Suasana pameran Founding/Finding Text di Museum Seni Rupa dan Keramik, Jakarta (Sumber gambar: Hypeabis.id/Luke Andaresta)

Museum Seni Rupa & Keramik Gelar Pameran Founding/Finding Text, Hadirkan 2 Lukisan Maestro!

18 September 2022   |   14:47 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Like
Seiring dengan meredanya pandemi Covid-19, saat ini banyak museum yang telah menggelar pameran seni. Museum Seni Rupa dan Keramik baru saja membuka pameran seni bertajuk Founding/Finding Text yang akan digelar selama sebulan penuh mulai 17 September hingga 16 Oktober 2022.

Pameran Founding/Finding Text merupakan gagasan kurasi untuk mendialogkan karya dari masa lalu dengan masa kini dalam konteks sejarah sebagai sebuah peristiwa yang membentuk peradaban seni pada masa kini.

Seperti namanya, Founding Text dalam wacana pameran ini adalah karya seni rupa yang berasal dari koleksi Museum Seni Rupa dan Keramik, dan karya perupa dari masa kini yang berasal dari berbagai kecenderungan medium dan gagasan sebagai sebuah proses dalam mencari dan menemukan teks-teks dalam kehidupan hari ini (finding text).

Baca juga5 Museum Terbaik di Jakarta yang Wajib Dikunjungi

 


Koleksi yang dihadirkan dalam pameran ini adalah beberapa karya dari Museum Seni Rupa dan Keramik yang sempat dipamerkan di Rijks Museum Belanda (Museum Nasional Belanda) pada acara pameran Revolusi! Indonesia Merdeka (2022), antara lain terdapat karya dari maestro seni lukis Hendra Gunawan dan Henk Ngantung.

Karya dua maestro yang dimaksud yakni lukisan Pengantin Revolusi (1955) dari Hendra Gunawan yang sudah menjadi Cagar Budaya Nasional pada 2022, dan lukisan sketsa bertajuk Sutan Syahrir (1946) dari Henk Ngantung.

Kurator Sudjud Dartanto mengatakan konteks yang hendak dilihat dalam pameran ini adalah konteks ideologi yang mengambil karya seni rupa sebagai sebuah forma retorik.

Dalam konteks itu, perupa dilihat sebagai agen aktif dalam sebuah struktur sosial yang dalam konteks Hendra Gunawan dan Henk Ngantung, lahir dari arena konflik ideologis yang tajam dengan berbagai cara dan manifestasinya.

"Secara samar konflik itu tetap ada dan seni sebagai sebuah produk sosial lahir dengan keragaman pengalaman partikularitasnya," katanya.

Dalam konteks itu, sejumlah karya seni rupa dari para perupa di zaman saat ini dihadirkan, dari kecenderungan kontemporer hingga seni media.

Dengan kata lain, pameran Founding/Finding Text juga menampilkan karya-karya seniman pada zaman ini yang merupakan hasil dialog dan refleksi dari spirit kemerdekaan kedua seniman maestro, yang disesuaikan dengan konteks hari ini melalui bahasa seni.
 

g

Pengantin Revolusi (1955), Henk Ngantung, Cat Minyak di atas kanvas (294x223 cm)-Sumber gambar: Hypeabis.id/Luke Andaresta

 

,

Cintaku UntukMu Indonesia (2020), Evy Yonathan, Tanah liat bakaran tinggi 1230 derajat celcius, pewarna dengan slip dan pigmen, Dimensi bervariasi-Sumber gambar: Hypeabis.id/Luke Andaresta


Sebanyak tujuh seniman undangan hadir untuk menampilkan karya mereka yang dapat mewajahi perupa masa kini dari berbagai kecenderungan medium dan gagasan.

Beberapa karya yang ditampilkan diantaranya Semangkuk Kemerdekaan (2022) karya seniman Antin Sambodo yang menampilkan konstruksi objek keramik dan mengeksplorasi makna kemerdekaan dari keseharian aktivitasnya yang hidup dalam persilangan seni.

Ada juga duo seniman Dwi Tunggal (Dwi Putro dan Nawa Tunggal) yang menampilkan karya kolaborasi yang menyuguhkan konstruksi trapesium unik atas tiga lukisan wayang dengan corak skizofrenik (teks tulis yang melompat-lompat) sebagai tafsir atas filosofi Serat Jayabaya, serta seniman Evy Yonathan dengan karya berjudul Cintaku UntukMu Indonesia (2020), yang menampilkan karya keramik patung yang dilatarbelakangi pertanyaannya tentang makna kemerdekaan Indonesia yang telah 77 tahun berjalan.

"Pameran ini dapat dipahami sebagai arena pertukaran simbolik yang terjadi di ruang pamer, sebagai teks yang lahir dari konteks revolusi dan beberapa dekade sesudahnya dengan karya masa kini yang lahir dari periode pasca revolusi," kata Sudjud.

Kepala Unit Pengelola Museum Seni, Sri Kusumawati, mengatakan pameran ini merupakan gagasan kurasi untuk mendialogkan karya dari masa lalu dengan masa kini dalam konteks sejarah sebagai sebuah peristiwa yang membentuk peradaban seni.

Melalui pameran ini, pihaknya ingin para pengunjung mendapatkan pengalaman, menikmati dan menginterpretasi secara langsung karya seni dari para seniman dan pekerja seni, sehingga membawa manfaat untuk seluruh lapisan masyarakat.

"Saya berharap pameran ini mampu memberikan pengetahuan dan inspirasi yang tercipta atas kemampuan berfikir para maestro seniman pendahulu kepada para seniman masa kini," ujarnya.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

Editor: Gita Carla
 

SEBELUMNYA

Merasa Sakit? Jangan Coba-Coba Self Diagnosis, Ini Bahayanya

BERIKUTNYA

Serba Serbi Kehidupan Model: Tantangan Melenggang di Runway Fashion Show

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: