapatkan layanan psikososial adalah untuk memastikan mereka dapat mengatasi rasa khawatir, takut, cemas.
Baca juga: Menteri BUMN Erick Thohir Dukung Trauma Healing Korban Gempa Cianjur
"Saat ini bersama dengan klaster pendidikan Cianjur melakukan pendataan dengan mengidentifikasi anak dan guru yang terdampak, termasuk kondisi sarana dan prasarana sekolah," ujarnya.
Pendataan menjadi penting agar layanan dukungan psikososial dapat segera diberikan kepada anak-anak yang terdapak korban gempa. Tidak hanya anak, data itu juga dapat untuk memberikan layanan yang sama terhadap orang tua dan guru yang juga terdampak, guna memastikan penyaluran bantuan merata dan tepat ke sasaran.
Saat ini, Program Pendidikan dalam situasi darurat serta layanan dukungan psikososial Save the Children Indonesia telah menjangkau lebih dari 200 anak, 22 guru di Nagrak, Cugenang, dan SMP 1 Warungkondang. Salah satu edukasi yang diberikan oleh organisasi meliputi terkait pendidikan Pengurangan Risiko Bencana (PRB).
Program edukasi ini bertujuan untuk memastikan anak-anak, guru, dan warga sekolah memahami karakteristik bencana, upaya mitigasi, serta langkah-langkah yang dapat dilakukan pada sebelum, saat, dan setelah terjadi bencana.
Untuk diketahui, masih dalam rilis Save the Children, bahwa 524 satuan pendidikan mulai dari pendidikan anak usia dini (PAUD) sampai dengan perguruan tinggi, termasuk Madrasah, mengalami kerusakan di Cianjur, Jawa Barat, akibat gempa.
Data 24 November 2022 menyebutkan bahwa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi - Sekretariat Nasional Satuan Pendidikan Aman Bencana juga mencatat sebanyak 31 siswa dan 6 guru meninggal dunia.
Kemudian, 367 peserta didik dan 76 guru luka-luka karena kejadian ini. Gempa juga menghancurkan sebanyak 2.235 ruang dengan tingkat kerusakan mulai dari ringan, sedang, sampai dengan rusak berat.
Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Cianjur terpaksa menghentikan sementara kegiatan belajar mengajar karena status tanggap darurat bencana serta tengah menghadapi tantangan yang besar terkait tempat belajar, dan aspek psikologis murid serta guru. Sementara itu, sejumlah pihak juga memberikan beragam bantuan dalam membantu korban gempa yang terjadi di Cianjur.
VP Public Relations PT Kereta Api Indonesia (KAI), Joni Martinus, mengatakan bahwa para pegawai KAI melakukan trauma healing bagi para korban, terutama anak-anak dengan mengajak bermain dan bercerita agar tetap dapat kuat dalam melewati masa bencana.
“Trauma healing KAI lakukan sebagai langkah rehabilitasi bagi para korban bencana gempa di Cianjur, khususnya anak-anak untuk memperkuat psikologis pasca bencana,” katanya.
Dia menambahkan bahwa perusahaan menerjunkan 6 orang petugas posko, 18 orang petugas medis, 15 orang petugas pengamanan untuk membantu distribusi logistik, dan 9 orang relawan yang 2 di antaranya bersiap di posko satgas BUM dan 7 orang lainnya di desa Limbangan Sari.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.