Tampil di G20 Orchestra, 2 Penyanyi Aborigin Ini Bawa Cerita Hubungan Leluhur Australia-Indonesia
08 September 2022 |
21:41 WIB
1
Like
Like
Like
Dua musisi tradisional asal Australia, Ngulmiya (Grant) Nundhirribala, seorang pemimpin upacara ikonis dan pelantun lagu-lagu upacara beserta anaknya, Nayuryurr Nundhirribala, seorang penari dan pemain didjerido akan tampil di gelaran G20 Orchestra.
Konser yang merupakan bagian acara Presidensi G20 ini akan digelar di kawasan Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah pada 12 September 2022 dengan melibatkan musisi dari 18 negara anggota perkumpulan tersebut.
Ngulmiya dan anaknya datang ke Indonesia atas undangan dari pemerintah Indonesia. Keduanya diketahui akan tampil dalam program sequence orchestra paling pertama yang berjudul The Voyage to Marege dengan komposer asal Indonesia, Ananda Sukarlan.
Dalam list pertama ini Ngulmiya akan menyanyikan lagu bertajuk Dhumbhala (Red Flag) yang memiliki makna historis dan berkembang selama berabad-abad hubungan antara keluarganya dengan pelaut-pelaut asal Indonesia di masa silam.
Baca juga: Deretan Musisi Indonesia & Dunia yang Bakal Tampil di G20 Orchestra Borobudur
"Dhumbala ini merupakan lagu yang menceritakan tentang hubungan sejarah berabad-abad lalu antara keluarga saya dengan pelaut-pelaut dari Makassar," papar Ngulmiya saat ditemui awak media di Jakarta, Rabu, (7/8/2022).
Lagu Dhumbala ungkap Ngulmiya, menceritakan tentang bendera merah yang diletakkan para pelaut sebagai sebuah tanda di kapal yang berlabuh di Makassar serta bagaimana hubungan kultural antara suku-suku Aborigin dengan suku di sana yang ada sejak zaman dulu dan masih berlanjut hingga sekarang.
Lewat lagu inilah juga yang akhirnya membuat pemerintah Indonesia memilihnya dibandingkan belasan musisi lain yang ada di Australia meski mereka memiliki histori dan gaya yang sama dalam mewartakan sejarah lewat jalur kesenian, khususnya musik.
Di sela-sela persiapannya saat melakukan gladi resik yang berlangsung di aula simfonia, Jakarta, Ngulmiya mengungkap dia memang sangat menyukai musik tradisional dan bahkan sudah menyanyikan lagu-lagu penduduk asli Arnhem Land sejak kecil.
"Saat saya kecil di waktu-waktu khusus saat mood saya berantakan atau menjelang tidur, sering saya habiskan dengan menyanyikan lagu-lagu tradisional di tempat kami atau mendengarkan cerita dari ayah saya," katanya.
Saat ditanya mengenai persiapan khusus yang dilakukan untuk tampil di acara akbar itu sendiri dia berkata telah mempersiapkannya dengan baik, bahkan secaara khusus dia telah mengecat alat tiup musiknya, didjerido sebelum terbang ke Indonesia.
Ia sendiri mengaku senang dapat tampil bersama puluhan musisi-musisi kelas wahid lain dari negara-negara anggota G20 yang juga merupakan pengalaman anak pertamanya dalam acara internasional dan digadang dapat meneruskan musik tradisional leluhurnya.
Nama anaknya, Nayurryurr, ungkap lelaki yang telah dua kali ke Indonesia dengan pertama kali mengunjungi Flores beberapa tahun lalu ini, juga berasal dari bagian lambung perahu pelaut-pelaut di Makassar.
"Ini merupakan tantangan bagi saya karena harus berkolaborasi dengan banyak musisi serta alat instrumental yang berbeda-beda. Tapi saya optimis karena saat mendengar musik dengan instrumen yang berbeda, musik yang saya mainkan jadi lebih kuat," ungkap Ngulmiya.
Saat ditanya mengenai perkembangan musik dunia yang juga dijadikan pengiring di gelaran orkestra ini Ngulmiya mengungkap musik klasik-modern sudah berkembang dengan baik, terlebih anak-anak muda juga mulai banyak menggemarinya dan dimainkan dengan cara berbeda.
"Bagi saya, sebagai musisi kita memang juga harus mengerti, atau setidaknya mengenal instrumen-instrumen musik lain, baik itu alat musik tradisional ataupun modern karena akan memperkaya kita," tandasnya.
Diketahui, konser G20 Orchestra akan melibatkan musisi yang termasuk dalam keanggotaan dari 18 negara G20. Program ini tidak hanya terpaku pada karya biasa di dunia musik klasik, tetapi juga konten program, serta mengajak masyarakat untuk mengenal musik klasik yang masih relevan dari tahun ke tahun.
Pada gelaran ini, total sebanyak 40-an pemusik muda dunia akan berkumpul dan bergabung bersama 30 musikus Indonesia, mereka akan memainkan musik bersama dan saling mendalami budaya negara-negara lain.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Konser yang merupakan bagian acara Presidensi G20 ini akan digelar di kawasan Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah pada 12 September 2022 dengan melibatkan musisi dari 18 negara anggota perkumpulan tersebut.
Ngulmiya dan anaknya datang ke Indonesia atas undangan dari pemerintah Indonesia. Keduanya diketahui akan tampil dalam program sequence orchestra paling pertama yang berjudul The Voyage to Marege dengan komposer asal Indonesia, Ananda Sukarlan.
Dalam list pertama ini Ngulmiya akan menyanyikan lagu bertajuk Dhumbhala (Red Flag) yang memiliki makna historis dan berkembang selama berabad-abad hubungan antara keluarganya dengan pelaut-pelaut asal Indonesia di masa silam.
Baca juga: Deretan Musisi Indonesia & Dunia yang Bakal Tampil di G20 Orchestra Borobudur
"Dhumbala ini merupakan lagu yang menceritakan tentang hubungan sejarah berabad-abad lalu antara keluarga saya dengan pelaut-pelaut dari Makassar," papar Ngulmiya saat ditemui awak media di Jakarta, Rabu, (7/8/2022).
Lagu Dhumbala ungkap Ngulmiya, menceritakan tentang bendera merah yang diletakkan para pelaut sebagai sebuah tanda di kapal yang berlabuh di Makassar serta bagaimana hubungan kultural antara suku-suku Aborigin dengan suku di sana yang ada sejak zaman dulu dan masih berlanjut hingga sekarang.
Lewat lagu inilah juga yang akhirnya membuat pemerintah Indonesia memilihnya dibandingkan belasan musisi lain yang ada di Australia meski mereka memiliki histori dan gaya yang sama dalam mewartakan sejarah lewat jalur kesenian, khususnya musik.
Di sela-sela persiapannya saat melakukan gladi resik yang berlangsung di aula simfonia, Jakarta, Ngulmiya mengungkap dia memang sangat menyukai musik tradisional dan bahkan sudah menyanyikan lagu-lagu penduduk asli Arnhem Land sejak kecil.
"Saat saya kecil di waktu-waktu khusus saat mood saya berantakan atau menjelang tidur, sering saya habiskan dengan menyanyikan lagu-lagu tradisional di tempat kami atau mendengarkan cerita dari ayah saya," katanya.
Saat ditanya mengenai persiapan khusus yang dilakukan untuk tampil di acara akbar itu sendiri dia berkata telah mempersiapkannya dengan baik, bahkan secaara khusus dia telah mengecat alat tiup musiknya, didjerido sebelum terbang ke Indonesia.
Ia sendiri mengaku senang dapat tampil bersama puluhan musisi-musisi kelas wahid lain dari negara-negara anggota G20 yang juga merupakan pengalaman anak pertamanya dalam acara internasional dan digadang dapat meneruskan musik tradisional leluhurnya.
Nama anaknya, Nayurryurr, ungkap lelaki yang telah dua kali ke Indonesia dengan pertama kali mengunjungi Flores beberapa tahun lalu ini, juga berasal dari bagian lambung perahu pelaut-pelaut di Makassar.
"Ini merupakan tantangan bagi saya karena harus berkolaborasi dengan banyak musisi serta alat instrumental yang berbeda-beda. Tapi saya optimis karena saat mendengar musik dengan instrumen yang berbeda, musik yang saya mainkan jadi lebih kuat," ungkap Ngulmiya.
Saat ditanya mengenai perkembangan musik dunia yang juga dijadikan pengiring di gelaran orkestra ini Ngulmiya mengungkap musik klasik-modern sudah berkembang dengan baik, terlebih anak-anak muda juga mulai banyak menggemarinya dan dimainkan dengan cara berbeda.
"Bagi saya, sebagai musisi kita memang juga harus mengerti, atau setidaknya mengenal instrumen-instrumen musik lain, baik itu alat musik tradisional ataupun modern karena akan memperkaya kita," tandasnya.
Diketahui, konser G20 Orchestra akan melibatkan musisi yang termasuk dalam keanggotaan dari 18 negara G20. Program ini tidak hanya terpaku pada karya biasa di dunia musik klasik, tetapi juga konten program, serta mengajak masyarakat untuk mengenal musik klasik yang masih relevan dari tahun ke tahun.
Pada gelaran ini, total sebanyak 40-an pemusik muda dunia akan berkumpul dan bergabung bersama 30 musikus Indonesia, mereka akan memainkan musik bersama dan saling mendalami budaya negara-negara lain.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.