Ragam macam cokelat (Sumber gambar: Barry Callebaut)

Hari Kakao Indonesia, Begini Tren Konsumsi Cokelat di Indonesia & Dunia

16 September 2022   |   12:00 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Genhype, kalian tahu enggak bahwa tanggal 16 September setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Kakao Indonesia. Peringatan yang dilakukan sejak 2012 ini bertujuan untuk dapat mendukung nilai tambah cokelat, dan mendorong Indonesia menjadi penghasil komoditas kakao terbesar di dunia. 

Selain itu, peringatan Hari Kakao Indonesia juga dapat menjadi ajang memperkenalkan berbagai macam produk olahan cokelat yang ada di dalam negeri kepada masyarakat. Harapannya hal tersebut dapat meningkatkan konsumsi cokelat di negeri Ibu Pertiwi.

Pemilihan tanggal 16 September sendiri mengacu kepada semangat juang sejarah penemuan klon unggulan kakao di Indonesia yang merupakan hasil penelitian panjang. Penelitian itu berlangsung sekira 35 tahun yang dikenal dengan DR1, DR2, dan DR38, yaitu Djati Renggo.

Sepakat mengenai pentingnya memiliki Hari Kakao Indonesia, seluruh pemangku kepentingan di sektor kakao pun telah mengusulkan kepada pemerintah untuk menetapkan bahwa tanggal 16 September sebagai Hari Kakao Indonesia. 

Baca juga: Mendominasi Rasa Camilan, Bisnis Cokelat di Indonesia Kian Manis 

 

Ada tiga tren terbaru dalam mengonsumsi cokelat (Sumber gambar: Barry Callebaut)

Ada tiga tren terbaru dalam mengonsumsi cokelat (Sumber gambar: Barry Callebaut)


Tren Konsumsi Cokelat

Seiring waktu, preferensi atau tren konsumsi cokelat pun berubah secara global, tak terkecuali di Indonesia. Managing Director Barry Callebaut, Ciptadi Sukono, mengatakan coklat telah lama dianggap sebagai bagian dari gaya hidup banyak orang.

Cokelat menjadi hal penting dalam berbagai kondisi dan suasana seperti saat penikmatnya membutuhkan rasa nyaman, merayakan momen penting, atau saat beristirahat sejenak dari kepenatan sehari-hari.

Ciptadi juga menyebutkan bahwa sejak pandemi Covid-19, minat konsumen akan comfort food semakin tinggi, dan konfeksioneri atau camilan manis menjadi salah satu solusi yang kerap dipilih banyak orang utnuk menjaga agar kondisi emosional mereka tetap terjaga.

"Cokelat itu abadi. Jadi salah satu bentuk makanan yang bisa membantu kita memperbaiki mood lagi. 55 persen konsumen di dunia setuju bahwa cokelat dengan berbagai rasa dan tekstur berada pada level yang lebih istimewa," katanya saat acara kunjungan media di Bandung, baru-baru ini. 

Baca juga: Pandemi Covid-19 Bikin Penjualan Cokelat Bergeser ke Segmen Rumah Tangga 

Meski begitu, seiring waktu, banyak orang juga sudah mulai memiliki preferensi konsumsi cokelat yang lebih sehat. Ciptadi mengatakan hal ini terjadi seiring dengan semakin tingginya keinginan untuk menerapkan gaya hidup dengan pola konsumsi tertentu. Ada pula konsumen yang menginginkan beragam manfaat tambahan dari sebuah produk berbahan cokelat.

"83 persen konsumen global setuju bahwa cokelat harus enak dan baik untuk dikonsumsi," terangnya.

Selain itu, Ciptadi juga menuturkan bahwa saat ini banyak konsumen cokelat telah memiliki perhatian terhadap produk-produk cokelat yang berkelanjutan, di mana cokelat berasal dari produsen yang bertanggung jawab khususnya terkait dengan isu lingkungan. 

Dia menjelaskan sebanyak 67 persen konsumen global ingin mengetahui lebih banyak tentang dari mana cokelat yang mereka makan berasal. Termasuk bahan-bahan apa saja yang ada digunakan dalam proses pembuatannya. 

Dengan begitu, semakin banyak konsumen cokelat yang menuntut kepastian bahwa proses produksi cokelat yang mereka konsumsi dari hulu ke hilirnya tidak menimbulkan bahaya baik bagi Bumi, maupun para pekerja yang terlibat di dalamnya.

Baca juga: Ini 5 Manfaat Cokelat untuk Keseheatan 

"Mereka [konsumen] juga sangat menghargai proses pengadaan dan keahlian dalam mengembangkan produk cokelat, karena dua hal ini menjadi perlambangan kualitas cokelat yang bisa mereka percayai," sambung Ciptadi.

Kendati demikian, dia justru menilai bahwa satu hal penting yang harus dihadirkan di Indonesia adalah bagaimana menyajikan cokelat untuk semua orang. Dengan berbagai tingkatan kelas sosial yang ada, para produsen harus memastikan masyarakat bisa menikmati cokelat dengan suguhan ragam cokelat yang sesuai preferensi. 

"Karena yang namanya menghibur diri [dengan cokelat] itu semua orang juga butuh, dan makanan adalah salah satu bentuk yang paling mudah. Jadi, perusahaan-perusahaan [cokelat] ini harus pandai mensegmentasi masyarakat dan menyediakan solusi yang sesuai dengan kebutuhan mereka," tambahnya.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

Mendominasi Rasa Camilan, Bisnis Cokelat di Indonesia Kian Manis

BERIKUTNYA

Fakta Penting Seputar Laver Cup yang Jadi Ajang Penutup Karier Roger Federer

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: