Ilustrasi panjat pinang (Sumber gambar: Zoraya Project/Unsplash)

Asal-usul Panjat Pinang, Lomba 17 Agustusan Warisan Orang-Orang Belanda

16 August 2022   |   09:46 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Like
Sebentar lagi, Indonesia akan merayakan hari jadinya yang ke-77 tahun. Pada peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan RI itu, biasanya masyarakat akan merayakannya dengan mengadakan ragam perlombaan tradisional, salah satu yang banyak dinantikan adalah lomba panjat pinang.

Dalam perlombaan tersebut, biasanya akan diikuti oleh beberapa orang yang tergabung dalam tim. Setiap tim harus bekerja sama memanjat batang pohon pinang yang licin untuk sampai puncak dan mengambil beberapa hadiah yang telah disiapkan.

Karena perlombaan ini terbilang cukup sulit dan membutuhkan tenaga yang sangat kuat, biasanya hanya diikuti oleh para peserta laki-laki. Pasalnya, untuk sampai ke puncak pohon pinang, seseorang harus menginjak bahu beberapa teman setimnya seolah-seolah seperti tangga. Dalam permainannya, tak jarang mereka harus terjatuh.

Baca Juga : Simak Historis di Balik Lomba Makan Kerupuk Tiap Agustusan  
 

Asal-usul Lomba Panjat Pinang

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dijelaskan bahwa panjat pinang adalah jenis permainan yang dilombakan, di mana peserta akan memanjat pohon pinang yang sudah dikuliti dan diberi cairan pelicin.

Orang yang memanjat kemudian memperebutkan barang-barang yang digantungkan di atasnya, dan biasanya diadakan untuk memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.

Lomba yang merupakan aktivitas identik dalam setiap perayaan HUT RI itu rupanya memiliki histori yang cukup panjang. Nyatanya, lomba panjat pinang merupakan warisan permainan yang telah ada sejak masa penjajahan Belanda.

Saat itu bangsa Belanda menggunakan panjat pinang sebagai hiburan pada acara perayaan-perayaan penting, seperti pesta pernikahan, ulang tahun orang-orang kenamaan, dan perayaan penting lainnya.

Cara permainanya pun sama seperti saat ini, di mana batang pohon pinang dilumuri minyak agar sulit untuk dipanjat, lalu sekolompok orang harus bisa memanjat untuk mendapatkan hadiah di puncak pohon pinang tersebut.

Di puncak, sudah tergantug hadiah-hadiah yang menarik. Dahulu, hadiah-hadaih tersebut berupa barang-barang pokok, seperti beras, tepung, pakaian, dan lainnya. Peserta lomba harus berusaha keras untuk mendapatkan barang-barang pokok tersebut, karena pada zamannya barang itu memiliki nilai yang sangat mahal.

Baca Juga : Sejarah Tarik Tambang, Salah Satu Lomba Wajib 17 Agustusan 

 


Perayaan Ulang Tahun Ratu Belanda

Jika saat ini panjat pinang dilakukan untuk memeriahkan peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia, pada zaman kolonial, panjat pinang dilakukan sebagai hiburan untuk memperingati ulang tahun Ratu Belanda Wihelmina Helena Pauline Marie van Orange-Nassau.

Wihelmina adalah ahli waris mahkota Kerajaan Belanda. Uniknya, jika saat ini panjat pinang dilakukan setiap tanggal 17 Agustus, dahulu panjat pinang dilakukan setiap tanggal 31 Agustus yang merupakan hari ulang tahun sang ratu.

Kala itu, perayaan ulang tahun ratu merupakan acara besar yang dirayakan keluarga, kolega, kalangan bangsawan dan koloni-koloni Belanda di belahan dunia lain. Oleh karena itu, pada perayaan ulang tahunya selalu dihadirkan hiburan panjat pinang yang sampai saat ini masih menjadi tradisi perlombaan di Indonesia.

Baca Juga : Cocok Diputar Untuk 17 Agustusan, Ini 8 Lagu yang Bikin Semangat Menggelora
 

Menjadi Simbol Penindasan

Pada zaman kolonial, peserta lomba panjat pinang adalah rakyat pribumi, sedangkan orang-orang Belanda hanyalah sebagai penonton. Orang-orang pribumi yang berusaha dengan susah payah saling injak-menginjak temannya untuk berusaha mendapatkan hadiah berupa barang-barang pokok yang saat itu bernilai tinggi, menggambarkan bahwa saat itu masyarakat Indonesia miskin.

Sedangkan orang-orang Belanda hanya menonton yang menurut mereka itu adalah pertunjukan yang menarik. Pertunjukan rakyat pribumi yang melakukan panjat pinang hingga terjatuh, terinjak-injak dan kesulitan menjadi hiburan tersendiri bagi orang-orang Belanda.
 

Sempat Dilarang di Aceh

Latar belakg histori panjat pinang itu pun membuat Pemkot Kota Langsa, Aceh sempat melarang lomba panjat pinang pada perayaan HUT ke-74 Republik Indonesia yang lalu.

Larangan tersebut tertuang dalam surat Instruksi Wali Kota Langsa bernomor 450/2381/2019 tentang peringatan HUT Ke-74 Kemerdekaan Republik Indonesia Tahun 2019.

Namun, terlepas dari sejarahnya yang panjang dan terkait hal-hal negatif, perlombaan panjat pinang dinilai memiliki makna filosofis tersendiri. Panjat pinang dinilai mengajarkan makna untuk berjuang mencapai kemerdekaan. Kegiatan beregu ini juga dinilai dapat melatih kerja sama, kecerdikan, dan saling menopang antar pemain.

Selain itu, tradisi panjat pinang juga dapat menyingkirkan ego pribadi untuk mencapai kemerdekaan dan mengajarkan bahwa hasil kemerdekaan harus dibagi rata dalam masyarakat. Gimana nih tanggapan Genhype? Kalian tertarik ikut lomba panjat pinang? 

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)


Editor : Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

Ajak Si Kecil Aktif, Ini 6 Olahraga yang Seru & Bermanfaat untuk Anak

BERIKUTNYA

Kiat Menciptakan Ruang Nyaman ala Kamar Hotel  

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: