Ini Loh Manfaat Menanam Mangrove Buat Keseimbangan Lingkungan
31 August 2022 |
17:44 WIB
Karbon biru masih kurang mendapatkan perhatian di antara jenis karbon yang berperan sebagai penawar masalah pemanasan global. Padahal keberadaannya sangat penting dan harus diupayakan bersama-sama, salah satunya dengan menggencarkan penanaman Ini Loh Manfaat Menanam Mangrove.
Sebagaimana diketahui, Indonesia tengah bergulat menekan karbon emisi gas rumah kaca hingga atropogenik karbondioksida.
Bahkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia mencatat inventarisasi gas rumah kaca nasional mencapai 1,87 juta Gg CO2e per 2019. Jumlah ini turut menyokong pemanasan global yang ikut berdampak di Indonesia.
Sayangnya, pentingnya karbon penawar pemanasan global seperti karbon hijau dan karbon biru kurang maksimal. Meski cadangan karbon hijau yang didapat dari tumbuhan sudah cukup baik, perhatian akan karbon biru agaknya masih kurang. Padahal, karbon biru memiliki peranan penting dalam mengendalikan krisis iklim global.
.
Direktur Rehabilitasi Perairan Darat dan Mangrove, Inge Retnowati menyampaikan pemerintah tengah mendukung upaya agar mangrove bisa hidup dalam jangka waktu yang lama. "Penanaman mangrove ini butuh keterlibatan secara teknis dari civil engineering agar tanaman tetap terjaga puluhan tahun dan tidak tersapu air,” kata Inge.
Selain itu, Inge mengatakan Indonesia menjadikan mangrove sebagai flagship dalam G20, sebuah forum utama kerja sama ekonomi internasional. "Kita bangga jadi ekosistem bagi 22% mangrove di dunia melalui 3,3 juta hektare mangrove,” ujarnya.
Akademisi Institut Teknologi Bandung Soni Trison melakukan mini-study mengenai mangrove selama satu bulan. “Dari 5.000 bibit mangrove yang tertanam, sudah bisa menyerap karbon 468,69 per hektare,” kata Soni.
Untuk menjaga ekosistem mangrove, Soni menyarankan agar masyarakat secara kreatif mengembangkan pemanfaatan mangrove. “Mangrove ini mulai berperan 10 sampai 20 tahun lagi. Supaya tetap sustain dan tumbuh ratusan tahun ke depan, salah satu caranya adalah dikembangkan secara kreatif. Misalnya batik yang dibuat dari buah mangrove, atau membuat makanan dari mangrove seperti kerupuk supaya ini bisa berkelanjutan,” jawabnya.
Perwakilan generasi muda, Nana Mirdad turut mendukung komunitas SiapDarling dalam penanaman ribuan bibit mangrove. Dia juga mengajak agar pemuda tidak tutup mata dengan kondisi lingkungan saat ini.
“Harus mau cari tahu dan memulai dari diri sendiri. Jangan merasa tindakan kecil kita tidak punya impact karena kita sebenarnya mempengaruhi satu sama lain,” ucap Nana Mirdad.
Menanggapi hal ini, Djarum Trees for Life turut berpartisipasi untuk menjaga ekosistem karbon biru dengan penanaman 5.000 bibit mangrove di Provinsi Bali. Magrove dipilih sebagai upaya menjaga lingkungan laut berkat kemampuan 5 kali lebih besar dalam menyerap emisi karbon biru dibanding hutan hujan tropis.
FX Supanji selaku Vice President Director Djarum Foundation mengatakan komitmen Djarum Tress for Life yang sudah 14 tahun berkontribusi untuk lingkungan hidup.
“Pantai butuh penahan dari abrasi laut. Sayangnya merawat magrove yang sudah ditanam tidak gampang. Dari ribuan mangrove yang ditanam, 20 persen saja yang bertahan pun sudah baik,” kata FX Supanji.
Bukan mudah menanam mangrove, tanaman ini rawan patah dan terbawa air laut beberapa jam saja setelah penanaman dilaksanakan. Maka diperlukan upaya untuk membuat garis pantai agar air tidak mudah menyapu mangrove yang baru ditanam.
Dalam penanaman 5.000 bibit mangrove kali ini, Djarum Trees For Life turut menggandeng komunitas peduli lingkungan bernama SiapDarling. FX Supanji mengharapkan keterlibatan anak muda ini mampu mendorong semangat yang bisa ditularkan kepada generasi lainnya.
“Kami ingin semangat pemuda ini terus menyala untuk menjaga lingkungan, sehingga semangat positif itulah yang nantinya bisa ditularkan ke yang lain,” lanjut FX Supanji.
Editor: Fajar Sidik
Sebagaimana diketahui, Indonesia tengah bergulat menekan karbon emisi gas rumah kaca hingga atropogenik karbondioksida.
Bahkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia mencatat inventarisasi gas rumah kaca nasional mencapai 1,87 juta Gg CO2e per 2019. Jumlah ini turut menyokong pemanasan global yang ikut berdampak di Indonesia.
Sayangnya, pentingnya karbon penawar pemanasan global seperti karbon hijau dan karbon biru kurang maksimal. Meski cadangan karbon hijau yang didapat dari tumbuhan sudah cukup baik, perhatian akan karbon biru agaknya masih kurang. Padahal, karbon biru memiliki peranan penting dalam mengendalikan krisis iklim global.
.
Direktur Rehabilitasi Perairan Darat dan Mangrove, Inge Retnowati menyampaikan pemerintah tengah mendukung upaya agar mangrove bisa hidup dalam jangka waktu yang lama. "Penanaman mangrove ini butuh keterlibatan secara teknis dari civil engineering agar tanaman tetap terjaga puluhan tahun dan tidak tersapu air,” kata Inge.
Selain itu, Inge mengatakan Indonesia menjadikan mangrove sebagai flagship dalam G20, sebuah forum utama kerja sama ekonomi internasional. "Kita bangga jadi ekosistem bagi 22% mangrove di dunia melalui 3,3 juta hektare mangrove,” ujarnya.
Akademisi Institut Teknologi Bandung Soni Trison melakukan mini-study mengenai mangrove selama satu bulan. “Dari 5.000 bibit mangrove yang tertanam, sudah bisa menyerap karbon 468,69 per hektare,” kata Soni.
Untuk menjaga ekosistem mangrove, Soni menyarankan agar masyarakat secara kreatif mengembangkan pemanfaatan mangrove. “Mangrove ini mulai berperan 10 sampai 20 tahun lagi. Supaya tetap sustain dan tumbuh ratusan tahun ke depan, salah satu caranya adalah dikembangkan secara kreatif. Misalnya batik yang dibuat dari buah mangrove, atau membuat makanan dari mangrove seperti kerupuk supaya ini bisa berkelanjutan,” jawabnya.
Perwakilan generasi muda, Nana Mirdad turut mendukung komunitas SiapDarling dalam penanaman ribuan bibit mangrove. Dia juga mengajak agar pemuda tidak tutup mata dengan kondisi lingkungan saat ini.
“Harus mau cari tahu dan memulai dari diri sendiri. Jangan merasa tindakan kecil kita tidak punya impact karena kita sebenarnya mempengaruhi satu sama lain,” ucap Nana Mirdad.
Menanggapi hal ini, Djarum Trees for Life turut berpartisipasi untuk menjaga ekosistem karbon biru dengan penanaman 5.000 bibit mangrove di Provinsi Bali. Magrove dipilih sebagai upaya menjaga lingkungan laut berkat kemampuan 5 kali lebih besar dalam menyerap emisi karbon biru dibanding hutan hujan tropis.
FX Supanji selaku Vice President Director Djarum Foundation mengatakan komitmen Djarum Tress for Life yang sudah 14 tahun berkontribusi untuk lingkungan hidup.
“Pantai butuh penahan dari abrasi laut. Sayangnya merawat magrove yang sudah ditanam tidak gampang. Dari ribuan mangrove yang ditanam, 20 persen saja yang bertahan pun sudah baik,” kata FX Supanji.
Bukan mudah menanam mangrove, tanaman ini rawan patah dan terbawa air laut beberapa jam saja setelah penanaman dilaksanakan. Maka diperlukan upaya untuk membuat garis pantai agar air tidak mudah menyapu mangrove yang baru ditanam.
Dalam penanaman 5.000 bibit mangrove kali ini, Djarum Trees For Life turut menggandeng komunitas peduli lingkungan bernama SiapDarling. FX Supanji mengharapkan keterlibatan anak muda ini mampu mendorong semangat yang bisa ditularkan kepada generasi lainnya.
“Kami ingin semangat pemuda ini terus menyala untuk menjaga lingkungan, sehingga semangat positif itulah yang nantinya bisa ditularkan ke yang lain,” lanjut FX Supanji.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.