Pengusaha TP Rachmat mendapatkan Paramadina Award di Jakarta(sumber gambar: Hypeabis.id/ Yudi Supriyanto)

T.P. Rachmat Mengenang Dua Tokoh Cendekiawan Muslim saat Pidato di Paramadina

04 June 2022   |   17:03 WIB
Image
Yudi Supriyanto Jurnalis Hypeabis.id

Konglomerat pemilik Grup Triputra, Theodore Permadi Rachmat mengenang dua tokoh nasional, yakni mantan Ketua Umum PP Muhamadiyah Buya Syafi’i Maarif, dan pendiri Universitas Paramadina Nurcholish Madjid yang disebutnya sebagai tokoh panutan bagi Bangsa Indonesia.

Hal itu disampaikan T.P Rachmat dalam pidato penerimaan Paramadina Award di Universitas Paramadina, Jakarta pada Sabtu 4 Juni 2022. Pengusaha yang dikenal sebagai seorang filantropis ini mengatakan bahwa Bangsa Indonesia membutuhkan lebih banyak lagi tokoh seperti Buya Syafi’i Maarif, seorang tokoh yang begitu yakin bahwa agama yang benar harus selaras dengan ke-Indonesiaan dan kemanusiaan.

Bagi pria kelahiran Kadipaten, Majalengka, Jawa Barat pada 1943 itu, Buya adalah seorang tokoh yang memahami agama yang dianut dengan jernih dan sampai ke inti terdalam, dan menemukan bahwa di dasar semua agama selalu terdapat ajaran yang universal dan sederhana.

“Seluruh hidup dan karya beliau, adalah wujud harapan beliau untuk Indonesia yang bineka tunggal ika. Indonesia yang beragam dan berbeda-beda namun tetap dan terus setia pada prinsip kesatuan dan persatuan,” katanya.

Baca juga: T.P Rachmat : Pendidikan Adalah Segalanya

Selain Buya Syafi’i Maarif, dalam kesempatan itu, konglomerat yang masuk dalam daftar 10 orang terkaya di Indonesia versi Forbes tersebut juga mengenang pendiri Universitas Paramadina, yakni Nurcholis Madjid.

T.P.  Rachmat mengagumi sosok Nurcholis Madjid dengan ke-Islaman yang terbuka. Nurcholis Madjid membangun sebuah lembaga pendidikan dengan tujuan untuk membangun generasi muda yang memiliki kedalaman iman, kepekaan nurani, ketajaman nalar, kecakapan karya, keluasan wawasan, dan kemandirian jiwa.

Dalam pidatonya, dia menuturkan bahwa bangsa ini perlu sadar bahwa Indonesia yang besar hanya akan terjadi bila perbedaan suku, agama, ras, dan antargolongan tidak dipermasalahkan, untuk mencapai cita-cita bersama. Perbedaan-perbedaan itu  justru dapat diterima, dihormati, mendewasakan, dan bahkan dirayakan sebagai kekuatan unik yang tidak dimiliki oleh bangsa-bangsa yang lain.

Tidak hanya itu, pendidikan juga menjadi kunci agar Bangsa Indonesia menjadi bangsa yang besar, dan terus ada sampai seribu tahun. Pendidikan yang diperlukan adalah pendidikan yang paripurna atau yang lengkap yang tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan.

“Namun, menanamkan fondasi yang kokoh dalam hal nasionalisme, spiritualitas, nilai-nilai inti, dan cara berpikir yang benar,” katanya.

Menurutnya, bangsa ini membutuhkan kombinasi dari unsur-unsur tersebut agar dapat terus tumbuh menuju kejayaan dan kemuliaannya. Dia pun mengajak semua pihak untuk mengambil peran aktif dalam dunia pendidikan.

Untuk individu yang menjadi pengusaha, dia menuturkan agar menjadi pegusaha yang tidak berhenti pada ukuran-ukuran ekonomi yang memuaskan diri. Namun, menjadi pengusaha yang membuka diri untuk berkolaborasi dengan institusi pendidikan, memberikan dukungan finansial yang diperlukan, serta membantu dunia pendidikan dengan sarana, kesempatan, serta pengalaman yang dimilikinya.
 
Dia menyarankan agar tokoh agama memahami agama sampai ke inti-inti ajarannya. “Jadilah tokoh agama yang mengabarkan perdamaian, kasih sayang, dan kemanusiaan. Jangan terjebak pada dogma dan fanatisme sempit yang justru membuat agama menjauhkan manusia dan manusia lainnya, atau bahkan menjauhkan manusia dari tuhan,” katanya.

Ayah dari tiga anak ini menyarankan untuk para orang tua agar tidak semata-mata mengukur dan membandingkan anak berdasarkan nilai-nilai ilmu pengetahuannya. Orang tua juga harus mendidik anak dan menjadi panutan dalam menumbuhkan jiwa nasionalisme, pemupukan spiritualitas, penanaman nilai-nilai inti, serta cara berpikir yang benar.
 
Sementara itu, sebagai tokoh pengusaha sukses T.P Rachmat juga menyerukan anak muda agar menjadi individu yang rendah hati. Potensi yang besar, semangat yang menyala-nyala, intelegensi yang tinggi, akan sempurna bila dikombinasikan dengan jiwa yang rendah hati.

Menurutnya, kerendahan hati mendekatkan dan memudahkan untuk menerima pengajaran dan pembelajaran, baik berupa anugerah dari tuhan, ilmu dari sesama, maupun dari kehidupan.

Editor: Fajar Sidik

SEBELUMNYA

Intip Keseruan Penonton Menikmati Tur Paddock Tim Formula E Jakarta 2022

BERIKUTNYA

Jadi Juara Formula E Jakarta, Ini Profil Mitch Evans

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: