Apa itu Cherophobia? Ketika Rasa Bahagia Justru Menakutkan
03 November 2022 |
18:25 WIB
Banyak orang yang menginginkan kehidupannya selalu diisi oleh kebagiaan. Namun, bagi seorang cherophobia, kebahagiaan justru menimbulkan ketakutan bagianya. Sebab, dia berpikir kebahagiaan selalu diiringi dengan hal buruk setelahnya.
Cherophobia adalah sebutan bagi seseorang yang mengidap ketakutan berlebih ketika sedang merasakan kebahagiaan. Mereka menganggap kebahagiaan tidak selalu berarti hal yang positif.
Baca juga: Kecanduan Smartphone Picu Nomophobia, Yuk Ketahui Gejala & Penyebabnya!
Kepala Prodi S2 Magister Psikologi Universitas Diponegoro Dinie Ratri Desiningrum mengatakan, cherophobia termasuk ke dalam gangguan kecemasan. Dalam dunia psikologi, cherophobia masih jadi pro kontra. Studi untuk mempelajarinya masih sangat panjang sehingga diagnosisnya masih sulit ditegakkan.
Menurut Dinie, rasa cemas yang muncul pada tubuh sebenarnya reaksi alamiah. Kondisi ini sama seperti seseorang yang mengalami batuk atau bersin, sebagai bagian dari reaksi tubuh untuk membuang penyakit dari tubuh ke luar. Hanya, jika kecemasan yang muncul tidak irasional, kondisi tersebut disebut phobia.
Pengidap cherophobia, menurutnya, sangat takut kehilangan kebahagiaan. Mereka khawatir kebahagiaan yang sudah lewat akan segera berganti jadi kesedihan. Kebahagiaan dan kesedihan sebenarnya adalah bagian dari dinamika hidup. Cherophobia paham akan hal itu, tetapi mereka terlalu overthinking. Padahal, kesedihan yang muncul setelah kebahagiaan tidak selalu berjalan liner.
Cherophobia menganggap kebahagiaan dan kesedihan adalah satu paket. Jadi, ketika orang merasakan bahagia, maka tinggal menunggu waktu saja untuk merasakan kesedihan. Cherophobia biasanya berpikir bahwa kebahagiaan justru akan membuat hari mereka lebih buruk.
Kebahagiaan sering menjadi tujuan semua orang. Namun, perasaan itu justru dihindari cherophobia karena dianggap tidak penting. Mengejar kebahagiaan adalah kegiatan yang membuang-buang waktu.
Cherophobia akan menganggap kebahagiaan adalah bentuk kejahatan. Sebab, tidak semua orang akan merasakan perasaan serupa. Mereka menganggap bisa jadi kebahagiaan seseorang adalah kesedihan orang lain. Oleh karena itu, cherophobia juga tidak menyukai kebahagiaan yang ditunjukkan di depan teman-temannya.
Pengidap cherophobia diduga lebih sering dialami oleh seorang introvert. Mereka adalah seseorang yang lebih suka melakukan berbagai aktivitasnya sendiri. Orang introvert juga kerap pendiam dan terkadang merasa terintimidasi di dalam pengaturan kelompok.
Cobalah untuk melakukan relaksasi dengan mengatur pernapasan. Mengatur napas akan membuat kecemasan bisa lebih terurai.
Selain itu, relaksasi juga bisa dilakukan dengan melakukan hobi yang disukai. Misalnya, jika senang menulis, cobalah untuk menuangkan kecemasan yang dirasakan ke dalam tulisan. Tulisan tersebut bisa jadi pemicu untuk melakukan evaluasi diri. Beberapa olahraga, seperti yoga, senam, atau kardio juga bisa mengatasi gangguan kecemasan.
"Orang yang mengalami phobia harus lebih mawas diri. Cobalah berpikir apakah kecemasannya rasional tidak dan apakah ia benar-benar menganggu atau tidak. Sebab, bisa jadi kecemasan tersebut telah merugikannya sehingga dirinya tidak berkembang," ujar Dinie kepada Hypeabis.id.
Dalam fase ini, keberadaan support system sangat penting. Namun, jika tidak memilikinya, sebaiknya segera menghubungi psikolog sehingga masalah dapat terurai dengan baik.
Baca juga: Apa Itu Post-Traumatic Stress Disorder, Gangguan Kecemasan usai Menyaksikan Peristiwa Traumatik
Cobalah untuk berkonsultasi dengan psikolog untuk lebih mengurai masalah cherophobia. Bisa jadi cherophobia memiliki keterkaitan dengan trauma masala lalu. Sebab, tidak semua orang menghindari kebahagiaan karena takut kejadian buruk akan menyertai setelahnya.
Penggunaan cognitive behavioral therapy (CBT) juga diketahui dapat membantu seseorang terlepas dari perasaan takut bahagia. Terapi itu bisa mengenali garis pemikiran yang salah dan mengidentifikasi perilaku seseorang.
Meskipun demikian, kalian tidak bisa mendiagnosa diri sediri atau self diagnose terkait chrephobia. Sebab, hal tersebut bisa membahayakan lantaran bisa jadi salah diagnosa. Alangkah baiknya, jika kalian berkonsultasi dengan ahlinya apabila mengalami tanda-tanda dari gejala tersebut.
Editor: Dika Irawan
Cherophobia adalah sebutan bagi seseorang yang mengidap ketakutan berlebih ketika sedang merasakan kebahagiaan. Mereka menganggap kebahagiaan tidak selalu berarti hal yang positif.
Baca juga: Kecanduan Smartphone Picu Nomophobia, Yuk Ketahui Gejala & Penyebabnya!
Kepala Prodi S2 Magister Psikologi Universitas Diponegoro Dinie Ratri Desiningrum mengatakan, cherophobia termasuk ke dalam gangguan kecemasan. Dalam dunia psikologi, cherophobia masih jadi pro kontra. Studi untuk mempelajarinya masih sangat panjang sehingga diagnosisnya masih sulit ditegakkan.
Menurut Dinie, rasa cemas yang muncul pada tubuh sebenarnya reaksi alamiah. Kondisi ini sama seperti seseorang yang mengalami batuk atau bersin, sebagai bagian dari reaksi tubuh untuk membuang penyakit dari tubuh ke luar. Hanya, jika kecemasan yang muncul tidak irasional, kondisi tersebut disebut phobia.
Pengidap cherophobia, menurutnya, sangat takut kehilangan kebahagiaan. Mereka khawatir kebahagiaan yang sudah lewat akan segera berganti jadi kesedihan. Kebahagiaan dan kesedihan sebenarnya adalah bagian dari dinamika hidup. Cherophobia paham akan hal itu, tetapi mereka terlalu overthinking. Padahal, kesedihan yang muncul setelah kebahagiaan tidak selalu berjalan liner.
Berbagai Fakta Cherophobia
Meski menghindari kebahagiaan, bukan berarti kehidupan pengidap cherophobia hanya berisi kesedihan. Mereka hanya menghindari kegiatan atau suasana batin yang bahagia karena alasan tertentu. Berikut beberapa fakta terkait cherophobia.1. Menjauhi Acara yang Menyenangkan
Bagi pengidap cherophobia, pergi ke acara yang menyenangkan adalah pantangan. Mereka memiliki keengganan irasional untuk pergi ke pesta, konser, atau acara serupa lainnya. Umumnya, cherophobia beranggapan kegiatan menyenangkan akan dibarengi dengan hal buruk setelahnya. Oleh karena itu, mereka memilih untuk tidak merasakan hal bahagia agar kejadian buruk tidak menimpanya.
2. Kebahagiaan & Kesedihan Selalu Dianggap Berdampingan
Cherophobia menganggap kebahagiaan dan kesedihan adalah satu paket. Jadi, ketika orang merasakan bahagia, maka tinggal menunggu waktu saja untuk merasakan kesedihan. Cherophobia biasanya berpikir bahwa kebahagiaan justru akan membuat hari mereka lebih buruk.
3. Bahagia Tidak Penting
Kebahagiaan sering menjadi tujuan semua orang. Namun, perasaan itu justru dihindari cherophobia karena dianggap tidak penting. Mengejar kebahagiaan adalah kegiatan yang membuang-buang waktu.
4. Bahagia Adalah Kejahatan
Cherophobia akan menganggap kebahagiaan adalah bentuk kejahatan. Sebab, tidak semua orang akan merasakan perasaan serupa. Mereka menganggap bisa jadi kebahagiaan seseorang adalah kesedihan orang lain. Oleh karena itu, cherophobia juga tidak menyukai kebahagiaan yang ditunjukkan di depan teman-temannya.
5. Lebih Sering Dialami Introvert
Pengidap cherophobia diduga lebih sering dialami oleh seorang introvert. Mereka adalah seseorang yang lebih suka melakukan berbagai aktivitasnya sendiri. Orang introvert juga kerap pendiam dan terkadang merasa terintimidasi di dalam pengaturan kelompok.6. Cherophobia Berkaitan dengan Perfeksionis
Perfeksionis adalah tipe kepribadian yang mungkin berkaitan dengan cherophobia. Orang perfeksionis kerap menganggap kebahagiaan hanya dimiliki oleh pemalas yang tidak produktif. Akibatnya, mereka menghindari aktivitas yang bisa mendatangkan kebahagiaan.Langkah Mengurangi Gejala Cheropbohia
Dinie mengatakan ada beberapa teknik yang dikembangkan untuk mengatasi cherophobia. Gangguan kecemasan tersebut umumnya berkaitan dengan neurologi atau sistem syaraf. Lantaran bersumber dari syaraf, maka terapinya ialah dengan relaksasi.Cobalah untuk melakukan relaksasi dengan mengatur pernapasan. Mengatur napas akan membuat kecemasan bisa lebih terurai.
Selain itu, relaksasi juga bisa dilakukan dengan melakukan hobi yang disukai. Misalnya, jika senang menulis, cobalah untuk menuangkan kecemasan yang dirasakan ke dalam tulisan. Tulisan tersebut bisa jadi pemicu untuk melakukan evaluasi diri. Beberapa olahraga, seperti yoga, senam, atau kardio juga bisa mengatasi gangguan kecemasan.
"Orang yang mengalami phobia harus lebih mawas diri. Cobalah berpikir apakah kecemasannya rasional tidak dan apakah ia benar-benar menganggu atau tidak. Sebab, bisa jadi kecemasan tersebut telah merugikannya sehingga dirinya tidak berkembang," ujar Dinie kepada Hypeabis.id.
Dalam fase ini, keberadaan support system sangat penting. Namun, jika tidak memilikinya, sebaiknya segera menghubungi psikolog sehingga masalah dapat terurai dengan baik.
Baca juga: Apa Itu Post-Traumatic Stress Disorder, Gangguan Kecemasan usai Menyaksikan Peristiwa Traumatik
Cobalah untuk berkonsultasi dengan psikolog untuk lebih mengurai masalah cherophobia. Bisa jadi cherophobia memiliki keterkaitan dengan trauma masala lalu. Sebab, tidak semua orang menghindari kebahagiaan karena takut kejadian buruk akan menyertai setelahnya.
Penggunaan cognitive behavioral therapy (CBT) juga diketahui dapat membantu seseorang terlepas dari perasaan takut bahagia. Terapi itu bisa mengenali garis pemikiran yang salah dan mengidentifikasi perilaku seseorang.
Meskipun demikian, kalian tidak bisa mendiagnosa diri sediri atau self diagnose terkait chrephobia. Sebab, hal tersebut bisa membahayakan lantaran bisa jadi salah diagnosa. Alangkah baiknya, jika kalian berkonsultasi dengan ahlinya apabila mengalami tanda-tanda dari gejala tersebut.
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.