Waspadai Penyakit Lupus, Kenali Gejala & Penyebabnya
10 May 2022 |
10:38 WIB
Tiap 10 Mei diperingati sebagai Hari Lupus Sedunia. Peringatan ini bertujuan untuk menciptakan kesadaran dan pemahaman yang lebih luas tentang penyakit tersebut, serta memberikan pendidikan, pelayanan dan advokasi terhadap para pasien lupus.
Lupus adalah penyakit autoimun kronis yang dapat menyebabkan peradangan dan nyeri di bagian tubuh mana pun, di mana sistem kekebalan yang seharusnya bisa melawan infeksi, justru malah menyerang jaringan sehat dalam tubuh.
Lupus dapat menyebabkan peradangan dan nyeri di bagian tubuh mana pun, dengan gejala seperti sendi pegal (artralgia), demam tinggi, sendi bengkak (arthritis), kelelahan parah, ruam kulit, pergelangan kaki bengkak, nyeri di dada saat bernapas dalam (pleuritis), ruam berbentuk kupu-kupu di pipi dan hidung, rambut rontok, kejang, luka mulut atau hidung, serta jari tangan atau kaki pucat saat kedinginan atau stres.
(Baca juga: Diperingati Tiap 10 Mei, Ketahui Serba-Serbi Hari Lupus Sedunia)
Lupus terdiri atas beberapa jenis, salah satu yang paling sering dirujuk adalah Lupus Eritematosus Sistemik (LES). Melansir dari laman Kementerian Kesehatan RI, LES dikenal sebagai penyakit ‘seribu wajah’, yang merupakan penyakit inflamasi autoimun kronis yang hingga kini belum jelas penyebabnya.
LES juga memiliki sebaran gambaran klinis yang luas, serta tampilan perjalanan penyakit yang beragam, sehingga seringkali menimbulkan kekeliruan dalam upaya mengenalinya. LES dapat menyerang jaringan serta organ tubuh mana saja dengan tingkat gejala yang ringan hingga parah.
Meski hingga kini faktor risiko LES belum diketahui secara jelas, tetapi faktor genetik, imunologi dan hormonal, serta lingkungan diduga memegang peran penting sebagai pemicu.
Pada faktor genetik, diketahui bahwa sekitar 7% pasien LES memiliki keluarga dekat (orang tua atau saudara kandung) yang juga didiagnosis LES. Sedangkan pada faktor lingkungan, LES disebabkan karena infeksi, stres, makanan, antibiotik (khususnya kelompok sulfa dan penisilin), cahaya ultraviolet (matahari), penggunaan obat-obatan tertentu, merokok, serta paparan kristal silika.
Adapun, pada faktor hormonal, perempuan umumnya lebih sering terkena penyakit LES dibandingkan laki-laki. Meningkatnya angka pertumbuhan penyakit LES sebelum periode menstruasi atau selama kehamilan mendukung dugaan hormon estrogen menjadi pencetus penyakit LES.
Selain itu, LES juga memiliki gejala yang mirip dengan penyakit lain, sehingga sulit untuk dideteksi. Tingkat keparahannya pun beragam mulai dari ringan hingga yang mengancam jiwa. Gejala LES dapat timbul secara tiba-tiba atau berkembang perlahan.
Pasien LES dapat mengalami gejala yang bertahan lama atau bersifat sementara sebelum akhirnya kambuh lagi. Kesulitan dalam upaya mengenali LES seringkali mengakibatkan diagnosis dan penanganan yang terlambat.
Lupus juga tidak dapat dicegah. Namun, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menurunkan risiko terkena lupus atau mencegah kambuhnya keluhan dan gejala. Contohnya adalah dengan menerapkan gaya hidup sehat, menghindari pemicu lupus, dan melakukan kontrol kesehatan ke dokter secara berkala.
Bagi pasien yang sudah didiagnosa menyandang LES, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guna meningkatkan dan mempertahankan kualitas hidup yakni hindari aktivitas fisik berlebihan, hindari merokok, hindari perubahan cuaca, hindari stres dan trauma fisik, diet khusus, hindari paparan sinar matahari langsung, hindari paparan lampu UV, hindari pemakaian kontrasepsi atau obat yang mengandung hormon estrogen, kontrol rutin ke dokter dan minum obat secara teratur.
Editor: Dika Irawan
Lupus adalah penyakit autoimun kronis yang dapat menyebabkan peradangan dan nyeri di bagian tubuh mana pun, di mana sistem kekebalan yang seharusnya bisa melawan infeksi, justru malah menyerang jaringan sehat dalam tubuh.
Gejala Lupus
Melansir dari WebMD, gejala penyakit ini bervariasi dari satu orang ke orang lain. Saat sebagian pasien hanya mengalami beberapa gejala, sementara sebagian yang lain mengalami banyak gejala.Lupus dapat menyebabkan peradangan dan nyeri di bagian tubuh mana pun, dengan gejala seperti sendi pegal (artralgia), demam tinggi, sendi bengkak (arthritis), kelelahan parah, ruam kulit, pergelangan kaki bengkak, nyeri di dada saat bernapas dalam (pleuritis), ruam berbentuk kupu-kupu di pipi dan hidung, rambut rontok, kejang, luka mulut atau hidung, serta jari tangan atau kaki pucat saat kedinginan atau stres.
(Baca juga: Diperingati Tiap 10 Mei, Ketahui Serba-Serbi Hari Lupus Sedunia)
Ruam kulit adalah salah satu gejala lupus (Sumber gambar: Freepik)
Penyebab Lupus
Lupus terdiri atas beberapa jenis, salah satu yang paling sering dirujuk adalah Lupus Eritematosus Sistemik (LES). Melansir dari laman Kementerian Kesehatan RI, LES dikenal sebagai penyakit ‘seribu wajah’, yang merupakan penyakit inflamasi autoimun kronis yang hingga kini belum jelas penyebabnya.LES juga memiliki sebaran gambaran klinis yang luas, serta tampilan perjalanan penyakit yang beragam, sehingga seringkali menimbulkan kekeliruan dalam upaya mengenalinya. LES dapat menyerang jaringan serta organ tubuh mana saja dengan tingkat gejala yang ringan hingga parah.
Meski hingga kini faktor risiko LES belum diketahui secara jelas, tetapi faktor genetik, imunologi dan hormonal, serta lingkungan diduga memegang peran penting sebagai pemicu.
Pada faktor genetik, diketahui bahwa sekitar 7% pasien LES memiliki keluarga dekat (orang tua atau saudara kandung) yang juga didiagnosis LES. Sedangkan pada faktor lingkungan, LES disebabkan karena infeksi, stres, makanan, antibiotik (khususnya kelompok sulfa dan penisilin), cahaya ultraviolet (matahari), penggunaan obat-obatan tertentu, merokok, serta paparan kristal silika.
Adapun, pada faktor hormonal, perempuan umumnya lebih sering terkena penyakit LES dibandingkan laki-laki. Meningkatnya angka pertumbuhan penyakit LES sebelum periode menstruasi atau selama kehamilan mendukung dugaan hormon estrogen menjadi pencetus penyakit LES.
Selain itu, LES juga memiliki gejala yang mirip dengan penyakit lain, sehingga sulit untuk dideteksi. Tingkat keparahannya pun beragam mulai dari ringan hingga yang mengancam jiwa. Gejala LES dapat timbul secara tiba-tiba atau berkembang perlahan.
Pasien LES dapat mengalami gejala yang bertahan lama atau bersifat sementara sebelum akhirnya kambuh lagi. Kesulitan dalam upaya mengenali LES seringkali mengakibatkan diagnosis dan penanganan yang terlambat.
Cara mencegah keparahan lupus
Lupus tidak dapat disembuhkan. Pengobatan yang ada sebatas untuk meredakan keluhan, mencegah munculnya gejala, dan menghambat perkembangan penyakit. Metode pengobatannya bisa berupa pemberian obat-obatan, penerapan pola hidup sehat, dan pengelolaan stres dengan cara yang positif.Lupus juga tidak dapat dicegah. Namun, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menurunkan risiko terkena lupus atau mencegah kambuhnya keluhan dan gejala. Contohnya adalah dengan menerapkan gaya hidup sehat, menghindari pemicu lupus, dan melakukan kontrol kesehatan ke dokter secara berkala.
Bagi pasien yang sudah didiagnosa menyandang LES, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guna meningkatkan dan mempertahankan kualitas hidup yakni hindari aktivitas fisik berlebihan, hindari merokok, hindari perubahan cuaca, hindari stres dan trauma fisik, diet khusus, hindari paparan sinar matahari langsung, hindari paparan lampu UV, hindari pemakaian kontrasepsi atau obat yang mengandung hormon estrogen, kontrol rutin ke dokter dan minum obat secara teratur.
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.