Mie Kepiting, salah satu menu favorit di Mie Aceh Seulawah (Sumber gambar : Istimewa)

Keistimewaan Mie Aceh Seulawah yang dapat Berkah dari Bencana

14 May 2022   |   21:00 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Aceh, provinsi di ujung barat Indonesia tidak lepas dari sejarah dunia. Pada abad ke-16, daerah yang kini dijuluki Serambi Mekah itu memiliki posisi strategis sebagai pusat perdagangan rempah global menggantikan Malaka yang ditaklukan Portugis pada 1511.

Tentu saja, Aceh sebagai jalur perdagangan global ini berpengaruh pada budaya kulinernya yang kaya rempah. Salah satu sajian yang terkenal yakni Mie Aceh. Kuliner mie dengan kuah atau bumbu kental dan pekat tersebut, kini sudah cukup familiar di lidah masyarakat Indonesia pada umumnya, bukan hanya warga Aceh semata. 

Namun dari banyak warung yang menjual kuliner tersebut di Jakarta saat ini, jangan lupakan nama Mie Aceh Seulawah. Cita rasa yang ditawarkannya terbilang jempolan. 

Memakai mie kuning kenyal mirip spageti sebagai bahan utama, mie ini dapat disajikan dengan direbus, digoreng, maupun ditumis. Namun yang pasti, 22 jenis bumbu racikan termasuk rempah masuk ke dalam proses memasaknya. 

"Diracik dari 22 bumbu. Semua rempah masuk, ketumbar, kayu manis, lada, kas-kas, jinten, bawang putih, bawang merah, kapulaga, cengkeh, semua masuk," tutur Ratna Dwikora, pemilik dan pendiri Mie Aceh Seulawah saat berbincang dengan Hypeabis.id beberapa waktu lalu.

(Baca juga: 9 Kuliner Khas Timur Tengah yang Wajib Dicicipi)

Merintis usaha sejak 1996 dari sebuah kantin di kantor pemerintahan, Ratna tetap menjaga cita rasa khas resep warisan ibunda yang dikenal memiliki keahlian khusus memasak di kampung halamannya, Pidie. Semua bumbu diracik sendiri, walaupun ada sedikit penyesuaian rasa agar diterima lidah masyarakat Jakarta. Kuah kari kental itu dikurangi tingkat keasaman dan pedasnya.

Keistimewaan lain tentu terletak pada mie yang juga dibuat sendiri sejak usaha kuliner ini berdiri. Mie yang digiling dan dicetak secara mandiri itu pun mampu menyerap bumbu khas Seulawah. 

"Mie kami kenyal dan besar. Kami tidak pakai pengawet, bahan kimia. Dengan tekstur mie yang kami buat sendiri, bumbu bisa meresap ke mie, tidak ada selaput atau lapisan. Makanya kalau kita makan, mienya terasa bumbu," jelas Ratna. 

Untuk menyeragamkan cita rasa dari seluruh outlet yang dimiliki, Ratna lantas membuat pabrik kecil khusus untuk memproduksi mie dan bumbu rahasia Seulawah. Setiap hari produksi dilakukan dan tidak ada yang disimpan karena tidak dipakainya bahan pengawet untuk menjaga kualitas Seulawah. 

Selama 26 tahun menjalani usaha, Ratna mampu memetakan karakteristik outlet agar produksi mie dan bumbu tidak terbuang sia-sia. "Kalau sudah jualan lama, iramanya ketemu," imbuhnya.

Adapun Mie Aceh Seulawah dijual dengan harga mulai dari Rp28.000-Rp85.000 dengan beragam isian seperti daging sapi, ayam, udang, kepiting, hingga sayuran (vegetarian). Tidak hanya mie, Ratna juga menjual masakan Aceh lainnya seperti ayam tangkap, ikan kayu, gulai, hingga kari.

Bicara soal merintis usaha, jatuh bangun pasti dirasakan. Bermodal Rp6 juta dari pinjaman dari bank, Ratna harus bekerja ekstra mengenalkan Mie Aceh yang kala itu masih asing di lidah warga Jakarta. Pelanggan 70 persen hanya warga Aceh saja yang tinggal di ibu kota. Namun berkah datang justru dari bencana.

Gempa bumi dan tsunami Aceh pada 2004, membuat nama Mie Aceh Seulawah melambung tinggi di Jakarta. Bencana itu mengenalkan Aceh kepada masyarakat nasional hingga dunia. 

Banyak warga Jakarta lantas penasaran dengan hal berbau Aceh, termasuk kulinernya. Sejak saat itu, Mie Aceh Seulawah laris manis hingga mampu melahirkan 15 cabang yang tersebar di Jabodetabek, menjual 200-300 porsi per hari, serta mengumpulkan omzet hingga ratusan juta rupiah per bulannya. 

"Dalam 10 tahun ini penikmat Mie Aceh Seulawah 70 persen sudah diterima masyarakat umum. Pada masa awal, tidak semua orang berani coba. Seiring waktu, pandangan orang tentang masakan Aceh berubah. Ternyata tidak seseram yang dibayangkan," ujar Ratna. 

Mie Aceh Seulawah pun sempat mendapat promosi gratis dari pemerintah pada perhelatan MotoGP Mandalika 2022 di Nusa Tenggara Barat, Maret lalu lho. Melihat potensi kuliner ini, Ratna memiliki target membuka cabang di wilayah timur, seperti di Bali, Irian, dan Sulawesi. Pangsa pasarnya pun usia 18-45 yang dikenal doyan jajan. 
 


Editor: Fajar Sidik

SEBELUMNYA

Peneliti BRIN Ungkap Penyebab Suhu Panas di Sejumlah Wilayah Indonesia

BERIKUTNYA

Kenalan Yuk Sama 5 Pria Punggawa Bulu Tangkis Indonesia di Piala Thomas

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: