Begini Makna & Filosofi Janur Kuning yang Sering Jadi Penanda Hajatan
31 July 2022 |
19:21 WIB
Memasang janur kuing menjadi petunjuk bahwa di tempat tersebut sedang ada hajatan, misalnya pesta penikahan. Hal ini memang telah menjadi fenomena umum di masyarakat Indonesia. Akan tetapi, tampaknya masih banyak yang tidak tahu apa arti dan filosofi yang terkandung dalam janur tersebut.
Di banyak daerah di seluruh pelosok Nusantara, janur kuning telah menjadi bagian kehidupan yang tak terpisahkan. Ini sangat bisa dimengerti, karena pelepah daun muda berwarna kuning keputihan ini merupakan tanaman tropis dari pohon kelapa, yang tumbuh subur di setiap penjuru Bumi Pertiwi.
Baca Juga : Kunci Penting Keberlanjutan Warisan Budaya
Kebudayaan yang ada Indonesia menunjukkan bahwa masyarakat memanfaatkan janur untuk berbagai keperluan dan fungsi. Mulai dari perangkat keperluan kuliner, ritual tradisi, keagamaan, hingga sebagai elemen estetika dekoratif yang menghadirkan kreasi keindahan.
Simbolisasi pemakaian janur kuning telah tercatat semenjak berabad silam, terutama pada suku Jawa, Bali, dan Sunda. Lipatan daun kelapa muda ini lazimnya digunakan sebagai penghias sekaligus penanda sebuah ritual, perayaan atau perhelatan besar.
Dalam tradisi Jawa, janur yang dianggap sebagai simbol kebahagiaan ini diolah menjadi beragam bentuk dan fungsi. Dalam tradisi perkawinan adat Jawa, janur dirangkai menjadi kembar mayang yang dipajang di pelaminan. Kreasi itu menyimbolkan penyatuan dua individu dalam wadah rumah tangga; sementara warna keputihan pada janur diharapkan menjadi doa agar cinta dan kasih sayang di antara mempelai dapat selalu muda laksana janur.
Tak hanya itu, Janur juga dibentuk bulat semacam bokor dan umbul-umbul yang dipasang di pinggir jalan atau gang masuk rumah sebagai penanda atau penunjuk jalan ke rumah sang empunya hajat.
Baca Juga : Alasan Kalian Tidak Bisa Sembarangan Mengubah Motif Kain Tradisional
Menurut Ineke Turangan, dosen dan visioner di dunia bunga, salah satu teknik yang dipakai untuk melengkapi bentuk kembar mayang adalah menggunakan teknik Gembung, yaitu teknik baru yang mengkreasikan bentuk janur lebih besar di bagian bawah, makin ke atas semakin mengecil. Hal ini merupakan simbolisasi penyembahan diri terhadap Tuhan.
Berbeda lagi makna dan fungsinya dengan Jawa, bagi masyarakat Sunda janur biasa digunakan sebagai pembungkus makanan. Hal itu dikarenakan sifat janur yang kuat serta tahan panas. Ditambah lagi, janur juga menciptakan aroma tersendiri yang membuat makanan terasa lebih enak.
Sementara di Bali, rangkaian janur yang disebut penjor ini lebih dominan digunakan sebagai alat dalam upacara adat penduduk setempat. Penjor biasanya dirangkai dalam berbagai bentuk dan umumnya berupa umbul-umbul yang diikat pada sebuah bambu panjang dan dipasang di tepi jalan. Penjor dijadikan simbol untuk mengungkapkan syukur atas anugerah Tuhan. Bahkan, dalam beberapa kesempatan, penjor juga digunakan sebagai sarana penangkal bala
Editor: Syaiful Millah
Di banyak daerah di seluruh pelosok Nusantara, janur kuning telah menjadi bagian kehidupan yang tak terpisahkan. Ini sangat bisa dimengerti, karena pelepah daun muda berwarna kuning keputihan ini merupakan tanaman tropis dari pohon kelapa, yang tumbuh subur di setiap penjuru Bumi Pertiwi.
Baca Juga : Kunci Penting Keberlanjutan Warisan Budaya
Kebudayaan yang ada Indonesia menunjukkan bahwa masyarakat memanfaatkan janur untuk berbagai keperluan dan fungsi. Mulai dari perangkat keperluan kuliner, ritual tradisi, keagamaan, hingga sebagai elemen estetika dekoratif yang menghadirkan kreasi keindahan.
Simbolisasi pemakaian janur kuning telah tercatat semenjak berabad silam, terutama pada suku Jawa, Bali, dan Sunda. Lipatan daun kelapa muda ini lazimnya digunakan sebagai penghias sekaligus penanda sebuah ritual, perayaan atau perhelatan besar.
Filosofi Janur
Kata janur berasal dari bahasa Arab yang artinya cahaya dari surga, sedangkan kata kuning diambil dari bahasa Jawa yang berarti suci. Janur kuning sendiri merupakan daun muda dari beberapa jenis tumbuhan palma besar, terutama kelapa, enau, dan rumbia yang biasanya dirangkai menjadi untaian menjulang keatas menyerupai umbul-umbul. Namun belakangan janur kuning dikreasikan menjadi aneka bentuk rangkaian seperti bunga tangan dan perhiasan.Dalam tradisi Jawa, janur yang dianggap sebagai simbol kebahagiaan ini diolah menjadi beragam bentuk dan fungsi. Dalam tradisi perkawinan adat Jawa, janur dirangkai menjadi kembar mayang yang dipajang di pelaminan. Kreasi itu menyimbolkan penyatuan dua individu dalam wadah rumah tangga; sementara warna keputihan pada janur diharapkan menjadi doa agar cinta dan kasih sayang di antara mempelai dapat selalu muda laksana janur.
Tak hanya itu, Janur juga dibentuk bulat semacam bokor dan umbul-umbul yang dipasang di pinggir jalan atau gang masuk rumah sebagai penanda atau penunjuk jalan ke rumah sang empunya hajat.
Baca Juga : Alasan Kalian Tidak Bisa Sembarangan Mengubah Motif Kain Tradisional
Menurut Ineke Turangan, dosen dan visioner di dunia bunga, salah satu teknik yang dipakai untuk melengkapi bentuk kembar mayang adalah menggunakan teknik Gembung, yaitu teknik baru yang mengkreasikan bentuk janur lebih besar di bagian bawah, makin ke atas semakin mengecil. Hal ini merupakan simbolisasi penyembahan diri terhadap Tuhan.
Berbeda lagi makna dan fungsinya dengan Jawa, bagi masyarakat Sunda janur biasa digunakan sebagai pembungkus makanan. Hal itu dikarenakan sifat janur yang kuat serta tahan panas. Ditambah lagi, janur juga menciptakan aroma tersendiri yang membuat makanan terasa lebih enak.
Sementara di Bali, rangkaian janur yang disebut penjor ini lebih dominan digunakan sebagai alat dalam upacara adat penduduk setempat. Penjor biasanya dirangkai dalam berbagai bentuk dan umumnya berupa umbul-umbul yang diikat pada sebuah bambu panjang dan dipasang di tepi jalan. Penjor dijadikan simbol untuk mengungkapkan syukur atas anugerah Tuhan. Bahkan, dalam beberapa kesempatan, penjor juga digunakan sebagai sarana penangkal bala
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.