Ilustrasi orang sedang divaksin- CDC (Unsplash)

Vaksin AstraZeneca Sebabkan Pembekuan Darah? Begini Penjelasannya

21 June 2021   |   15:24 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Program vaksinasi di Indonesia sudah berjalan sekitar lima bulan dan telah mencakup 22?ri target populasi yang divaksin sebesar 181,5 juta orang.

Hingga saat ini, sejumlah vaksin telah digunakan dalam program ini, di antaranya CoronaVac dari Sinovac, Covid-19 dari PT BioFarma, dan Vaksin AstraZeneca. Dalam waktu dekat, vaksin Sinopharm dari China juga akan digunakan dalam skema vaksin gotong royong.

Namun, di tengah berjalannya proses vaksinasi, banyak pertanyaan yang muncul terkait dengan keamanan vaksin AstraZeneca, salah satunya adalah terkait dengan isu bahwa vaksin ini dapat menyebabkan pembekuan darah yang bisa berakibat fatal yaitu kematian.

Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Zullies Ikawati mengatakan bahwa hasil evaluasi European Medicines Agency (EMA), sejauh ini memang dijumpai ada hubungan kuat antara kejadian pembekuan darah dengan penggunaan vaksin AstraZeneca namun kejadiannya sangat jarang.

Dia juga mengatakan bahwa sampai 5 Mei 2021, di Eropa telah ada laporan kejadian pembekuan darah akibat vaksin ini sebanyak 262 kasus, dengan 51 di antaranya meninggal, dari penggunaan sebanyak 30 juta dosis vaksin.

“Jika dihitung, maka persentase kejadiannya sangat kecil sekali. Itulah makanya EMA, semacam BPOM-nya Eropa, masih menilai bahwa kalaupun memang vaksin ini dapat menyebabkan reaksi pembekuan darah, manfaatnya masih lebih besar daripada risikonya sehingga vaksin ini tetap boleh diberikan,” ujarnya.

Terkait dengan penyebab pembekuan darah oleh vaksin AstraZeneca, Zullies mengatakan bahwa mekanisme pastinya masih diteliti. Namun, peneliti Jerman, Greinacher, menduga reaksi pembekuan darah yang jarang ini berkaitan dengan platform vaksinnya, yaitu viral vector menggunakan adenovirus.

“Memang belum bisa dipastikan, tetapi penelitian sebelumnya menggunakan platform adenovirus ternyata menghasilkan reaksi yang sama, yaitu aktivasi platelet yang menyebabkan pembekuan darah. Itu juga dijumpai pada penggunaan vaksin Johnson and Johnson,” imbuh Zullies.

Lebih lanjut, dia juga mengatakan bahwa pembekuan darah juga terjadi diduga ada reaksi imun yang berlebihan terhadap vaksin yang berasal dari adenovirus, ketika vaksin tersebut berkaitan dengan platelet, kemudian memicu serangkaian reaksi imun yang menyebabkan terjadinya pembekuan darah.

Reaksi tersebut mirip dengan reaksi yang dijumpai pada pasien yang sensitif terhadap heparin, suatu obat pengencer darah. Alih-alih mengencerkan darah, justru mengakibatkan darah menjadi membeku.

“Reaksi ini disebut heparin-induced thrombocytopenia and thrombosis (HITT or HIT type 2). Mungkin analoginya adalah reaksi syok anafilaksis akibat pemberian antibiotik golongan penisilin yang jarang terjadi dan tidak selalu bisa diprediksi,” ungkapnya. 

Editor: Dika Irawan

SEBELUMNYA

Tampilkan Koleksi Seni Modern Unggulan, Rumah Lelang Korea Bersiap untuk Penjualan Terbesar

BERIKUTNYA

Ketahui Risiko Kesehatan saat Memakai Earphone & Cara Mengatasinya

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: