Berbagai FIlm Dokumenter Pilihan dari 18 Negara Akan Tersaji di Festival Film Dokumenter 2022
15 November 2022 |
22:28 WIB
Ajang Festival Film Dokumenter (FFD) 2022 kembali diadakan secara luring setelah selama dua tahun diadakan secara daring dan hibrida akibat pandemi Covid-19. Sebanyak 57 film dokumenter pilihan dari 18 negara yang berbeda dapat disaksikan oleh para pencinta film dari 15 hingga 19 November 2022 di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Berdasarkan rilis yang diterima Hypeabis.id, setidaknya terdapat delapan provinsi yang terlibat mengirimkan karya dalam ajang Festival Film Dokumenter (FFD) tahun ini dari Indonesia. Film-film yang terdapat di ajang ini akan ditayangkan di tiga tempat berbeda, yakni Gedung ex Bioskop Permata, Bioskop Sonobudoyo, dan IFI-LIP Yogyakarta.
Baca juga: Film Dokumenter Tokoh Seni Rupa Nunung WS & Kartika Affandi Diluncurkan
Film-film itu terbagi atas program kompetisi dan non kompetisi. Tidak hanya itu, beberapa film yang akan di putar telah ditayangkan di berbagai festival film internasional. Kemudian, beberapa lainnya juga menjadi nominasi Festival Film Indonesia (FFI) di kategori dokumenter. Film yang masuk dalam nominasi itu adalah Segudang Wajah Para Penantang Masa Depan, A Letter to The Future, dan Roda-roda Nada.
Kurnia Yudha, Direktur Festival Forum Dokumenter, mengatakan bahwa pemilihan penyelenggaraan festival secara luring pada tahun ini lantaran sebagai penanda perjalanan semua pihak dalam pemulihan diri dari pandemi.
“Kerinduan yang muncul akan perjumpaan dengan rekan sejawat, perbincangan tatap muka, maupun pengalaman dalam festival film pada umumnya, harapannya bisa terakomodir pada tahun ini,” katanya.
Dia juga berharap semangat eksperimen dan upaya mengaktifkan kembali ruang Gedung ex Bioskop Permata dapat menjadi inspirasi bagi semua pelaku perfilman di dalam negeri, khususnya perfilman dokumenter.
Pada kesempatan yang sama, Francois Dabin, Direktur IFI Yogyakarta, menuturkan bahwa Festival Film Dokumenter menjadi rekanan dan mitra IFI yang nantinya akan menampilkan beragam film dalam bentuk virtual reality.
Menurutnya, kerja sama yang terjalin dan beragam film tersebut dapat menjadi gerbang untuk melakukan eksplorasi terhadap bentuk dokumenter yang berbeda.
Sementara itu, Perwakilan kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Edi Suwadi, mengatakan bahwa mudah-mudahan festival ini terus berlanjut dan mengalami peningkatan baik kualitas maupun kuantitasnya.
Dia menambahkan bahwa penggunaan Gedung ex Bioskop Permata tersebut juga menunjukkan bahwa industri bioskop di dalam negeri, khususnya Yogyakarta, mulai sudah bangkit kembali. “Mudah-mudahan ini menunjukkan kebangkitan perfilman di Indonesia,” katanya.
Untuk diketahui, penyelenggaraan Festival Film Dokumenter menjadi acara publik pertama di gedung tersebut setelah sebelumnya ditutup permanen pada 1 Agustus 2010.
Sementara itu, malam pembukaan Festival Film Dokumenter 2022 dihadiri oleh para tamu undangan dan juri dari berbagai negara, seperti Vivian Idris dari Badan Perfilman Indonesia, Makiko Wakai dari Yamagata International Film Festival Jepang, Phillip Cheah kurator film dari Singapura, hingga Jewel Maranan, seorang pembuat film dan direktur program Festival Daang Dokyu, Filipina.
Penyelenggara menayangkan film Fantasmagoria (2020) garapan Juan Francisco Gonza?lez sebagai penanda ajang FFD 2022 dimulai. Film berdurasi 15 menit yang berasal dari Chili itu bercerita tentang keadaan dan pengaruh industrialisasi terhadap lanskap gurun Acatama yang disajikan dengan gaya bertutur dan bentuk yang eksperimental.
Film itu mengajak para penonton untuk melihat tambang caliche, Maria Elena, yang sudah lama terbengkalai. Melalui penuturan seorang buruh tambang nitrat yang sempat bekerja di sana, penonton juga diajak untuk menyusuri daerah tambang; merefleksikan cerita yang menguap melalui benda mati di sana.
Penonton diajak menyimak kembali perasaan-perasaan yang terbengkalai melalui hantu yang bercerita tentang kehidupan. Selain menjadi film pembuka, film ini juga akan ditayangkan ulang dalam program Spektrum Festival Film Dokumenter 2022.
Editor: Dika Irawan
Berdasarkan rilis yang diterima Hypeabis.id, setidaknya terdapat delapan provinsi yang terlibat mengirimkan karya dalam ajang Festival Film Dokumenter (FFD) tahun ini dari Indonesia. Film-film yang terdapat di ajang ini akan ditayangkan di tiga tempat berbeda, yakni Gedung ex Bioskop Permata, Bioskop Sonobudoyo, dan IFI-LIP Yogyakarta.
Baca juga: Film Dokumenter Tokoh Seni Rupa Nunung WS & Kartika Affandi Diluncurkan
Film-film itu terbagi atas program kompetisi dan non kompetisi. Tidak hanya itu, beberapa film yang akan di putar telah ditayangkan di berbagai festival film internasional. Kemudian, beberapa lainnya juga menjadi nominasi Festival Film Indonesia (FFI) di kategori dokumenter. Film yang masuk dalam nominasi itu adalah Segudang Wajah Para Penantang Masa Depan, A Letter to The Future, dan Roda-roda Nada.
Kurnia Yudha, Direktur Festival Forum Dokumenter, mengatakan bahwa pemilihan penyelenggaraan festival secara luring pada tahun ini lantaran sebagai penanda perjalanan semua pihak dalam pemulihan diri dari pandemi.
“Kerinduan yang muncul akan perjumpaan dengan rekan sejawat, perbincangan tatap muka, maupun pengalaman dalam festival film pada umumnya, harapannya bisa terakomodir pada tahun ini,” katanya.
Dia juga berharap semangat eksperimen dan upaya mengaktifkan kembali ruang Gedung ex Bioskop Permata dapat menjadi inspirasi bagi semua pelaku perfilman di dalam negeri, khususnya perfilman dokumenter.
Pada kesempatan yang sama, Francois Dabin, Direktur IFI Yogyakarta, menuturkan bahwa Festival Film Dokumenter menjadi rekanan dan mitra IFI yang nantinya akan menampilkan beragam film dalam bentuk virtual reality.
Menurutnya, kerja sama yang terjalin dan beragam film tersebut dapat menjadi gerbang untuk melakukan eksplorasi terhadap bentuk dokumenter yang berbeda.
Sementara itu, Perwakilan kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Edi Suwadi, mengatakan bahwa mudah-mudahan festival ini terus berlanjut dan mengalami peningkatan baik kualitas maupun kuantitasnya.
Dia menambahkan bahwa penggunaan Gedung ex Bioskop Permata tersebut juga menunjukkan bahwa industri bioskop di dalam negeri, khususnya Yogyakarta, mulai sudah bangkit kembali. “Mudah-mudahan ini menunjukkan kebangkitan perfilman di Indonesia,” katanya.
Untuk diketahui, penyelenggaraan Festival Film Dokumenter menjadi acara publik pertama di gedung tersebut setelah sebelumnya ditutup permanen pada 1 Agustus 2010.
Sementara itu, malam pembukaan Festival Film Dokumenter 2022 dihadiri oleh para tamu undangan dan juri dari berbagai negara, seperti Vivian Idris dari Badan Perfilman Indonesia, Makiko Wakai dari Yamagata International Film Festival Jepang, Phillip Cheah kurator film dari Singapura, hingga Jewel Maranan, seorang pembuat film dan direktur program Festival Daang Dokyu, Filipina.
Penyelenggara menayangkan film Fantasmagoria (2020) garapan Juan Francisco Gonza?lez sebagai penanda ajang FFD 2022 dimulai. Film berdurasi 15 menit yang berasal dari Chili itu bercerita tentang keadaan dan pengaruh industrialisasi terhadap lanskap gurun Acatama yang disajikan dengan gaya bertutur dan bentuk yang eksperimental.
Film itu mengajak para penonton untuk melihat tambang caliche, Maria Elena, yang sudah lama terbengkalai. Melalui penuturan seorang buruh tambang nitrat yang sempat bekerja di sana, penonton juga diajak untuk menyusuri daerah tambang; merefleksikan cerita yang menguap melalui benda mati di sana.
Penonton diajak menyimak kembali perasaan-perasaan yang terbengkalai melalui hantu yang bercerita tentang kehidupan. Selain menjadi film pembuka, film ini juga akan ditayangkan ulang dalam program Spektrum Festival Film Dokumenter 2022.
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.