Menu sehat (shutterstock)

Tips Mendeteksi Kekurangan Gizi & Cara Memperbaikinya

11 June 2021   |   09:50 WIB
Image
Syaiful Millah Asisten Manajer Konten Hypeabis.id

Kekurangan gizi maupun kelebihan gizi memiliki efek buruk buat kesehatan. Untuk mengendalikannya, harus dimulai dengan adanya kesadaran  akan pentingnya pola hidup dan pola konsumsi gizi seimbang.

Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat Kementerian PPN, Pungkas Bahjuri Ali mengatakan ada triple burden of malnutrition, yakni kekurangan gizi makro, kekurangan gizi mikro, dan kelebihan zat gizi. 

“Kekurangan gizi makro dan kelebihan zat gizi ini sudah terjadi lama dan terlihat, yang tidak kelihatan adalah kekurangan zat gizi mikro atau hidden malnutrition. Misalnya kekurangan vitamin A dan zat besi,” katanya.

Perlu diketahui, zat gizi makro terdiri dari karbohidrat, lemak, dan protein yang dibutuhkan dalam jumlah yang lebih besar. Adapun zat gizi mikro atau mikronutrien adalah zat gizi yang terdiri dari vitamin dan mineral, yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah sedikit tetapi memiliki peranan yang sama pentingnya.

Mikronutrien melakukan berbagai peran termasuk memungkinkan tubuh memproduksi enzim, hormon, dan zat lain yang dibutuhkan untuk tumbuh kembang, serta berperan dalam menjaga semua organ dan indera berfungsi dengan baik.

Nah menurut Spesialis Gizi Klinis & Scientific Advisor Nutri Health Indonesia Luciana Sutanto, kekurangan gizi mikro merupakan salah satu masalah gizi yang kerap muncul umumnya pada kelompok anak dan ibu hamil.

“Zat gizi mikro ini biasanya terkait dengan kekurangan gizi makro, jadi kalau anak kurang makan, tidak hanya gizi makro yang kurang tetapi juga zat gizi mikronya,” katanya.

Efeknya, kekurangan atau defisiensi zat gizi mikro dalam jangka waktu lama akan menimbulkan berbagai gejala dan penyakit.

Dia mencontohkan salah satu masalah mikronutrien yang masih terjadi di Indonesia yakni kekurangan yodium, yang menyebabkan penyakit gondok dan berdampak terhadap gangguan pertumbuhan serta gangguan kecerdasan.

Selain itu, kekurangan vitamin A yang berdampak pada gangguan kesehatan mata juga masih sering ditemui. Penyakit yang masih banyak dialami masyarakat karena kekurangan vitamin ini adalah bulu mata kering, mata kering, dan rabun.

Masalah lain defisiensi mikronutrien adalah kurangnya konsumsi zat besi yang jika terus menerus terjadi akan memunculkan gejala anemia, yang menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada bayi dan anak serta berdampak pada gangguan kecerdasan.

“Sama seperti kondisi di tingkat global, defisiensi mikronutrien di dalam negeri yang umum terjadi adalah kekurangan vitamin A, yodium, dan zat besi. Oleh sebab itu ada upaya misalnya pemberian kapsul vitamin, anjuran konsumsi yodium yang cukup, dan yang lainnya,” ujarnya.

Dia menuturkan penanggulangan defisiensi mikronutrien memerlukan langkah yang terintegrasi bukan hanya sejak anak kecil tetapi sejak orang tuanya akan hamil. Menurutnya, sejak ibu akan hamil harus sudah sehat dan mengonsumsi makan bergizi, memeriksa kandungan, menyiapkan ASI, imunisasi, dan kontrol kesehatan anak.

KONSEP GIZI SEIMBANG
Pakar Gizi dan Ketua Unit Kajian Kesehatan Universitas Airlangga Sri Sumarmi menambahkan salah satu upaya yang dapat dilakukan masyarakat untuk mengatasi masalah kekurangan zat gizi mikro adalah dengan tetap mengonsumsi menu gizi seimbang.

Gizi seimbang terdiri dari asupan yang cukup secara kuantitas dan kualitas serta mengandung berbagai zat gizi yang diperlukan tubuh dengan mengonsumsi makanan yang beraneka ragam. Hal ini penting lantaran tidak ada satupun makanan yang mengandung semua gizi.

Misalnya, nasi merupakan sumber utama kalori tetapi rendah vitamin dan mineral. Sementara sayur dan buah kaya akan vitamin, mineral, dan serat tapi rendah kalori dan protein. Oleh sebab itu, dianjurkan mengonsumsi makanan yang beraneka ragam.

Hal ini bisa diimplementasikan dengan konsep Isi Piringku yang mudahnya adalah dalam satu piring makan, terdiri dari 50 persen buah dan sayur serta 50 persen sisanya terdiri dari karbohidrat dan protein (lauk pauk).

Luciana mengatakan dengan konsumsi gizi seimbang, masyarakat tidak perlu mengonsumsi suplemen multivitamin tambahan. Menurutnya, konsumsi suplemen yang masif tidak memiliki manfaat lebih bila kebutuhan dalam tubuh sudah tercukupi.

Tingkat konsumsi tinggi, misalnya vitamin C berlebih akan dikeluarkan melalui sistem ekskresi. Sementara itu, mineral lain tertentu yang terlalu berlebihan bisa mengendap di dalam tubuh dan menimbulkan berbagai penyakit.

Adapun, Sri mengatakan upaya yang harus terus dilakukan pemerintah untuk mengatasi permasalahan defisiensi mikronutrien adalah dengan suplementasi dan fortifikasi.

Suplementasi, lanjutnya, merupakan bentuk protam yang diharapkan bisa mengatasi masalah jangka pendek. Upaya ini telah dilakukan misalnya dengan pemberian kapsul vitamin A pada bayi dan balita serta tablet tambah darah pada ibu hamil dan remaja putri.

Sementara, fortifikasi yang merupakan proses penambahan mikronutrien tertentu pada makanan seperti garam, tepung, beras, dan minyak merupakan upaya jangka panjang yang perlu terus digalakkan. Menurutnya, sejumlah negara telah berhasil mengatasi kekurangan zat gizi mikro dengan upaya fortifikasi.

“Dua metode mengatasi masalah kekurangan zat gizi mikro adalah suplementasi dan fortifikasi termasuk juga bio fortifikasi. Selain itu, kita juga tidak bisa meninggalkan promosi kepada masyarakat untuk tetap mengonsumsi menu seimbang. Ini harus berjalan secara menyeluruh,” katanya.  

Editor: Fajar Sidik

SEBELUMNYA

Kurangi Sampah dengan 9 Tips Dapur Ini, Mudah Lho!

BERIKUTNYA

Aktor Song Kang-ho jadi Juri Kategori Kompetisi di Festival Film Cannes ke-74

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: