Dubes Uni Eropa Tanam Mangrove Dukung Pekan Diplomasi Iklim 2021
16 October 2021 |
21:50 WIB
Isu perubahan iklim menjadi salah satu hal yang sangat krusial untuk menjadi perhatian semua pihak. Pasalnya, dampak yang disebabkan perubahan iklim bisa mengancam keberlangsungan hidup manusia. Setidaknya, hal itu yang menjadi latar belakang berbagai inisiatif lingkungan.
Baru-baru ini, Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia, Vincent Puket, melaksanakan penanaman mangrove di Taman Wisata Alam (TWA) Angke Kapuk, Kanal Muara, Jakarta Utara, Sabtu (16/10). Kegiatan itu merupakan salah satu dari rangkaian acara dalam Pekan Diplomasi Iklim 2021 yang dilaksanakan mulai 11 sampai 16 Oktober 2021.
Acara ini menjadi bagian dari kampanye global tahunan untuk mendorong kolaborasi dan aksi positif terkait perubahan iklim. Tahun ini, Pekan Diplomasi Iklim mengangkat tema Ambisi dan Aksi.
Sebanyak 75 pohon mangrove ditanam oleh Piket bersama para Delegasi Negara Anggota Uni Eropa seperti Duta Besar Uni Eropa untuk ASEAN Igor Driesmans, Duta Besar Finlandia untuk Indonesia Jari Sinkari, Duta Besar Finlandia untuk Indonesia Lambert Grijns, dan beberapa delegasi lainnya dari Rumania, Prancis, Belgia, Denmark, Austria dan Republik Ceko.
Penanaman mangrove ini merupakan salah satu aksi nyata untuk mengatasi perubahan iklim serta sebagai salah satu cara untuk mengurangi pemanasan global yang diprediksi akan bertambah 1,50 C dalam beberapa tahun ke depan.
Piket mengatakan penanaman mangrove sangat penting untuk menyimpan karbon yang dapat menyebabkan pemanasan global. Menurutnya, Indonesia dan beberapa negara bagian lainnya kehilangan mangrove setiap tahunnya yang secara tidak langsung juga menghilangkan penyerap karbon potensial. Oleh sebab itu, penting untuk segera dilakukan pemulihan melalui restorasi mangrove.
“Sangat menyenangkan di sini, sangat damai dan sangat natural karena berbeda dengan apa yang kita lihat di sepanjang jalan perkantoran yang dipenuhi dengan gedung-gedung kaca. Secara khusus kami sangat mengapresiasi mitra lokal kami, Carbonetchics, untuk sama-sama berjuang dalam mengatasi krisis iklim,” ujarnya.
Sementara itu, Wakil Direktur TWA Kapuk, Andhika Rauli Danangputra, mengatakan kawasan mangrove sangat dibutuhkan di Jakarta yang menurutnya sangat kekurangan lahan hijau terbuka, tingkat polusi udara yang cukup tinggi serta mulai mengalami erosi dan abrasi garis pantai.
Dia menjelaskan bahwa lahan mangrove terbesar berada di Sumatera dan TWA sendiri memiliki lahan seluas 99,82 hektar. Meskipun cenderung memiliki masa tanam yang cukup lama, dia mengatakan perlu aksi yang lebih masif untuk penanaman mangrove demi keberlangsungan iklim yang lebih baik.
“Kalau yang kecil itu bisa dilihat dari jumlah daunnya, satu daun menandakan usianya satu bulan, kalau untuk dewasa membutuhkan waktu 10-15 tahun. Memang sangat lama karena itu diperlukan aksi lebih banyak lagi untuk menanam mangrove ini,” jelasnya.
Baru-baru ini, Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia, Vincent Puket, melaksanakan penanaman mangrove di Taman Wisata Alam (TWA) Angke Kapuk, Kanal Muara, Jakarta Utara, Sabtu (16/10). Kegiatan itu merupakan salah satu dari rangkaian acara dalam Pekan Diplomasi Iklim 2021 yang dilaksanakan mulai 11 sampai 16 Oktober 2021.
Acara ini menjadi bagian dari kampanye global tahunan untuk mendorong kolaborasi dan aksi positif terkait perubahan iklim. Tahun ini, Pekan Diplomasi Iklim mengangkat tema Ambisi dan Aksi.
Sebanyak 75 pohon mangrove ditanam oleh Piket bersama para Delegasi Negara Anggota Uni Eropa seperti Duta Besar Uni Eropa untuk ASEAN Igor Driesmans, Duta Besar Finlandia untuk Indonesia Jari Sinkari, Duta Besar Finlandia untuk Indonesia Lambert Grijns, dan beberapa delegasi lainnya dari Rumania, Prancis, Belgia, Denmark, Austria dan Republik Ceko.
Para rombongan delegasi Uni Eropa dalam kegiatan penanaman mangrove di Taman Wisata Alam (TWA) Angke Kapuk, Kanal Muara, Jakarta Utara, Sabtu (16/10)-Dok. Luke Andaresta/Hypeabis.id
Penanaman mangrove ini merupakan salah satu aksi nyata untuk mengatasi perubahan iklim serta sebagai salah satu cara untuk mengurangi pemanasan global yang diprediksi akan bertambah 1,50 C dalam beberapa tahun ke depan.
Piket mengatakan penanaman mangrove sangat penting untuk menyimpan karbon yang dapat menyebabkan pemanasan global. Menurutnya, Indonesia dan beberapa negara bagian lainnya kehilangan mangrove setiap tahunnya yang secara tidak langsung juga menghilangkan penyerap karbon potensial. Oleh sebab itu, penting untuk segera dilakukan pemulihan melalui restorasi mangrove.
“Sangat menyenangkan di sini, sangat damai dan sangat natural karena berbeda dengan apa yang kita lihat di sepanjang jalan perkantoran yang dipenuhi dengan gedung-gedung kaca. Secara khusus kami sangat mengapresiasi mitra lokal kami, Carbonetchics, untuk sama-sama berjuang dalam mengatasi krisis iklim,” ujarnya.
Proses kegiatan penanaman mangrove di Taman Wisata Alam (TWA) Angke Kapuk, Kanal Muara, Jakarta Utara, Sabtu (16/10)-Dok. Luke Andaresta/Hypeabis.id
Dia menjelaskan bahwa lahan mangrove terbesar berada di Sumatera dan TWA sendiri memiliki lahan seluas 99,82 hektar. Meskipun cenderung memiliki masa tanam yang cukup lama, dia mengatakan perlu aksi yang lebih masif untuk penanaman mangrove demi keberlangsungan iklim yang lebih baik.
“Kalau yang kecil itu bisa dilihat dari jumlah daunnya, satu daun menandakan usianya satu bulan, kalau untuk dewasa membutuhkan waktu 10-15 tahun. Memang sangat lama karena itu diperlukan aksi lebih banyak lagi untuk menanam mangrove ini,” jelasnya.
Editor: Roni Yunianto
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.